Usai mengerjakan tugasnya, dan saatnya Aera pulang kerumah, rutinitas yang setiap Aera kerjakan setiap harinya. dengan berlari kecil Aera menerobos salju yang kembali turun. sesampainya Aera di rumah, terlibat ibu Seo yang tengah memasak di dapur sesekali ibu Seo memegang dadanya.
"Ibu sedang apa? kenapa ibu bangun? ayo, cepat ibu harus beristirahat. jangan memaksakan diri, ibu masih sakit." Aera membantu ibu Seo untuk kembali ke kamarnya.
"Aera ibu tidak apa-apa, kamu jangan bersikap berlebihan seperti ini."
"Tapi ibu..."
"Sudah sekarang kamu mandi dan makan, ibu memasak makanan kesukaanmu." Dengan berat hati Aera mengikuti kata ibu Seo, ibunya yang keras kepala membuat Aera memilih kembali ke kamarnya dan berganti pakaian yang lebih santai.
"Aera, cepatlah. jika dingin rasanya tidak akan enak lagi." Ibu Seo, berusahalah menyembunyikan rasa sakit di dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.
"Baiklah ibu, aku akan turun." Tidak membutuhkan waktu lama. Aera sudah kembali keruang makan melihat ibunya menyiapkan makan untuknya membuat Aera bahagia sekaligus sedih. bagaimana tidak kondisi ibunya semakin hari semakin lembah, meskipun sudah di oprasi namun tubuhnya semakin hari semakin melemah itu yang membuat Aera merasa sedih.
"Aera, ibu mau bicara sesuatu padamu,"
" Katakan ibu ada apa?"
"Apa kamu baik-baik saja?" Aera mengerutkan dahinya pertanyaan ibu Seo membuatnya berfikir apa maksud pertanyaan ibu padanya.
"Kenapa ibu bertanya begitu? aku baik-baik saja, ibu tidak perlu memikirkan apapun. saat ini yang ibu pikirkan adalah kesehatan ibu, jangan banyak berfikir macam-macam." Aera mengantar sang ibu kekamar. memberikan obat yang biasa ibunya minum.
"Ibu tidurlah, Aera akan menjaga ibu disini." Aera menemani ibu Seo di dalam kamar, dan tertidur saling berpelukan.
Aera terlibat dulu terbangun, mendapati sang ibu tidak ada di sampingnya. bergegas Aera mencari sang ibu yang berada di kamarnya. Aera menyiapkan sarapan untuk sang ibu, melihat kondisi sang ibu yang menurun dan susah makan. Aera memutuskan untuk membuat bubur setelah selesai Aera mengantar ke kamarnya dimana ibu Seo tengah berbaring disana.
"Ibu bangunlah, waktunya sarapan." Aera memperhatikan sang ibu yang tertidur lelap. tidak seperti biasanya kali ini sang ibu tidak langsung bangun, membuat Aera kuatir dengan berlahan Aera menggoyangkan tubuh ibu namun tak kunjung terbangun. semakin membuat Aera cemas.
" Ibu, bangun." Aera mengoyakkan badan sang ibu, saat Aera menyentuh tangan sang ibu dingin, membuat Aera berteriak memanggil sang ibu.
"ibu bangun, ibu bangunlah hiks.. hiks.."
"Ibuuuu... kenapa ibu tega meninggalkan Aera sendiri Bu?" Mendengar teriakan Aera para tetangga berdatangan.
"Aera, biarkan ibumu pergi dengan tenang. jangan menangis Aera." mereka mengurus jenazah ibu Seo dan di hari itu juga di makamkan. Aera melihat jenazah sang ibu untuk terakhir kalinya dengan air matanya mengalir. berlahan peti jenazah di masukan kedalam tanah. usai pemakaman para pelayat satu demi satu pergi, tinggal Aera di pemakaman sendirian air mata tak ada hentinya mengalir. langit seakan mengerti kesedihan Aera ikut menimpakan airnya. Aera memeluk makam sang ibu. setelah puas menangis Aera bangun terlihat awan telah berubah menjadi gelap.
Aera memasuki kamar sang ibu, membaringkan tubuhnya disana yang terasa hangat, tidak berapa lama tertidur dengan lelapnya.
Ketukan suara pintu membangunkan Aera dari tidurnya.
Tok Tok Tok
"Aera, maafkan aku." Jean memeluk tubuh Aera mata sembabnya terlibat jelas, membuat Jean dan Ga Eun
"Jean, Ga Eun. aku sudah baikan duduklah."
