Myung yang mengalami masalah tidur berapa tahun yang lalu hingga saat ini, berbagai pengobatan sudah di lakukannya. bahkan sampai ke luar negeri namun tidak kunjung sembuh.
Seperti saat ini, usai minum dengan Yong Jin asistennya dirinya mengira akan tidur, namun yang terjadi sebaliknya. Myung tetap terjaga, lain halnya dengan Yong Jin yang kini terkapar di sofa panjang.
Myung keluar dari ruang kerjanya menuju kamar pribadinya. saat melewati kamar putranya, dirinya berniat melihatnya namun saat memasuki kamar putranya. terlihat posisi tidur Aera yang memeluk tubuh putranya.
"Kenapa kalian memiliki cara tidur yang sama? kenapa bibir, mata kalian bisa sama. Aera apakah kamu wanita yang aku cari selama ini? berkas-berkas itu menunjukan dirimu ibu kandung Seung. katakan padaku Aera," Berlahan Myung mendekati wajah Aera dan, satu kecupan mendarat di bibir Aera. Myung yang masih memiliki kesadaran walau tidak sepenuhnya. tanpa ragu menaiki tempat tidur yang di tempati Aera bersama Seung. tangannya melingkar di pinggang Aera dalam hitungan detik dirinya terlelap dalam mimpi.
Keesokan paginya, baik Aera ataupun Seung terbangun. Myung yang terlebih dulu terbangun meninggalkan kamar Seung. tanpa ada yang mengetahui jika dirinya tidur di kamar Seung bersama Aera dan putranya.
"Selamat pagi ibu Aera," Seung mengecup pipi Aera yang masih memejamkan matanya.
"Selamat pagi putra ibu yang tampan." Aera memperhatikan tempat tidur di sampingnya dan aroma parfum maskulin milik Myung tertinggal di tempat tidur dan bajunya. semalam Aera merasakan seseorang telah memeluk pinggangnya namun karena tubuhnya yang lelah dirinya enggan membuka matanya.
"Ibu, apa yang ibu pikirkan? apa sesuatu terjadi pada ibu?"
"Tidak sayang, ibu hanya sedikit mengantuk. tapi ibu harus menyiapkan keperluan Seung sekolah bukan?"
"Tidak perlu ibu, beristirahatlah. ibu lanjutkan tidur saja biar Seung menyiapkan sendiri."
"Putra ibu tampan dan baik hati, kemari ibu ingin memelukmu." Seung mendekati Aera dan mereka saling berpelukan. pemandangan indah itu tidak luput dari penglihatan Myung yang berdiri di depan pintu kamar Seung. dirinya berniat kebawah namun pemandangan di hadapannya sangat menarik dan membuat bibirnya tersenyum.
Usai menyiapkan keperluan Seung sekolah, kini mereka menuruni tangan tangan mungil Seung tidak lepas dari tangan Aera.
"Selamat pagi Ayah." Myung menatap dua orang yang kini berada di hadapannya. mata dan bibir itu benar-benar sama senyum mereka sama dan wajah mereka sangat mirip, hanya saja sifat Seung menurun darinya. dingin dan susah untuk bergaul.
"Ayah. apakah ayah akan melihat kami? tanpa menjawab sapaan dariku?" Myung tersadar dari lamunan. dan dengan cepat kembali ke bersikap dingin.
"Selamat pagi putraku, kemari kita makan bersama."
"Ibu Seung, sudah menyiapkan untuk..." Suara langkah kaki menggema di ruangan keluarga. membuat Seung kembali bersikap dingin.
"Selamat pagi tunangan ku, cupp.." A Young yang tanpa malu mencium Myung. meskipun pria itu menghindar namun kalah cepat dengan bibir A Young.
"Menjijikan. Ibu kita pergi sekarang, napsu makan ku tiba-tiba menjadi buruk dan udara di sini menjadi beracun."
Seung berdiri dari kursinya. A Young menatap putra tunangan dengan senyum miring. dirinya mengharapkan Seung pergi dan hanya mereka berdua di ruang makan.
"Seung duduk, dan makan sarapan mu?" Suara Myung terdengar dingin membuat Seung menatap ayahnya tidak suka.
"Bersikaplah sopan pada Bibi A Young, Seung!" Suara Myung kembali terdengar, kali ini lebih tegas.
"Aku tidak sebodoh Ayah, yang bersikap baik pada wanita licik seperti Bibi A Young. jika Ayah bersikap baik dengannya silahkan, tapi tidak dengan ku!!" Kini suara Seung menggema di ruang makan. Aera menatap tidak percaya anak seusia Seung bisa bersikap seperti orang dewasa. namun dirinya tidak sependapat dengan Seung, namun tidak seharunya Seung berkata seperti itu.
"Seung!! lancang kamu, apa begini ayah mengajarkanmu bersikap pada orang dewasa? cepat minta maaf pada Bibi A Young. jika tidak..." Myung menghentikan ucapannya saat suara Seung terdengar lebih tegas lagi.
"Tidak!! aku tidak akan meminta maaf pada wanita ular itu, Ayah. Ibu Aera ayo kita pergi dari sini." Seung menarik tangan Aera keluar dari ruang makan.
"Seung. berhenti!!" Suara Myung kembali terdengar.
