Chereads / Cassandra: Longs Love / Chapter 4 - 4. "Masalah Laki-laki."

Chapter 4 - 4. "Masalah Laki-laki."

Cassie langsung menghambur ke dalam pelukan Reinhard begitu lelaki itu merentangkan tangan ke arah Cassie seolah memberikan kode untuk memeluknya. Cassie memayunkan bibir sebal seraya memukul dada laki-laki itu pelan, membuat Reinhard terkekeh sembari mengusap rambut bagian belakangnya dengan lembut.

"Kangen, tau! Kemana aja, sih? Katanya cuma di Bandung, eh, taunya gak pernah balik ke Jakarta lagi. Nyebelin banget sih!" gerutu Cassie setelah dia melepaskan pelukannya ditubuh Reinhard.

Reinhard tertawa kecil. "Ya, cuma di Bandung, kok. Tapi ngejauh dari Jakarta adalah tujuan utama supaya bisa ngelanjutin hidup," katanya mengerling jenaka pada Cassie.

Cassie memukul lengan Reinhard kesal. Mendengarnya berbicara seperti itu, entah kenapa Cassie merasa sedikit tersinggung, padahal Cassie tidak tahu kenapa dia merasa demikian. Cassie menghela napas dengan bibir cemberut. "Bahasa lo!"

Reinhard tertawa. "Sini. Katanya kangen," tukasnya sambil merentangkan tangan ke arah Cassie. Cassie menyambutnya hangat. Mereka berpelukan layaknya Adik dan Kakak yang telah lama tidak bertemu, dan itu membuat sebagian dari teman-teman Cassie yang melihatnya dari meja terkekeh.

"Gue juga kangen sama lo, Cas," lirih Reinhard, yang tentunya didengar oleh Cassie karena lelaki itu berbisik didekat telinganya.

Relly yang masih berdiri dibelakang punggung Cassie berdecak pelan. Namun senyumnya tak urung mengembang melihat kedua orang itu akhirnya dapat bertemu. Relly menoleh ke arah Viko, mendapati Viko tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya, Relly tertawa.

"Berhasil!" katanya tanpa suara, seraya mengepalkan tangan dan membuat gerakan 'Yes' sambil tersenyum lebar.

Viko balas tersenyum. Dia mengacungkan jempol ke arah Relly, lalu keduanya sama-sama mengalihkan pandangan ke arah Cassie dan Reinhard yang kali ini sudah melepaskan pelukan mereka.

Relly bertanya, "Kalian gak mau ngomong berdua dulu gitu? Private?"

Reinhard dan Cassie spontan saling tatap. Lalu Cassie menoleh ke arah Relly, mengernyitkan dahi menatap gadis itu. "Ninggalin lo, lagi?" tanyanya.

Relly mengangguk. "Nggak apa-apa, gih!" Dia mengibaskan tangannya, mengisyaratkan Cassie untuk pergi bersama Reinhard. Cassie menghela napas.

"Yaudah, pinjem Cassienya dulu, ya." Tanpa aba-aba, Reinhard segera menarik tangan Cassie untuk mengikutinya. Cassie menggerutu pelan karena sedikit terkejut. Dia menoleh ke belakang, dimana meja teman-temannya yang perlahan terlihat semakin jauh. Cassie melambai ke arah mereka, mengkode bahwa dia akan pergi sebentar bersama Reinhard. Setelah mendapat anggukan, Cassie mengalihkan pandangan ke arah depan. Mengikuti langkah Reinhard yang turun ke lantai satu restoran.

*********

"Apa kabar?"

Cassie mendongak dari cheese cake di atas mejanya. Dari sekian banyak pertanyaan, dan Reinhard menanyakan apa kabar? Cassie menatap lelaki di hadapannya itu dengan tatapan tak percaya.

"Dari sekian banyak pertanyaan, dan lo malah nanya apa kabar? Nyebelin lo, Kak," katanya kesal.

