Brakk!!
"Aaarrggghhh !!" Aera terkejut saat tubuhnya terjatuh ke aspal.
"Bibi, tidak apa-apa?"
"Tidak, tuan muda. Bibi baik-baik saja." Aera melambai pada anak yang di tolongnya dan berlari mengambil kantong belanjaan dan kembali berlari saat melihat jam melingkar di pergelangan tangannya.
"Seung, apa yang kamu lakukan? bagaimana jika mobil itu menabrak mu?" Myung Dae Hyun mengangkat tubuh putranya dan membawanya ke dalam mobil.
"Bibi, sudah menolongku." Sikap dingin Seung, membuat Myung menghela nafasnya.
"Ayah, kenapa tidak berterima kasih pada Bibi? dia yang menolongku." Seung memilih duduk di samping Myung.
"Apakah wanita tadi yang menolong mu?"
Seung terdiam memejamkan matanya. tanpa memperdulikan perkataan sang ayah.
"Ayah, berbicara denganmu Seung?!" Myung meninggikan suaranya, saat tidak mendapatkan jawaban dari putra tunggalnya.
"Ayah, aku masih mendengar mu. kenapa salahkan aku yang ingin menyebrang? bukankah ayah bersama dengan tunangan ayah?" Seung kembali memejamkan matanya, namun kali ini telinganya di tutup dengan earphone. Myung menyandarkan tubuhnya, berbicara dengan putranya tidak akan pernah bisa berakhir dengan perdamaian.
Aera mengatur nafasnya saat berada di depan rumah sederhana milik ibunya.
"Aku pulang, ibu bagaimana kabarmu?" Aera menyalakan penghangat ruangan, badai salju yang mulai turun, membuatnya kedinginan.
"Ibu, baik-baik saja. kamu baru pulang?" bibi Seo menyambut putrinya pulang kerumah.
"Ibu, Ga Eun menitipkan ini untuk ibu."
"Anak itu, berapa kali ibu katakan untuk tidak mengantarkan apapun untuk kita."
"Ibu, katakan lagi pada Ga Eun. besok akan berkunjung ke rumah."
"Area, makanlah. ibu sudah masak makanan kesukaan mu. cepat ganti bajumu dengan yang lebih hangat. ibu melihat berita jika malam ini akan ada badai besar." Seo Jung Jun merasa iba pada putri semata wayangnya, terlebih masalah lalunya yang tidak secara langsung menjerumuskan putrinya menderita.
Aera melepas bajunya dan berganti dengan baju yang lebih hangat, bayangan anak laki-laki yang ditolongnya kini menari-nari di atas kepalanya.
"Dia sangat tampan, apakah Putraku akan berusia sama dengannya?" Aera kembali mengingat masa lalunya, Aera harus memberikan rahimnya untuk mengandung anak tuan muda. tuan besar telah membiayai semua kebutuhan hidupnya dengan sang ibu, bahkan biaya operasi sang ibu tuan besar yang menanggungnya.
"Aera. apakah kamu masih lama? ibu sangat lapar." Suara ibu menyadarkan Aera dari lamunan.
"Ya, ibu. aku segera turun."
Aera merubah raut wajahnya dan berlari ke ruang makan dimana ibu Seo telah menunggunya.
"Makanlah yang banyak, setelah itu istirahat cuaca sangat tidak bagus jika kamu terlalu malam berada di luar." Ibu Seo mengingatkan putrinya, untuk segera istirahat karena dia tahu jika malam hari putrinya akan menghabiskan waktu di balkon.
"Aku mengerti ibu." Aera menghabiskan makan malam dan membersihkannya setelah mengantar ibu Seo kamarnya dan menyiapkan obat yang harus di minimnya.
"Istirahat sayang, ibu akan meminumnya." Ibu Seo meminum obat di depan putrinya, senyum menghiasi wajah cantik alami putrinya.
"Ibu, sudah meminum obatnya sebaiknya kamu istirahat." Ibu Seo memejamkan matanya, tidak lama terdengar suara dengkuran halus. Aera berantem di kamar ibu Seo dan kembali ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Cuaca pagi yang begitu dingin namun tidak membuat Aera yang berdiam diri di rumah. setelah menyiapkan obat untuk ibu Seo, Aera kembali bekerja cuaca saat turun salju seperti ini akan. banyak pekerjaan.
"Aera. kamu sudah datang?"
"Ga Eun, ada apa?"
"Bagaimana kabar Bibi?" Ga Eun menolah ke the Aera yang tengah melepas baju hangatnya.
"Ibu, ingin bertemu denganmu. apa hari ini ada waktu? bukankah kamu berjanji akan mengunjungi ibu?" Aera menyiapkan alat untuk memberikan kaca yang tertutup kabut.
"Ya, aku akan berkunjung setelah pulang nanti." Aera mengangguk dan kembali bekerja.