"Aera maaf aku, aku baru bisa berkunjung. kemarin banyak pekerjaan dan kamu tahu sendiri pemilik restoran tempat kita bekerja tidak akan mengizinkan kita pulang lebih awal apapun alasannya. dan tempat kerjaku yang baru, aku tidak bisa meminta izin padanya. Aera maafkan aku."
"Aku tau Jean, terima kasih sudah mau datang."
"Aera aku membawa sarapan untukmu. aku yakin kamu pasti belum, makan." Ga Eun membuka tiga bungkus bubur untuk mereka makan bersama.
"Terimakasih, Ga Eun, Jean. tapi aku belum lapar, kamu letakan saja di atas meja." Penolakan dari Aera membuat dua sahabat Aera saling pandang.
"Tidak. aku yang akan menyuapi mu!"
"Sekarang buka mulutmu," Aera menuruti Jean hingga bubur yang di bawa oleh Ga Eun telah habis.
"Aera aku pergi dulu, nanti malam sepulang kerja aku akan kesini."
"Jean, katakan pada pak manajer. jika aku tidak masuk hari ini."
"Tentu, Aera jaga dirimu baik-baik."
"hhmm.." setelah kepergian Jean dan Ga Eun, Aera memasuki kamar sang ibu, di lihatnya foto sang ibu yang tersenyum padanya. Aera mengambil baju sang ibu di lemari dan terlihat ada kotak berwarna coklat. rasa penasaran Aera pada kotak itu dengan cepat membukanya. sebuah surat dan buku tabungan serta ada berapa lembar uang. Aera membuka surat, tulisan sang ibu
Aera sayang.....
maafkan ibu, selama ini ibu sudah banyak membohongimu, dan ibu juga sudah bersikap egois.
Aera setelah kamu membaca surat ibu, ibu mohon maafkan semua kesalahan ibu.
Aera sebenarnya anakmu masih hidup, dia sangat tampan seperti ayahnya, mata dan bibirnya sama sepertimu.
Aera menghentikan kalimat ini seperti belati yang tajam menghunus dadanya.
'Anakku masih hidup dan ibu mengetahui semuanya?' air mata Aera tidak terbendung lagi. kenapa ibunya Setega ini membohonginya. Aera kembali melanjutkan membaca surat ibunya.
Aera sayang...
ibu tahu setelah membaca surat ini, kamu membenci ibu.. tidak apa-apa ini semua memang kesalahan ibu.
Aera pergilah kekota carilah putramu, dia tinggal bersama Tuan muda Hyun ayah kandungnya, disini ada berapa lembar uang pemberianmu ibu simpan untuk kamu berbekal mencari anakmu, dan ada sedikit tabungan, itu pemberian Tuan besar Hyun untukmu, ibu tidak memakainya karena ibu tahu hari ini akan terjadi.
Aera, sayang sekali lagi maafkan ibumu ini, ibu sudah sangat jahat padamu. dari ibumu SEO Jung Jun.
Usai membaca surat dari ibunya Aera tak lagi menahan gejolak perasaannya pada ibunya.
"Aaaaggghhhhh..." Aera berteriak sekencang-kencangnya
"Ibu kenapa Setega ini padaku ibu?"
"Aku berfikir jika anakku benar-benar meninggal, ternyata semua ini, ibu lakukan agar aku tidak mencegah ibu memberikan bayiku pada Tuan besar Hyun."
setelah puas menangis Aera merapikan surat dan uang yang sudah ibunya persiapan. Aera berniat pergi ke kota untuk mencari rumah tuan Hyun.
usai Aera membersihkan badannya Aera bergegas mengambil tas dan pergi ke restoran. dia berniat mengundurkan diri.
"Aera kau kesini ada apa? bukankah kau ada cuti hari ini?"
"Tuan Hung maaf kedatangan saya kemari untuk memberikan surat ini."
"Surat pengunduran diri?"
"Kenapa kamu mau berhenti dari sini Aera?"
"Maaf tuan saya hanya ingin mengundurkan diri hari ini juga."
"Apa alasannya?"
"Tidak ada, maaf tuan Anda tidak bisa mencegah saya keluar dari ini."
"Baiklah, saya setujui pengunduran dirimu."
setelah mengurus pengunduran dirinya Aera. bersiap untuk kekota.