Chereads / Pengasuh Putraku Ternyata Ibu Kandungnya / Chapter 16 - 16. Karena Aku Calon Nyonya Hyung.

Chapter 16 - 16. Karena Aku Calon Nyonya Hyung.

"Aku ingin kamu pergi jauh, jika perlu kamu bisa kembali ke kota J. aku yakin mereka tidak akan mencari mu, termasuk Seung."

"Anda begitu yakin nona A Young? maaf saya tidak bermaksud untuk menantang anda nona, tapi saya akan pergi jika tuan Myung atau Seung sendiri yang mengusir saya."

"Kau berani menentang perkataanku? Aera, apa kau tidak tahu siapa aku? apa perlu aku jelaskan kembali, akan kedudukan di keluarga ini?"

"Tidak nona A Young, saya tahu kedudukan anda disini. dan saya tahu jika saya hanyalah seorang pengasuh." Aera merapikan meja, dan meninggalkan A Young, yang tersenyum penuh kemenangan.

"Itu harus kau ketahui dan kau ingat jika aku adalah tunangan Myung, dan itu artinya aku adalah nyonya di keluarga ini." Aera tersenyum hormat pada A Young.

"Nyonya Aera, kemarilah makanlah, ini adalah kue buatan saya. Nyonya bisa mencobanya lebih dulu." Pelayan senior memberikan kue pada Aera, namun suara A Young. membuat Aera mengurungkan menerima kue yang di berikan pelayan senior.

"Pelayan senior, kau tahu siapa aku bukan? jadi jika pelayan seperti kau, bersikap dan hormati aku. dan jika kau ingin memberikan kue, berikan dan layani aku terlebih dulu. Karena aku calon Nyonya Hyung."

"Baik nona A Young."

"Bukan nona, tapi nyonya A Young."

"Bibi, apa yang bibi lakukan disini? kenapa bibi meminta ibu memanggil nyonya? bukankah Bibi belum menikah dengan ayah?"

"Seung, bicaralah dengan sopan pada Bibi, calon ibumu. atau pengasuh yang mengajarimu bicara kasar seperti ini Seung?"

"Bibi, berhenti menyalahkan ibu."

"Seung, dia hanya pengasuh. bukan ibu mu, yang akan menjadi ibumu adalah bibi, belajarlah memanggil ibu padaku, bukan sama pengasuh itu." Kata A Young. menahan emosinya.

"Tidak! Bibi tetap akan menjadi Bibi. tidak akan menjadi ibuku."

"Seung!!"

"Nona A Young, Seung masih kecil, jangan bersikap seperti itu padanya."

"Tugasmu hanya menjadi pengasuh Seung bukan yang lain, bersikaplah seperti seorang pengasuh." A Young, kembali duduk di ruang keluarga.

Area berlari mengejar Seung yang pergi ke kamarnya.

"Bibi, kemana Myung? kenapa sejak tadi aku tidak melihatnya?"

"Nona, tuan Myung ada pertemuan dengan salah satu Klein. kemungkinan akan pulang terlambat, nona membutuhkan sesuatu?"

"Tidak, Bibi. bisa pergi."

"Bibi, mulia hari ini panggil aku nyonya." Lanjut A Young.

"Baik nona, Nyonya."

Aera yang berusaha untuk membujuk Seung agar tidak membenci A Young.

"Ibu, berhenti untuk membujukku. aku tidak menyukai Bibi. dia hanya mencintai ayah, bibi jahat ibu."

Seung menolak Aera yang terus berusaha untuk membujuknya.

"Sayang, ibu tidak akan membujuk mu. kemarilah kita berkeliling." Aera mengajak Seung berkeliling halaman, walau cuaca yang tiba-tiba berubah membuat Aera dan Seung berkeliling tidak jauh dari Villa. Aera tersenyum melihat sisi lain dari Seung, anak kecil yang berlari mengejar seekor kelinci berbulu putih.

"Ibu, apakah dia kelelahan jika aku mengajaknya bermain?"

"Tidak sayang, bermainlah. tapi ingat kelinci pun butuh istirahat sayang, kemarilah berikan wortel ini." Seung berteriak saat kelinci putih mendekatinya dan lahap memakan wortel pemberiannya.

"Ibu, bisakah aku membawanya pulang kerumah?"

Seung menatap Aera dengan tatapan memohon.

"Ibu akan membelinya, tapi kamu harus tanyakan pada ayahmu. apakah ayah akan mengijinkan atau tidak."

Seung menganggukkan, berapa kelinci kembali mendekati, dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.

"Tuan, nona A Young. ingin bertemu dengan anda."

Senyum di bibir Myung hilang saat mendengar perkataan dari pelayan senior.