"Aera, antarkan pesanan ke meja, no lima." Tanpa menunggu lama Aera membawa pesanan ke meja yang sudah di tentukan sesuai pesanan.
saat akan kembali Aera bertabrakan laki dengan seorang anak laki-laki sangat tampan dan menggemaskan. Aera berjongkok menjajarkan posisi dengan anak itu
"Bisakah kau jangan berlari? tempat ini tidak baik untuk berlari, bagaimana jika kau tersandung? kaki meja atau kursi dan kau terjatuh itu sangat sakit sayang." Suara Aera seperti hipnotis. anak itu langsung menganggukkan kepalanya. tanpa mereka sadari jika ini adalah ko kedua mereka bertemu.
"Aku minta maaf... aku kelaparan itu sebabnya, aku berlari dari toilet. Bibi maafkan aku," Anak laki-laki menarik kedua telinganya.
"Baiklah, lain kali jangan di ulangi, oke!" Aera mengusap kepala anak di depannya, entah kenapa perasaan begitu dekat dengannya. aroma wangi di tubuh anak kecil di depannya mengingatkan Aera dengan anak kecil yang di tolongnya semalam.
"Seung rupanya kau disini. cepatlah kita makan setelah ini kita akan menemui ayahmu." Seorang gadis cantik bertubuh langsing. dengan rambut berwarna kemerahan, Aera yang jika barang yang menempel di tubuhnya limited edition, Aera yang berfikir jika wanita itu ibunya. bergegas meninggalkan Seung.
"Bibi aku pergi dulu sampai ketemu lagi.." Suara anak kecil yang tidak lain adalah Saung menghentikan langkahnya dan menoleh kearahnya.
Aera tersenyum dan menganggukkan kepala. A Young merasa heran selama satu tahun berusaha mendekati Seung sangat sulit bahkan sampai saat ini dia tidak mau di sentuh olehnya, namun melihat tadi bagaimana Seung diam bahkan bersikap manja pada gadis asing.
'Seung nama yang memiliki artian penerus.'
A Young duduk didepan Seung melihat anak itu makan dengan sangat anggun, namun sikap dinginnya menurun dari ayahnya membuat A Young kesulitan untuk mendapatkan dua hati penerus dari kekayaan keluarga Hyun.
"Bibi, aku sudah kenyang." Tanpa menoleh pada A Young, Seung bergegas pergi ke parkiran membuta A Young menghentikan kakinya untuk mengikuti langkah panjang Seung yang kini terlihat berdiri di samping mobil.
"Kalian benar-benar seperti kutub es. sangat susah di dekati huuff.... jika ayahmu tidak kaya aku malas mendekatimu. Myung kau sangat menyebalkan kenapa kau menyuruhku mendekati putramu." Gerutu A Young. bergegas mengejar Seung yang sudah duduk manis di dalam mobil mewahnya.
'Kapan anak ini masuk ke dalam mobil?' A Young menggelengkan kepalanya dan duduk di samping Seung.
"Bibi, sepertinya aku mengenali bibi yang bekerja di restoran tadi?" A Young tidak menjawab perkataan Seung, namun dirinya meminta pada sang sopir untuk mempercepat kendaraannya. tidak peduli jika saat ini jalanan sangat licin baginya bertemu dengan Myung dan menghindar dari Seung adalah hal yang paling penting.
Di dapur Aera memikirkan anak laki-laki tadi entah kenapa dia merasa dekat dengannya.
"Anak yang manis. aahh tadi siapa namanya? kalau tidak salah Seung, nama yang indah orang tuanya pasti beruntung memiliki anak sepertimu."
"Aera kau sudah selesai, jika sudah mari kita pulang."
"sudah... ayo."
"Jean apa kau yakin ingin bekerja di cafe itu? apa kau tidak takut, tempat itu tidak cocok untukmu?"
"Aku membutuhkan banyak uang, pengobatan ayahku tidaklah sedikit. kemana lagi aku mencarinya, gaji di restoran cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari." Area menatap sahabatnya, hidup Jean tidak jauh berbeda dengan dirinya. tidak seperti Ga Eun yang memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari mereka.
"Baik semua keputusan ada padamu, aku minta tetaplah berhati-hati kau tau sendiri tempat itu seperti apa."
"Terimakasih Aera, entah kebaikan apa yang pernah aku buat di kehidupan yang dulu, sehingga aku memiliki teman sebaik dirimu."
"Kapan kau memulai bekerja disana Jean?"
"Hari ini, Aera sampai di persimpangan depan kita berpisah."
"Oke, hati-hati."
"Aera aku duluan, hati - hati ini sudah malam sangat tidak baik untuk kau."
"kau yang seharusnya berhati-hati Jean!!" Setelah melepas pelukannya Jean pergi.