"Apa yang akan Ayah katakan padaku? jangan katakan jika Ayah ingin aku bersikap baik pada wanita ular itu? jika yang aku katakan ini benar. silahkan Ayah saja yang bersikap baik padanya. bukankah dia calon istri Ayah. bukan? dan satu lagi sampai kapanpun Bibi A Young tidak akan menjadi ibu ku." Aera berdiri mematung di samping Seung. dirinya benar-benar syok anak yang di asuhnya bersikap seperti itu. sikap seorang pria dewasa. Aera tersentak saat Seung tidak lagi berada di sampingnya.
Seung meninggalkan ruang makan, namun langkahnya terhenti ketika suara lembut memanggilnya.
"Seung sayang, duduklah dan makan sarapanmu setelah itu kamu bisa berangkat sekolah." Aera menjajarkan tubuhnya dengan tinggi tubuh Seung. tangan yang lentik pengusap punggung dan dada putra asuhnya dengan lembut. dan melanjutkan kata-katanya.
"Jangan biarkan kemarahan ini kamu bawa ke sekolahan, karena akan mengganggu konsentrasi belajarmu nanti." Seung menatap wajah cantik wanita yang berada di hadapannya.
"Baiklah Ibu, aku akan makan sarapannya tapi Ibu yang menyuapiku. bagaimana Ibu?" Wajah Seung berubah menjadi sendu dan kini kata-katanya tidak lagi seperti orang dewasa namun kata-kata manja seorang anak pada ibunya.
"Tentu sayang, Ibu akan menyuapi mu. sekarang kamu duduk disini, ibu ambilkan roti untukmu." Seung menuruti perkataan Aera. Myung yang melihat itu hanya bisa menatapnya tidak percaya. putranya bersikap manja dengan Aera pengasuhnya. namun sikapnya dengannya berubah tiga ratus derajat jika marah, perkataannya tidak pernah didengar oleh Seung.
Myung mengusap wajahnya dengan kasar. dirinya benar-benar takjub dengan cara seperti yang di lakukan Aera mampu meluluhkan hati keras Seung.
Usai menghabiskan roti bakar dan susu, Seung meninggalkan ruang makan tanpa menatap A Young dan Myung.
"Tuan Myung, Nona A Young. saya permisi mengantar Seung kesekolah." Tanpa menunggu jawaban dari mereka Aera mengikuti Seung. keluar dari ruang makan.
"Ibu, aku ingin Ibu mengantarku sampai di sekolah,"
"Tentu sayang, apapun akan ibu lakukan untukmu." Mereka keluar dari Mansion mewah milik Myung.
"Sam, antarkan kami kesekolah. hari ini saya akan ikut mengantarnya sampai disana." Aera menatap sopir sekaligus pengawal pribadi Seung.
"Baiklah nona. mari Tuan muda Seung."
Dalam perjalanan dari Mansion, sampai ke sekolah. Seung tidak mau melepaskan pelukannya bahkan Aera kesulitan untuk bergerak. namun entah kenapa dirinya sangat bahagia bisa memeluk Seung seperti ini.
'Apakah putraku seusianya, jika di hitung usia putraku sama dengan Seung. tiga tahun ini, entah seperti apa wajahnya bahkan saat baru di lahirkan aku tidak melihatnya secara langsung. hanya dengan fotonya aku bisa melihat wajahnya. '
"Nona, sudah sampai," Sam menyadarkan lamunan Aera. membuat wanita cantik itu melonjak kaget.
"Aahh... maafkan aku. Seung bangun sayang sudah sampai ayo kita turun." Seung menggoyangkan tubuh Seung berlahan.
Tidak lama Seung terbangun dengan senyum indahnya.
"Ibu maafkan aku, sungguh pelukan Ibu membuatku nyaman "
"Tidak apa-apa sayang, ayo kita turun." Aera mengantar Seung sampai ke kelas, tidak lama Aera keluar.
"Nona Aera, apakah mau pulang?" Sam yang melihat Aera keluar dari halaman sekolah bergegas bertanya padanya.
"Entahlah Sam, perasaanku tiba-tiba tidak enak,"
"Mungkin hanya perasaan Nona saja, ayo biar saya antar ke Mansion."
"Baiklah ayo.." Di dalam mobil perasaan Aera, semakin tidak karuan entah apa yang akan terjadi namun hatinya semakin tidak karuan.
"Sam, jika saya tidak ada disini, tolong jaga Tuan muda Seung jangan biarkan dia sendiri."
"Nona Aera, ada apa? kenapa Nona berkata seperti itu?"
"Tidak apa-apa, tolong jaga Tuan muda."
"Baik Nona.."
Sesampainya di Mansion, Aera menuju kamarnya dan untuk menyiapkan baju untuk Seung, namun saat akan masuk kedalam pintu kamar terkunci.
"Kenapa pintunya terkunci? seingat ku tadi tidak menguncinya?"
"Aku yang menguncinya kenapa?!" Tidak jauh dari kamar Seung, A Young berdiri dengan angkuhnya.
"Nona A Young, kenapa pintu kamar Seung harus di kunci? saya harus menyiapkan pakaian untuk Seung."
"Itu bukan urusanmu, sekarang pergi dari sini sekarang juga?!"
"Nona A Young, anda tidak bisa mengusir saya dari sini? yang bisa mengusir saya hanya Tuan Myung dan Tuan muda Seung."
"Siapa bilang? aku tidak punya hak. lihat aku mendapatkan perintah langsung dari CALON SUAMIKU UNTUK MENGUSIR MU HARI INI JUGA!!" Kata A Young dengan angkuh.