Aera terkejut dengan kedatangan tuan Myung dan Tuan muda Seung, Aera tahu bagaimana seorang tuan Myung bisa mendapatkan alamat apartemen Naomi. kesadaran Aera kembali saat Seung semakin erat memeluknya.
"Ibu jangan tinggalkan Saung lagi," Aera memeluk tubuh Seung dengan eratnya, tanpa sadar air matanya mengalir.
"Maafkan ibu sayang." Aera menciumi wajah Seung tanpa henti.
"Tuan Myung silahkan masuk, maaf berantakan." Naomi membuka pintu Apartemen. Myung mengikuti langkah Naomi dan dirinya menatap sekeliling Apartemen sederhana Naomi.
Mereka duduk di ruang tamu yang sederhana, Seung yang berada di pangkuan Aera. tidak berapa lama Seung telah tertidur pulas dalam pelukan Aera.
"Sebaiknya saya kembali, Seung sudah tertidur." Myung yang mengambil Seung yang berada di pangkuan Aera. namun di tahan oleh Aera.
"Tuan diluar ada badai, tidak mungkin anda pulang, sangat berbahaya untuk kalian bukan?" Aera membawa Seung ke kamarnya.
"Tuan Myung, maaf saya permisi, lebih baik tuan tetep tinggal disini di luar sangat berbahaya." Naomi meninggalkan , Myung dirinya memberikan waktu pada tuan dan sahabatnya untuk berbicara berdua.
Aera yang telah menidurkan Seung dikamar kembali keluar, terlihat Myung duduk sendiri tanpa ada Naomi, melihat Myung yang kedinginan Aera memutuskan membuatkan minuman hangat untuk Myung. setelah selesai Aera membawanya ke Myung namun dirinya terkejut saat pria itu berada di belakangnya.
"Kenapa kamu pergi dari mansion?" Myung menatap wajah cantik Wanita yang berada di hadapannya.
"Itu, eemm..." Ucapannya terhenti saat Myung menarik tubuhnya dan mencium bibir Aera. melumat bibir merah Aera tangannya yang berada di pinggang Aera menariknya hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka Myung melepas lumatannya namun wajah mereka saling berdekatan.
Aera mengatur jantungnya yang berdetak lebih cepat, dirinya tidak ingin terlena dengan keindahan yang di berikan Myung padanya. karena tujuannya di kota ini untuk mencari keluarga Hyun.
"Kembalilah kerumah, Seung membutuhkan dirimu, dan juga diriku." Lanjutnya dalam hati, Myung menginginkan Aera wanita yang melahirkan putranya walau sang kakek belum memastikan, namun dirinya yakin jika Aera adalah ibu kandung putra tunggalnya.
Aera tidak menjawab pertanyaan Myung dirinya melangkah menuju balkon yang berada di dekat ruang tamu. suasana di luar sangat dingin. terpaan angin dan salju membuat tubuhnya sedingin es. pelukan seseorang membuat tubuhnya menghangat.
"Kembalilah demi Seung, A Young tidak akan berani mengusik dirimu lagi." Myung mempererat pelukannya pada tubuh kecil Aera. nafas Myung yang menyentuh leher Aera membuat tubuhnya menghangat.
Myung membalikan tubuh Aera dan dirinya kembali melumat bibir Aera, Myung mendorong tubuh Aera ke dinding dan tubuhnya menghimpit tubuh Aera.
Berlahan Aera menikmati ciuman yang di berikan Myung padanya. tangannya kini melingkar di leher Myung membuat senyum Myung terukir indah. dan kembali memperdalam lumatan bibir Aera, bibi mungil Aera adalah candu baginya.
Myung melepas ciumannya dengan enggan, dirinya tersenyum melihat Aera yang menahan nafasnya saat berciuman.
"Kenapa menahan nafas? itu sangat berbahaya Aera," Myung membelai pipih Aera yang memerah.
"A.. aku em.." Myung mengecup bibir Aera.
"Aera jadilah istriku, ibu untuk Seung." Myung menarik pinggang Aera semakin erat entah kenapa dirinya tidak ingin kebersamaannya dengan Aera berakhir.
"Tuan Myung, aku.. maaf..." Aera melepas pelukan Myung dirinya memang sangat menyayangi Seung, namun tujuannya ke kota hanya untuk mencari putranya, bukan mencari kebahagiaan dirinya.
