Chereads / THE ORDER OF TWO RED EYES / Chapter 5 - Anti Fans

Chapter 5 - Anti Fans

-This World by Selah Sue-

Hari ini. Jakarta, Indonesia.

Mark Corbin terlihat sedang merebahkan dirinya di dalam sel yang sudah menahannya selama hampir sebulan. Dengan sikapnya yang terlihat santai itu dia mengarahkan pandangannya ke arah televisi di ruang utama yang tengah menyuguhkan acara komedi Indonesia. Sebenarnya cara tersebut cukup menghibur. Beberapa pelawak tanah air menyuarakan lelucon mereka yang bisa membuat para penontonnya tertawa terpingkal-pingkal dengan mudah. Namun, hal itu sama sekali tidak dirasakan Mark Corbin yang hanya memandangnya tanpa ekspresi.

Tak lama kemudian, sel Mark Corbin didatangi oleh seorang penjaga. Sebelum membuka pintu jeruji sel Mark, ia memberikan hormatnya dengan rasa takut. Ia mengutas senyum untuk menutupi kegugupannya. Mark Corbin menatap penjaga itu dengan tenang.

Selesai membuka pintu, penjaga itu menyerukan sesuatu kepada Mark Corbin,

"Sudah waktunya, Mister Mark. Anda dan bagian bangsal Anda bisa beristirahat dan jalan-jalan di sekitar penjara," bungkuknya kemudian.

Mark Corbin tersenyum kecil mendengar ucapan itu. Ia bangkit dari tempat tidur, lalu merenggangkan sedikit tubuhnya. Ia menghela napas dalam sikap tenang yang masih dia perlihatkan.

Terlihat aneh memang, di tempat seperti ini, polisi penjaga justru segan pada tahanannya.

Seseorang yang mengenakan baju berwarna oranye seperti Mark memasuki ruangan Mark,

"Dalam beberapa detik lagi Nona Annabeth akan ada di salah satu saluran acara televisi. Apa Anda ingin saya membantu Anda untuk mencari saluran acara tersebut?" tanya orang tersebut.

Mendengar nama Annabeth disebut, seketika Mark Corbin tersenyum penuh. Pria yang menawarkan dirinya untuk mencarikan saluran acara televisi itu pun langsung mencari remote televisi dan memilih saluran yang dimaksudnya tadi.

Televisi di ruangan Mark memang tidak terlalu besar, apalagi televisi itu diletakkan begitu saja di atas meja kecil di sudut ruangan. Namun, hal itu tidak menjadi masalah bagi Mark Corbin. Dia hanya memikirkan wanita itu. Apalagi, dia sudah sangat merindukannya. Hampir sebulan lamanya wanita itu tidak bisa ditemui. Tanpa ragu, Mark Corbin mulai memperlihatkan bagaimana dirinya berlutut di hadapan televisi tersebut. Dia menatap layar tanpa kedipan mata, menanti wajah Annabeth muncul di sana detik demi detik.

"Dia pasti akan sangat cantik di acara itu," ujar polisi penjaga tiba-tiba, berusaha bersikap ramah.

Bukannya menyukai, ucapan itu langsung membuat pikiran Mark sedikit teralihkan. Tahanan pria yang membantu Mark mencari saluran televisi yang juga berdiri di sebelah polisi penjaga itu pun tahu apa yang harus dilakukan. Tanpa ragu, dia langsung mematahkan bagian leher si polisi penjaga dalam gerakan cepat. Dalam sekejap, polisi itu tumbang dan terkapar di lantai tanpa ada gerakan apa pun lagi. Anehnya lagi, polisi penjaga lain dan tahanan lain yang berkeliaran di luar ruangan Mark sigap mengangkat dan membawa jasad polisi tersebut tanpa komando.

Apakah tak ada keadilan sama di sana?

Gosh …! Ada apa ini sebenarnya? Apa yang sebenarnya terjadi di tempat itu?

Mark tidak menghiraukan keadaan tersebut. Yang di kepalanya hanya ada wajah seorang wanita yang sudah sejak lama ditunggunya. Yang dia tahu, dia sudah sangat ingin melihat wanita itu ada di hadapannya kembali. Itu saja.

"Jag saknade dig, Abeth …,"[1] ucapnya kecil.

֎֎֎֎

Semua kamera hidup, mengarahkan fokusnya ke panggung acara. Seorang bintang tamu duduk berhadapan dengan dua pembawa acara ibu kota. Dia memberikan senyuman terbaiknya kepada mereka yang juga mencoba bersikap ramah kepadanya. Tentu hal itu wajar untuk didapatkan bagi tamu acara itu. Apalagi si tamu acara selalu menjadi topik hangat bagi semua kalangan masyarakat di negara ini. Dengan namanya yang terus melambung tinggi, ada saja berita mengenai dirinya.

Di balik kepopulerannya itu tidak ada yang tidak tahu siapa dia sebenarnya di negara tersebut.

"Aku sudah tidak sabar untuk membahas banyak tentang Nona Annabeth! Acara ini pasti akan sangat besar," ucap satu pembawa acara dengan antusias sebelum acara dimulai.

"Lalu?" Berkebalikan dengan rekannya, pembawa acara kedua sama sekali tidak antusias dengan bintang tamunya.

"Dia juga sangat cantik. Wajahnya merupakan perpaduan antara Kendall Jenner saat ini dan Gabriella Spanic di masa mudanya. Apa kau juga sepemikiran denganku?" lanjutnya dengan kekehan kecil.

Rekannya memutar sedikit saja kedua matanya sebelum merespons,

"Hufh …. Darah campuran Indo-Swedia, tidak mungkin tidak cantik. Dia hanya beruntung saja karena memiliki wajah seperti itu. Tapi, kalau dilihat-lihat, apa benar wajahnya seperti itu? Juga benarkah dia memiliki darah keturunan Indonesia? Kurasa tidak sama sekali," Pembawa acara kedua menyindir.

"Ssssh! Jangan bicara seperti itu," Pembawa acara pertama gemas. "Jangan menyebarkan rumor yang bukan-bukan terus tentangnya seperti yang telah kaulakukan sebelumnya," bisiknya. "Kalau dia tersinggung, kau mau bertanggung jawab?"

Annabeth yang sudah duduk manis di depan mereka tersenyum lembut kepada keduanya, membuat kedua pembawa acara itu terlihat sedikit salah tingkah. Si pembawa acara pertama yang memang sejak awal sudah terlihat sangat ramah kepada Annabeth tentu langsung berkata kepadanya dalam tatapan kagum,

"Kau sudah siap, Nona Annabeth?"

"Tentu saja. Aku sudah sangat siap," jawa Annabeth dengan semangat dan ramah.

Si pembawa acara kedua yang hanya berdiri di sebelah pembawa acara pertama. Dia menyunggingkan sedikit saja senyuman untuk Annabeth. Siapa sangka jika Annabeth terlihat sangat tertarik untuk menatap penuh si pembawa acara kedua yang tak cukup jauh dari hadapannya?

Si pembawa acara kedua itu berdeham.

Salah satu kru acara pun mulai menyuarakan suaranya dengan lantang. Pertanda acara akan segera mulai dalam hitungan detik. Para penonton yang telah duduk di studio terkesan tidak sabar menunggu.

Tak lama kemudian aba-aba mulai disuarakan diikuti kode hitungan dengan jemari yang diangkat tinggi.

"Tiga. Dua. Satu. Mulai!"

Kedua pembawa acara itu pun langsung berseru ketika acara mereka dimulai.

[1] Aku merindukanmu, Abeth …