Alasan kenapa Relly begitu kesal saat Cassie terlambat mengantarkan sepatunya adalah, dia ingin mengenakan sepatu kesayangannya itu untuk acara reuni malam ini. Padahal Cassie yakin, Relly pasti bisa membelikan sepatu baru tanpa repot-repot menyuruh Cassie mengantarkan sepatu itu ke rumahnya.
Tapi, ya namanya juga Relly. Dia tidak ingin membelikan barang apapun jika barang itu masih layak untuk dipakai–begitu katanya saat mereka berdua masih di tahun kedua dikampus dulu.
Cassie hanya tidak habis pikir Relly masih memegang prinsip seperti itu.
Cassie menghela napas. Jemarinya bergerak mengusap satu persatu ujung lipstik, lipgloss, lipbalm, dan para lip-lip lainnya yang terletak diatas meja riasnya. Dia memberhentikan tangannya pada salah satu lipcream berwarna matte, menariknya dari tempat, dan mengaplikasikan ke bibirnya sebagai sentuhan terakhir, lalu menyimpannya ke dalam tas.
Cassie memandang pantulannya dicermin sejenak. Setelah merasa cukup puas dengan keterampilan tangannya, dia beranjak. Memilih dress yang sekiranya pas untuk tema konsep acara reuni malam ini, dan mulai bersiap-siap karena Relly sebentar lagi pasti akan merecokinya kalau dia belum siap saat gadis itu menjemputnya.
***********
Mobil yang dikendarai Viko dan Relly memasuki gerbang besar rumah keluarga Will. Mobil itu berhenti didepan pintu utama setelah beberapa saat melewati luasnya pekarangan yang menghubungkan gerbang utama dan rumah.
Cassie mencium tangan Papa dan Mamanya yang sedang duduk diruang keluarga. Berpamitan, lalu berlalu menuju pintu basement dilantai bawah tanah.
Dia mengeluarkan kunci mobil, memasuki salah satu mobil yang ada disana, lantas mulai menyalakannya.
Bunyi klakson dari mobil Viko terdengar, Cassie berdecak. "Gak sabaran banget sih," gumamnya kesal, lalu menginjak pedal gas pelan.
Cassie mengeluarkan mobilnya dari basement, melajukannya ke arah mobil Viko, kemudian berhenti di sebelah mobil yang telah berbelok arah itu.
Cassie menurunkan kaca mobilnya perlahan.
"Gak sabaran banget sih kalian berdua," kesalnya seraya mendelik ke arah Relly yang juga menurunkan kaca mobil di sisi sebelah kemudi.
Kedua sejoli itu terkekeh. Relly menyengir, melambaikan tangannya ke arah Cassie lantas berkata, "Biar gak buang-buang waktu, Cas."
Cassie mendengus. Menaikkan kembali kaca mobilnya, kemudian menatap lurus ke depan. Menunggu mobil Viko melaju duluan.
Cassie memang sengaja membawa mobil sendiri, dia tidak mau satu mobil dengan Viko dan Relly karena tidak mau menjadi obat nyamuk. Kedua orang itu pasti mengerti kenapa Cassie tidak mau satu kendaraan yang sama dengan mereka. Makanya mereka membiarkan saja Cassie mengendarai mobilnya sendiri.
******
Kedua mobil itu berhenti di basement salah satu restoran terkenal ibu kota. Sosok Cassie keluar dari mobil berwarna putih, disusul oleh Relly dan Viko yang keluar dari sisi-sisi mobil satunya.
Cassie mendengus melihat Viko yang menggandeng tangan Relly. Dia melewati kedua sejoli itu dengan acuh, membuat Relly memekik karena Cassie meninggalkannya.
"Cas, tungguin! Ih, kenapa duluan sih?!"
"Jalan Rel. Gak usah manja," balas Cassie.
Dia berjalan memasuki restoran, melangkah ke arah tangga, dan menuju lantai dua yang telah dibooking anak-anak khusus untuk acara reunian mereka.
Cassie tidak terlalu tahu kenapa mereka–anak angkatannya dan angkatan sebelumnya–mengadakan acara reuni tiba-tiba. Apalagi saat Arion baru kemarin pergi untuk study S2, rasanya Cassie benar-benar tidak ada mood untuk bertemu wajah teman-teman lamanya saat ini.