"Aera apa kamu tidak ingin menjadi ibu untuk putraku?" Myung memandang punggung Aera.
"Bukan begitu tuan, aku.." Aera tidak ada keberanian untuk menceritakan pada Myung tujuannya ke kota.
"Aku juga membutuhkan dirimu Aera, jadilah istriku." Myung membalikkan tubuh Aera kini tatapan mata mereka saling terkunci. Badai malam ini menjadi saksi seorang tuan muda melamar Aera walau tidak di tempat yang romantis namun membuat bunga hati seorang Aera merekah. dirinya tidak tahu kapan bunga cinta itu tumbuh di dalam hatinya, rasa kagum menjadi cinta pada Myung yang dirinya kira tidak akan pernah tersampaikan, namun saat ini Myung, ayah dari anak asuhnya telah mengutarakan isi hatinya perasaannya kini tidak bertepuk sebelah tangan. namun rasa takut tiba-tiba menyeruak di lubuk hatinya bagiamana kalau Myung mengetahui masa lalunya apakah Myung akan menerimanya. Aera terdiam dalam pelukan Myung.
Keesokan harinya saat Aera terbangun dirinya kesulitan untuk bergerak, saat merasa sesuatu yang berat di atas perutnya berlahan Aera meraba-raba bagian perutnya. dirinya terkejut saat mendapati tangan besar melingkar di perutnya dengan posesif. berlahan Aera memindahkan tangan besar milik Myung, namun pergerakannya justru membuat Myung semakin erat memeluknya.
"Biarkan seperti ini, aku mohon." Suara serak Myung berada tepat di telinganya.
Aera mengikuti keinginan Myung yang menginginkan dirinya tidak bergerak. tanpa disadari oleh mereka, Seung yang terbangun lebih dulu hanya bisa menatap sang ayah yang merebut ibunya dari pelukannya.
"Ayah, berhenti bersikap seperti anak kecil dan jangan sentuh ibu!" Suara nyaring Seung membuat Myung yang memeluk Aera tersentak kaget.
"Seung kau?" Myung tidak dapat melanjutkan kata-katanya dirinya benar-benar di buat malu atas apa yang di lakukannya.
Tidak jauh berbeda dengan Aera yang tersentak mendengar suara Seung yang nyaring.
Mereka saling diam dan salah tingkah, yang membuat Seung semakin geram melihat tingkah ayahnya.
"Sebaiknya aku keluar dulu, menyiapkan sarapan pagi." Aera bergegas pergi dari hadapan Seung dan Myung namun lagi-lagi mereka yang salah tingkah. tanpa disadari berjalan kearah yang salah dan tabrakan tidak dapat di hindari sehingga tubuh Aera yang kecil terpelanting ke atas kasar dan badan Myung yang tinggi berusaha untuk menahan tubuh Aera yang pada akhirnya jatuh tepat di atas tubuh Aera dan bibir mereka saling bersentuhan.
"Apa kalian tidak berhenti membuat drama?" lagi-lagi suara Seung membuat mereka tersadar dan Myung bergegas berdiri dari atas tubuh Aera.
Aera berjalan keluar dari kamar dengan langkah lebar, dan Myung yang bergegas kearah kamar mandi.
Setelah kepergian mereka Seung tersenyum puas, dirinya bahagia karena ayahnya dekat dengan Aera. ibu pengasuhnya.
Di luar Aera yang tengah menyiapkan roti bakar dan berapa menu sarapan pagi, di kejutkan kehadiran sahabatnya.
"Aera apakah kau tidur dengan tuan Myung?" Naomi yang terbangun sejak pagi tidak menemukan tuan Presdir yang semalam berbaring di atas sofa.
"Naomi, tolong jangan berfikir yang tidak-tidak. sungguh aku tidak tau kalau tuan Myung tiba-tiba sudah ada di belakangku." Aera yang merasa malu berusaha menjelaskan pada Naomi. Aera tidak ingin sahabatnya berfikir yang buruk padanya terlebih saat ini hanya menumpang di apartemennya.
"Apakah aku terlihat berfikir yang tidak-tidak padamu? jika iya, aku tidak keberatan bahkan aku akan mendukung dirimu bersama dengan Presdir."