A Young menutup mulutnya tubuhnya bergetar mendengar perkataan tuan besar Hyun, jika tempat yang tidak diizinkan untuk didekati ternyata menyimpan sebuah rahasia besar terlebih pengasuh Seung yang tidak lain adalah ibu dari Seung dan calon istri Myung. A Young berhati-hati kembali keruang tamu ia memilih untuk meninggalkan mansion Myung tanpa memberitahunya.
"Nona A Young, anda mau ke mana?" A Young tidak menyukai pertanyaan dari salah satu penjaga di mansion Myung.
"Buka pintunya, apakah aku harus memberitahu kau ke mana aku pergi? jaga sikapmu karena aku adalah calon Nyonya Myung, jika kau ingin tetap bekerja di sini maka bersikaplah sopan terhadapku." A Young menghentakkan kakinya meninggalkan mansion bersama dengan manajernya yang datang menjemput.
"Nona Ada apa dengan Anda? kenapa anda terlihat tertekan dan," A Young menatap dingin manajernya, nona tunggal di keluarga Young tidak menyukai pertanyaan yang di berikan oleh seseorang yang memiliki derajat di bawahnya, sekalipun dia adalah manajernya.
"Lancang sekali pertanyaan yang kau ajukan kepadaku Yu Ri, apa kau sudah tidak ingin bekerja lagi denganku? baiklah akan aku pecat kau hari ini juga." A Young memiliki sikap yang arogan bahkan ia tidak peduli dengan keadaan sekitar, sekalipun dia adalah manajer ataupun asisten pribadinya, baginya jika mereka sudah mulai lancang terhadapnya maka pemecatan adalah hal yang harus dilakukan dan itu adalah mutlak yang A Young lakukan.
"Nona, aku masih ingin bekerja dengan Anda. bukankah anda sudah mengenali aku sejak lama? bukankah aku sudah mendampingi anda beberapa tahun terakhir ini aku juga yang sudah mencarikan agensi yang membayar anda dengan mahal. apakah hanya masalah sepele seperti ini anda akan memecat aku?" Yu RI adalah tim manajer A Young, walau sebagai seorang manajer Yu Ri selalu setia berada di samping A Young. bahkan melebihi tugas asisten pribadi.
A Young tidak lagi mendengarkan apa yang dikatakan oleh manajernya, dia terus memikirkan bagaimana caranya untuk mengungkap semua misteri Myung yang telah menyembunyikan satu ruangan yang pernah ia digunakan untuk membantai seseorang, dan tentang Aera yang ternyata adalah ibu kandung dari Seung. tidak ada keganjalan di antara Myung dan Aera setiap kali mereka bersama dan ia baru menyadari jika bagian wajah Seung memiliki kesamaan dengan Aera. A Young mengabaikan panggilan manajernya ia terus melangkah ke kamarnya.
____
Aera merasakan perutnya yang terasa lapar, berusaha untuk menghabiskan air lebih banyak namun rasa lapar tidak kunjung hilang, waktu yang sudah tengah malam membuatnya enggan untuk keluar dari kamar, walau ia tahu jika tuan besar telah meninggalkan mansion.
"Kenapa tidak hilang laparnya?" gumam Aera, perutnya yang tidak hentinya berbunyi memaksa Aera keluar dari kamar untuk mengambil sesuatu yang bisa ia makan, Aera berusaha untuk tidak menimbulkan suara-suara yang akan membuat penghuni mansion terbangun karena kegaduhan yang ia buat, Aera membuka lemari pendingin namun ia tidak menemukan apapun, sehingga Aera kembali membuka lemari penyimpanan makanan makanan kering, bibirnya tertarik keatas saat mendapati mie instan. tanpa berfikir panjang Aera membuat Ramyeon dengan telor setengah matang di atasnya, Aera menghirup aroma sedap dari mangkuk yang ada di tangannya, binar matanya saat melihat sajian yang menggunggah selera ada di atas meja, tangannya dengan lincah menarik kursi suapan pertama membuat wajahnya ceria. namun sayangnya saat Ramyeon akan sampai di bibirnya tiba-tiba suara seseorang membuatnya terdiam.
"Apakah aku mengizinkan kau untuk makan?" tanya Myung yang berada di tidak jauh dari Aera, dengan berdiri kaki menyilang tangannya yang ia lipat ke depan dada menatap Aera yang akan menyantap Ramyeon.