"Ada apa? apakah bibi tidak mengatakan pada A Young jika saya pulang terlambat?" Myung mengalihkan pandangannya dari Seung dan Aera.

"Maafkan saya tuan, tapi sepertinya nona melihat anda sudah pulang, saya tidak tahu tuan, silahkan nona A Young ada di ruang keluarga."

Myung duduk di ruang keluarga, dengan perasaan enggan, Myung menolah kearah suara merdu A Young.

"Myung, ayah ingin bertemu denganmu?"

"Kamu, tahu jika aku sedang sibuk, tidak ada waktu untuk bertemu dengan tuan Duck Young, katakan jika ada waktu aku akan berkunjung."

"Tapi Myung, ayah ingin menanyakan pertunangan kita. apakah kamu berniat untuk mengelak dari perkataan ayah?"

A Young adalah putri dari keluarga Duck Young, gadis yang manja dan baik hati, tutur katanya yang lemah lembut membuat, Duck Young sangat menyayanginya bahkan Duck Young rela melakukan apapun untuk kebahagiaan putrinya.

"Kamu tahu, sebentar lagi acara akhir tahun dan kita akan banyak pekerjaan. kamu bahkan ada pemotretan di Jepang apakah kamu ingin impianmu hancur? aku akan bertemu dengan tuan Duck Young. kamu tidak perlu khawatir, fokuslah dalam karirmu."

"Myung, setidaknya datanglah untuk acara makan malam, ayah ingin kamu datang."

"Aku akan mencari waktu untuk menerima undangan dari tuan Duck Young."

"Myung, tunggu!!"

"Istirahatlah, cuaca hari ini tiba-tiba berubah, jangan sampai sakit. tuan Duck Young akan menyalahkan aku jika terjadi dengan mu." A Young tersenyum mendengar perkataan Myung yang perhatian padanya.

A Young kembali kedalam kamar, dirinya memilih kamar yang berada di samping Myung. agar memudahkan dirinya mendatangi Myung.

Aera yang telah merapikan makan malam yang hingga saat ini tidak ada yang menyentuhnya, selain Seung dan dirinya. pelayan senior yang ditugaskan untuk membersihkan Villa kembali ke kamarnya.

"Seung, sudah selesai?"

"Sudah ibu, ayah kenapa tidak makan malam ibu?"

Aera tersenyum membantu Seung mencuci tangannya.

"Ayahmu lelah sayang, temui ayahmu sebelum tidur."

"Tidak, ayah tidak pernah menemuiku sebelum aku tidur."

"Seung, ayahmu sibuk nak. tapi akhir-akhir ini, ayah selalu berkunjung ke kamar saat kamu tidur Seung."

"Tapi tidak saat aku masih berjaga ibu."

Aera mengikuti langkah Seung ke kamarnya dan membantu berganti pakaian dengan piyama tidur. Seung tertidur saat Aera membacakan dongeng, tidak lama Aera terlelap memeluk Seung.

A Young yang kesal karena sejak semalam kesulitan untuk mendatangi kamar Myung.

"Nona A Young, maksud Bibi, Nyonya teh hangat sudah saya siapkan di ruang keluarga."

"Bibi, apa kamu tahu dimana Myung?"

"Bukankah ada di dalam kamar non? Nyonya, maksud Bibi, tuan Myung ada di ruang makan."

"Sejak kapan Myung ada di ruang makan?"

"Sejak tadi, sebelum anda bangun nona, Nyonya."

"Apa kau begitu sulit memanggil ku dengan panggilan Nyonya?"

"Maafkan saya,"

A Young menuruni tangga dengan anggun, di lihatnya Myung yang tengah menikmati kopi, bahkan aroma kopi tercium seisi ruangan.

"Selamat pagi Myung,"

"A Young, kau sudah bangun?"

"Semalam aku tidak bisa tidur, apakah tidurmu nyenyak semalam?"

"Ya, apa yang membuatmu tidak bisa tidur semalam?"

"Aku, hanya memikirkan dirimu, bagaimana jika kita mempercepat pertunangan kita?"

"Nyonya, teh anda sudah hangat."

"Bibi, terima kasih. untuk apa memanggilku dengan panggilan Nyonya? panggil saja Nona A Young, jangan membuatku malu seperti ini." A Young tersipu saat pelayan senior memanggilnya Nyonya.

"Tapi anda ..."

"Bibi, sudahlah. aku tahu, suatu saat nanti aku akan menjadi Nyonya Hyung, tapi untuk saat ini panggil aku dengan nona, atau A Young."

"Bibi, bisa meninggalkan kami berdua?" Lanjut dengan suara lembut.

"B ... baik, nona."

"A Young, bukankah kamu ada pemotretan?"