Reinhard terkekeh. "Ya, masa gue nanya lagi ngapain? Jelas-jelas lo disini, lagi sama gue."

Cassie mendengus geli. Namun bibirnya tak urung membentuk senyuman. "Yaudah, deh. Gue baik, alhamdulillah."

Lalu hening.

Cassie kembali fokus pada cheesecake di atas mejanya. Menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya secara beraturan. Mengusir rasa canggung yang perlahan mendera. Sedangkan Reinhard hanya melipat kedua lengannya di bawah dada. Bersedekap seraya memperhatikan Cassie makan.

"Masih sama Arion?"

Cassie kembali mendongak. Menatap Reinhard yang baru saja melemparkan pertanyaan itu dengan mata mengerjap-erjap. Dia menarik tisu diatas meja. Mengusap tisu itu di sekitaran bibirnya–yang siapa tahu belepotan–kemudian kembali meletakkannya di atas meja.

Cassie menghela napas. Baru saja akan membuka mulut untuk menjawab, ponselnya yang berada didalam tas sudah berdering duluan. Cassie menutup mulutnya kembali.

"Bentar, Kak," katanya pada Reinhard, sambil tangan memeriksa tas untuk mengambil ponsel.

Setelah mendapatkan benda pipih sejuta umat itu, Cassie langsung menyalakannya–karena saat Cassie mengambilnya tadi, deringnya sudah mati menandakan bahwa durasi si penelepon sudah habis, yang artinya Cassie tidak menjawabnya.

Cassie tersenyum cerah sewaktu mendapati yang meneleponnya adalah Arion. Segera dia menekan tombol panggil, lalu menempelkan ponsel itu ke telinganya.

"Halo?" sapa Cassie ketika panggilannya sudah dijawab oleh Arion.

"Kemana? Kenapa gak diangkat tadi?"

Cassie mengernyit. Menghela napas pelan mendengar suara Arion yang sedikit berubah. Dia menatap Reinhard yang sedari tadi melihatnya, lalu berkata, "Lagi diacara reuni. Kamu tau? Setelah kamu berangkat, aku nemuin Relly, dan dia bilang hari ini acara reuni. Aneh. Apa mereka nggak tau kamu lanjutin S2, ya?"

Terdengar suara helaan napas kasar di seberang sana. Cassie yakin, Arion tahu bahwa dia sedang mencoba mengalihkan pembicaraan. Maka dari itu, Cassie menipiskan bibirnya. Berharap Arion tidak marah setelah ini.

"Aku yang suruh mereka reunian tanpa aku. Sekarang kamu lagi sama siapa?"

Suara Arion terdengar datar. Cassie memejamkan mata, lalu membukanya setelah tiga detik berlalu. "Lagi sama Kak Rein," jawabnya sembari menatap Reinhard yang masih setia memperhatikannya dari kursi di depannya.

"Rein? Reinhard?" tanya Arion, terdengar heran.

"Iya." Cassie menunduk. Mengambil sedotan minumannya, lantas meletakkannya didalam mulut. Dia menyeruput minuman orange itu kala merasakan tenggorokannya serat karena cheesecake yang dimakannya beberapa menit lalu.

"Bukannya reunian?" tanya Arion lagi.

"Iya. Kak Reinnya datang. Ini aku lagi sama dia."

Hening beberapa detik. Kemudian terdengar suara Arion berkata, "Kasih HP kamu sama dia. Aku mau ngomong."

"Oke." Tanpa pikir panjang, Cassie segera melepaskan handphonenya dari telinga, menyodorkan benda pipih itu ke hadapan Reinhard.

"Apa ini?" tanya Reinhard kebingungan.

"Arion mau ngomong sama Kakak." Cassie menyengir. Membuat Reinhard menggelengkan kepala, lalu mengambil ponsel gadis itu untuknya tempatkan didaun telinga.