"T... tuan, Myung?" Aera berdiri dan menjauh dari meja makan dan membawa mangkuk yang berisikan Ramyeon.
"Mau kemana kau?" Aera terdiam kakinya seolah-olah memiliki magnet yang tidak bisa ia gerakan hanya tatapan Aera yang sendu kearah Myung.
"Kruk.. kruk."
"Kruk.. kruk."
Suara perut mereka bersamaan membuat Myung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Aera yang menyembunyikan wajahnya yang saat ini berwarna merah bagaikan tomat, berapa saat Aera mampu mengendalikan perasaannya, Aera kembali duduk di kursi namun kali ini ia mengambil satu mangkuk.
"Tuan aku duduklah anda sedang kelaparan, silahkan tuan Myung," Aera menarik kursi untuk Myung, namun laki-laki dengan tinggi seratus tujuh puluh delapan tidak berkembang dari tempatnya ia tetap berdiri tanpa berniat untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh Aera walau berapa kali Myung menelan ludahnya, saat matanya tertuju satu mangkuk Ramyeon yang lezat.
"Maaf tuan Myung, aku benar-benar lapar." Aera tidak memperdulikan jika tuan Myung menatapnya tanpa berkedip, saat melihat Aera tengah menikmati setengah mangkuk Ramyeon.
"Tuan Myung sekali lagi aku minta maaf karena perutku yang masih lapar, jadi Ramyeon akan aku habiskan," kata Aera, mengambil satu mangkuk yang masih penuh milik Myung yang tidak tersentuh.
Myung yang sejak menahan perutnya yang terasa lapar bahkan cacing-cacing di perutnya tidak hentinya berbunyi, mengabaikan gengsinya Myung menarik mangkuk yang akan diambil oleh Aera dan memakannya dengan lahap.
"Kenapa menatapku seperti itu apa kau juga masih lapar?" kata Myung dengan mulut penuh dengan makanan, Myung beranjak dari duduknya saat teringat kimchi yang ia simpan di dalam lemari khusus.
"Kau ambillah," Myung memberikan kimchi pada Aera.
"Apa kau hanya membuat Ramyeon satu?" Myung membagi Ramyeon yang masih ada di mangkuknya pada Aera.
"Hanya ada satu tuan, jika ada dua sudah aku masak semua."
"Tuan Myung, aku sudah selesai." Aera mencuci mangkuk dan peralatan yang ia gunakan untuk memasak Ramyeon, setelah selesai ia memutuskan kembali ke dalam kamarnya.
"Pengasuh Seung, terima kasih untuk Ramyeon sangat enak." Myung melewati Aera yang berdiri terpaku saat Myung menyunggingkan senyum padanya.
Pagi saat Aera akan membantu pelayan senior menyiapkan sarapan pagi di kejutkan dengan banyaknya mie instan yang tersedia di dalam lemari, bukan hanya mie instan tapi juga berapa makanan ringan yang kini memenuhi lemari dan sayuran yang akan di buat kimchi yang oleh pelayan senior.
"Bibi Chin Sun, apakah sayuran sebanyak ini akan dibuat kimchi?" tanya Aera.
"Nona Aera, sejak kapan anda ada di sini?" tanya pelayan senior, mengabaikan pertanyaan Aera.
"Sejak bibi memasukan mie instan dan berapa bahan makanan kedalam lemari, apakah bibi Chin Sun sudah belanja banyak? kenapa bibi tidak memanggil aku untuk membantu saat bibi berbelanja?" Aera membantu membersihkan beberapa sayuran untuk dibuat kimchi.
"Nona, semua belanjaan ini bukan bibi yang belanja, tapi Yong Jin. nona Aera apa yang anda butuhkan?" pelayan senior tidak membiarkan Aera untuk pembantunya mengerjakan pekerjaan dapur terlebih untuk membuat kimchi.
"Tidak ada yang aku butuhkan, tapi aku hanya akan membantu bibi mengerjakan semua pekerjaan ini, agar cepat selesai dengan begitu bibi bisa beristirahat lebih cepat dan lebih lama." Aera mengabaikan larangan dari bibi Chin Sun, Aera tidak akan membiarkan bibi Chin Sun mengerjakan semua pekerjaan tanpa bantuan darinya.