Cassie hanya ingin merebahkan diri diatas ranjang. Bermalas-malasan seharian sampai masa cutinya di butik sang Mama berakhir. Tapi, yasudahlah. Daripada Cassie suntuk gara-gara menunggu kabar Arion, mending Cassie melupakan laki-laki itu sejenak dan bersenang-senang.
Cassie menghela napas. Tiba-tiba dia merindukan Arion. Apalagi melihat Viko tadi menggandeng tangan Relly, rasanya Cassie ingin menangis karena tidak kuat melihat keuwu-an mereka. Kenapa rasanya begitu iri?
Cassie memejamkan mata. Mencoba mengenyahkan pikirannya lalu menghela napas dalam.
Dia membuka mata. Memasang senyuman, kemudian melangkah memasuki pintu resto lantai dua.
Ketika kakinya memijak lantai dua, iris coklatnya seketika mendapati teman-teman seangkatannya dan anak-anak angkatan sebelumnya–angkatan Arion dan Viko–yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Sebagian dari mereka memang mengalihkan pandangan ke arah Cassie. Para perempuan dari mantan Katingnya tersenyum menyapa Cassie, begitupun dengan para laki-lakinya yang melambaikan tangan sembari menyebut nama Arion.
Cassie membalas lambaian dan senyuman mereka. Dia tersenyum seraya menganggukkan kepala sopan. "Hai, kakak-kakak. Apa kabar?" tanyanya berbasa-basi.
"Baik, Cas."
"Alhamdulillah, baik."
"Fine. Lo sendiri apa kabar? Masih sama Arion?"
Cassie tersenyum simpul, lantas menganggukkan kepala. "Baik. Alhamdulillah, masih. Gue ke sana dulu, ya, Kak?" pamitnya pada mantan kakak tingkatnya itu seraya menunjuk ke arah meja para anak-anak fakultasnya dulu–alias teman-teman lamanya.
Setelah mendapat anggukan serta kalimat silahkan lainnya, Cassie melangkah lebih dalam ke resto dilantai dua itu. Melambaikan tangan ketika melihat teman-temannya yang menoleh serempak ke arahnya.
Cassie tersenyum manis mendekati meja mereka.
"Hai," sapa Cassie, yang langsung dibalas dengan kata-kata khas teman lama biasanya.
"Hai, Cas. Lama gak ketemu. Sini duduk."
"Apa kabar, Maknae? Woh, lama gak ketemu, makin cantik aja, ya."
"Cassie! Ih, lama gak kumpul bareng. Sini-sini duduk."
"Nambah cantik aja nih Maknae kita."
Cassie tertawa mendengar respon mereka semua. Dia menarik salah satu kursi, mendudukkan bokong disana kemudian meletakkan tas tangannya diatas meja. "Bisa aja kalian," katanya dengan tawa yang perlahan berganti dengan kekehan kecil.
"Ih, serius, Cas. Lama gak ketemu, kangen tahu!"
Cassie menyengir menatap gadis yang duduk disebelahnya. Dia merentangkan tangan, yang langsung disambut hangat oleh gadis yang baru saja menggerutu itu. Keduanya berpelukan sambil menggoyang-goyangkan badan hingga membuat semua orang yang ada dimeja mereka tertawa.
"Gue juga kangen sama lo, La! Gimana? Sekarang udah jadi Desainer?" tanya Cassie seraya melepaskan pelukan mereka.
Hilla Greyn mengerucutkan bibir cemberut. Jemarinya yang lentik menusuk-nusuk meja dihadapannya dengan kuat, irisnya mendeliki Cassie dengan pandangan sebal. "Mana ada. Atasannya rese. Lo gak ngerasain, sih!" gerutunya membuat Cassie tertawa.
"Gue langsung terjun ke butik nyokap gue juga gak mungkin gak dapet nyinyiran, La. Lo tau sendiri, lah, mulut kang ghibah," sahut Cassie, yang langsung disambut dengan ledakan tawa oleh anak-anak mantan fakultas Fashion Design yang didominasi oleh perempuan.
Cassie menatap mereka satu-persatu. Tidak ada laki-laki dimeja mereka–bukan berarti Cassie mengharapkan satu meja dengan para laki-laki, bukan–selain itu, perempuan yang satu meja dengan Cassie adalah teman-teman Cassie dikelas yang sering berbicara dengannya, dalam artian cukup akrab.
