Fay bingung melihat wajah Kalea yang berseri-seri, padahal dari pagi pekerjaan tak pernah berhenti.
Mulai dari meeting marathon, bertemu dengan klien dan beberapa divisi yang menanyakan soal keputusan soal sistem baru.
Kalea terlihat sangat menikmati setiap detik pekerjaan yang menghampirinya, Gustav yang melihat Kalea seperti itu pun langsung berbisik kepada Fay.
"Si Kalea bukan kesambet setan, kan?" wajar saja jika Gustav berpikiran seperti itu.
Kalea selalu tersenyum setiap saat, mungkin Setan yang merasuki tubuh Bryan yang gile bekerja itu merasuki tubuh Kalea membuat wanita itu terlihat aneh di mata Fay dan juga Gustav.
"Sama, aku juga heran dari tadi ngeliatin si Kalea. kalau orang normal udah pasti ngomel, kan? Kalau dia kayaknya seneng-seneng aja," sungut Fay yang juga ikut kesal karena Kalea tak bisa bercanda dengannya seperti dulu.
Gustav langsung menganggukan kepalanya setuju dengan ucapan Fay barusan, Kalea jarang memiliki waktu luang lagi.
Jika pulang bekerja sudah langsung membahas pekerjaan dengan Bryan, semua ini karena laki-laki yang super perfect itu.
Coba saja jika Kalea menjadi bawahan Richard mana mungkin hal seperti ini akan terjadi.
Mereka pasti akan memiliki banyak waktu luang bisa bercanda hahahihi. "Apa si Kalea kebanyakan baca buku kunci hidup sukses, jadi jiwa sama raganya menggebu-gebu?" kata Gustav sambil menatap punggung Kalea yang kini sedang menjauh.
Fay melirik laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.
"Bisa jadi, Bos dia aja udah kaya kesurupan kalau kerja. Gimana nggak nular."
Gustav dan Fay masih terus membicarakan Kalea, mereka tak sadar jika sedari tadi Richard mendengarkan semua yang keduanya katakan.
Sambil berdeham Richard kemudian menghampiri Gustav dan Fay menatap keduanya secara bergantian membuat kedua orang itu menatapnya balik.
"Kalian suka banget gosip? Ingat ini kantor bukan sarang gosip, harusnya kalian contoh Kalea biar cepet naik jabatan," ujar Richard.
Gustav langsung saja membantin di dalam hatinya. "Ikhlas memang kalau saya jadi wakil direktur? Ntar situ jadi pengangguran dong?"
Namun, Gustav hanya mengatakannya di dalam hati tak mengatakannya secara langsung, jika saja mulut Gustav tak memiliki rem kemungkinan Gustav yang lebih dulu di tendang dari perusahaan sebelum naik jabatan.
"Iya deh Pak, sesama jabatannya tinggi jangan saling mendahului," sindir Fay kemudian pergi berlalu.
Gustav pun langsung ikut tancap gas ketika melihat Fay pergi.
"Saya juga pamit Bos,banyak kerjaan biar cepet selesai, 'kan harus rajin biar cepet naik pangkat," kata Gustav setengah menyindir Richard.
Sambil mendengus kesal Richard hanya bisa tertawa sinis.
Sialnya kenapa ia malah yang mendapatkan ejekan dari Fay dan juga Gustav.
Kini Richard segera menuju ruangannya dengan perasaan yang sangat dongkol, sepertinya ia harus memberikan pekerjaan tambahan untuk Gustav karena assistennya itu memiliki waktu luang untuk mengobrol dan itu membuat Richard kesal.
Sementara itu Kalea masuk ke dalam ruangan Bryan, laki-laki langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Udah selesai?" tanyanya lembut.
Kalea menganggukan kepalanya, Bryan langsung menepuk paha miliknya meminta Kalea untuk duduk di pangkuannya.
"Duduk di sana?" tanya Kalea.
"Hmm-mh, aku kangen," ucapnya.
Kalea sedikit ragu tetapi karena Bryan yang menatapnya seperti itu Kalea jadi tak kuasa untuk menolak lelaki itu.
Meskipun di dalam otak Kalea ia tengah berpikir, apakah ia tidak termasuk wanita yang murahan jika duduk di pangkuan kekasihnya.