Cassie memperhatikan laki-laki itu seperti Reinhard memperhatikannya sebelumnya. Dia menghela napas saat tidak mendengar apapun yang dikatakan oleh Arion karena volume handphonenya sengaja Cassie kecilkan hingga hanya Cassie yang mendengar. Ya, setidaknya sebelum Reinhard memakainya dan hanya Reinhard yang mendengar.

Cassie sedikit menyesal karena itu membuatnya tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Arion dan Reinhard.

"Ya. Hm. Lo tenang aja. Gak akan."

Cassie mengernyit melihat Reinhard yang pelit sekali bicara ketika berbicara dengan Arion. Padahal Arion temannya, mereka bersahabat dari masa SMA, Cassie jadi bingung sendiri dengan dua orang itu.

Ngomong-ngomong, Cassie belum memberitahu. Reinhard ini adalah teman Arion. Mereka–Arion, Viko, dan Reinhard–sudah berteman sejak SMA. Makanya Cassie dekat dengan Viko maupun Reinhard.

Tetapi, entah kenapa. Sewaktu mereka lulus, Reinhard langsung pergi begitu saja ke Bandung. Tanpa pamit kepada Cassie, ataupun kepada Viko dan Arion. Entahlah. Katanya meneruskan bisnis keluarga. Dipaksa Tante Agha, Mama Reinhard. Padahal Cassie tahu, Tante Agha tidak pemaksa orangnya. Entahlah. Terserah Reinhard saja.

"Iya, bawel lo."

Suara Reinhard mengembalikan Cassie kedua nyata. Dia menatap lelaki dihadapannya dengan penasaran. Ketika Reinhard mengembalikan handphonenya Cassie melihat panggilan masih tersambung. Segera saja Cassie menempelkan ponsel itu ke telinganya lagi.

"Ngomong apa sama Kak Reinhard tadi?" tanya Cassie.

"Masalah laki-laki," jawab Arion sambil terkekeh.

Cassie memberengut kesal. "Serius!"

"Nggak ada apa-apa. Aku tutup dulu, ya, Cas. Ada urusan sebentar. Nanti kalau udah selesai, aku telepon lagi. Have fun!" Tut.

Cassie menghela napas kecewa saat Arion memutuskan sambungan begitu saja. Dia meletakkan ponselnya ke atas meja dengan lesu. Membuat Reinhard yang melihatnya menggelengkan kepala heran.

"Kenapa, Cas?"

Cassie menggeleng. Menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas, kemudian menyeruput minumannya. Dia terdiam sejenak. Lalu menoleh ke arah Reinhard dengan alis bertaut bingung.

"Kakak ngomong apa sama Arion tadi?" tanyanya kembali penasaran.

Iris Reinhard terlihat sedikit goyah. Namun lelaki itu mempertahankannya dengan terkekeh pelan. "Masalah laki-laki," jawabnya membuat Cassie berdecak.

"Nyebelin!" gerutu Cassie dengan lirih. Kemudian kembali menunduk.

Percuma saja Cassie bertanya. Pasti jawabannya 'masalah laki-laki'. Memangnya apa masalah laki-laki itu? Kenapa Cassie tidak boleh tahu? Cassie menghela napas sebal.

Namun itu tidak bertahan lama karena Reinhard kemudian menanyakan tentang fashion dan urusan-urusan Designer lainnya yang memembuat mood Cassie kembali. Cassie tersenyum ketika bercerita tentang pekerjaannya dan bagaimana para atasannya dibutik sang Mama yang awalnya meremehkan kemudian menjadi memujinya ketika melihat hasil pekerjaannya.

Cassie bercerita dengan begitu semangat. Membuat Reinhard mendengus namun tetap tersenyum melihat Cassie yang terlihat senang. Mereka menghabiskan satu jam untuk berbicara sebelum kembali ke lantai dua dan berpisah di antara kelompok kelas masing-masing yang semakin malam semakin ramai.