"'Pantas aja langsung diterima, orang butik nyokapnya', hayo lo semua. Siapa yang dulu suka bilang gitu? Gak usah muna, deh," celetuk Hilla blak-blakan, menatap satu persatu teman-teman yang duduk satu meja dengan mereka.
Tawa khas perempuan menggema setelahnya. Mereka sama-sama mengangkat tangan, seolah tidak mau disebut munafik sebagai manusia, dan itu membuat tawa Cassie menjadi pecah.
"Jadi, lo semua dulu suka ghibahin gue?" tanya Cassie pura-pura tak percaya. Tawa gadis itu tak kunjung berhenti. Bukannya marah atau apa, gadis itu malah tertawa. Membuat sebagian dari mereka mengernyitkan alis bingung.
"Lo gak marah gitu, Nae?"
"Ho'oh. Tersinggung gitu?" sahut salah seorang perempuan. Sembari menyeruput minumannya Hilla menatap Cassie dengan mata menyipit.
"Beneran ketawa nih anak!" tukas Hilla setelah beberapa saat menatap penuh selidik ke arah Cassie.
"Ya, biasa, Maknae. Selalu aneh. Heran deh gue, gimana bisa Arion mau sama dia," timpal gadis bercardingan hijau tua disebelah Hilla. Cassie meredam tawanya hingga menjadi helaan napas dalam-dalam.
"Ngapain juga gue marah. Gue udah duga kok kalian pasti bilang gitu dibelakang gue. Secara 'kan, ah, you know." Cassie mengedikkan bahu. Sedetik kemudian lengannya langsung ditepuk keras oleh Hilla. Hilla menatap Cassie bangga, menepuk-nepuk lengan Cassie layaknya seorang Ibu yang melihat anaknya sudah dewasa. Dia lantas berkata,
"Maknae kita ini, guys!"
Semuanya tergelak. Termasuk Cassie yang perlahan mengusap lengannya seraya menatap Hilla kesal, namun tak ayal, tawanya mengalun. Membuat Hilla mengangkat jari membentuk huruf V sembari terkekeh geli.
"Gak berubah, ya, Nae."
Maknae adalah panggilan Cassie semasa kuliah dulu. Bukan tanpa alasan teman-teman satu jurusannya memanggilnya begitu. Cassie adalah yang termuda dari yang termuda dijurusan mereka dulu. Jadi, mereka memanggil Cassie dengan sebutan Maknae. Lebih unik–seperti orangnya–serta terdengar lucu karena seperti sebutan dalam Boyband-Girlband Kpop zaman sekarang, begitu kata Hilla saat Cassie menanyakan alasannya beberapa tahun silam.
Cassie tersenyum. Menarik salah satu minuman yang telah disediakan diatas meja, kamudian menyeruputnya pelan sembari mendengar nostalgia teman-temannya.
"Cas."
Cassie menarik atensinya ke arah Hilla yang baru saja memanggilnya. Mengernyitkan dahi lalu bertanya, "Kenapa?"
"Tumben lo gak sama Relly. Kemana tuh, anak?" tanya Hilla.
"Astaga!" Cassie menepuk dahinya ketika teringat sesuatu. Membuat teman-temannya menatap ke arahnya sambil memasang ekspresi keheranan.
"Kenapa, Cas?"
"Gue lupa, Relly gue tinggalin diparkiran sama Viko!" tukas Cassie. Dia berdiri, bersiap-siap melangkah kalau saja seseorang tidak menepuk bahunya dari belakang.
Cassie menoleh.
"Gue disini." Relly yang baru saja menepuk bahu Cassie menyengir. Membuat Cassie menghela napas lega, kemudian menatap sahabatnya itu bingung.
"Dari mana? Kok lama banget sampenya?"
Relly cengengesan. "Hehe, tadi ada kendala dikit. Coba tebak, siapa yang gue temuin diparkiran setelah lo masuk resto tadi?" tanyanya menaik-turunkan alis menggoda.
Cassie mengernyit. Menggelengkan kepala, lalu bertanya, "Emangnya siapa?"
"Rein—"
"Hai, Cassie. Apa kabar?" Belum sempat Relly menyelesaikan kalimatnya, seorang laki-laki sudah berdiri dibelakang Relly seraya melambaikan tangan. Tersenyum manis melihat Cassie yang membelalakkan mata terkejut.
"K–KAK REINHARD?!"
"Long time no see."