"Nggak usah ragu Kalea, aku nggak bakalan aneh-aneh selama kamu nggak ngijinin," kata Bryan ketika Kalea duduk di pangkuannya.
Bryan menatap Kalea, duduk seperti ini membuat kepalanya sejajar Bryan menyukai wajah mungil Kalea.
Kulitnya yang putih mulus itu sangat wangi sekali. "Kita nggak apa-apa kalau kayak gini di kantor?" tanya Kalea.
Sesekali kedua matanya menatap ke arah pintu Bryan langsung menekan tombol yang berada bawah mejanya membuat pintu itu otomatis terkunci.
"Memangnya siapa yang berani masuk ke ruanganku?"
Kalea langsung tersenyum geli, memang sih tak ada yang berani masuk ke dalam ruangan Bryan tanpa seijinnya.
Namun, ketika Bryan kemarin sedang pergi bersama Cyntia ada orang lain yang masuk dia adalah Richard.
"Kerjaan masih banyak loh, mau kayak gini terus sampai kapan?" cicit Kalea.
Bryan menyadari jika Kalea tak nyaman duduk di pangkuannya, Kalea memang bukan wanita yang murahan dan mudah untuk seperti ini.
Bryan merengkuh pinggang Kalea terlebih dulu. "Hari kita jangan lembur, aku mau kencan," bisiknya.
Wajah Kalea bersemu merah, kemarin ia dan Bryan menghabiskan waktu bersamanya.
Mereka nonton makan dan jalan-jalan, lantas hari ini Bryan ingin seperti hari kemarin tentu saja Kalea akan menolaknya secara terang-terangan.
"Bryan, besok kita ada meeting. And, kamu masih harus ketemu sama investor." Kalea mengingatkan.
Jeda satu menit Bryan langsung menunduk lesu, ia lupa jika setiap hari agenda dalam hidupnya adalah pekerjaan.
Ia tak mempunyai waktu luang. "Sepertinya kamu harus mengatur ulang jadwalku Kalea, aku bisa gila jika seperti ini."
Kalea tertawa geli, lantas Kalea bangun dari duduknya. Namun, sebelum benar-benar bangun Kalea memberikan kecupan di bibir Bryan.
"Semangat," ucapnya.
Bryan menarik tengkuk Kalea melumat bibir cherry itu dengan sedikit kasar, ia butuh tenaga untuk siang ini.
Ciuman keduanya cukup lama, kali ini Kalea bahkan membalas ciuman Bryan yang sedikit kasar itu.
"Aku mau kamu." Bryan tak bisa menahan dirinya lagi.
Tapi lagi-lagi Kalea menggelengkan kepalanya, Kalea bukan menolak ajakan Bryan tetapi saat ini ia sedang datang bulan.
Bahkan Kalea baru datang dihari kedua masih ada beberapa hari lagi, untuk pertama kalinya Kalea melihat wajah Bryan yang lesu.
Wajah yang biasa terlihat dingin itu benar-benar berubah, Bryan seperti anak anjing yang merengek membuat Kalea benar-benar merasa geli.
Pada akhirnya Bryan mau tak mau harus menahan dirinya, setelah jatuh cinta kepada Kalea setelah Bryan mencium Kalea seluruh atensinya hanya ingin Kalea.
Bryan jadi bersemangat untuk menyelesaikan semua pekerjaan kadang-kadang Bryan juga meminta Kalea untuk mempercepat semua meeting dan lain halnya.
Perubahaan Bryan itu menjadi buah bibir satu Sunrise Corp, mereka bertanya-tanya dengan sifat Bryan yang mendadak aneh.
Namun, Bryan tak memperdulikannya sama sekali. Mengurusi soal gosip perusahaan tak akan ada habisnya.
Ada hal yang ingin Bryan lakukan saat ini, ia ingin bersama dengan Kalea menikmati setiap detik waktu yang berlalu.
Keluar dari masa lalu yang kelam dan melupakan segalanya, di mata Bryan sosok Kalea hadir seperti malaikat.
Bryan melihat Kalea sesekali memastikan jika wanita itu masih ada disisinya. Ada rasa takut yang hinggap di hati Bryan, ia takut jika Kalea pergi meninggalkannya seperti seseorang yang sempat membuat luka yang sangat dalam dihatinya.