Ketiga gadis itu memasuki salah satu mall terbesar yang berada di Jakarta, mereka adalah Alika, Chika dan Angel. Saat berada di sekolah, Angel mengajak mereka berdua untuk menghabiskan waktu di mall, ini sebagai bayaran karena Angel kemarin tidak bisa ikut ke Bandung, begitu lah yang diucapkan Angel.
Fyi, Chika dan Angel juga termasuk anak yang terlahir dari keluarga kaya. Tapi, mereka bertiga sama sekali tidak memiliki sifat sombong atau pun berpenampilan mewah, ketiganya masih berpenampilan biasa saja bahkan bisa di bilang sangat sederhana.
Dan Alika sangat bersyukur memiliki teman yang se-frekuensi dengannya, bukan dalam artian satu level. Tapi, se-frekuensi dalam berpenampilan sederhana. Karena menurutnya, jika kita memang terlahir dari keluarga kaya tanpa memamerkannya pun semua orang akan tahu.
Langkah ketiganya memasuki salah satu toko baju, sebenarnya mereka tidak ada niat untuk membeli baju tapi jika ada yang menarik mungkin akan membelinya.
"Ini lucu tau!" ungkap Chika saat melihat baju yang tak jauh darinya, Alika menoleh mendengar tuturan Chika.
"Lo mau beli, Chik?"
Chika menampilkan deretan giginya lalu menggeleng menjawab pertanyaan Angel, lantas Angel menjitak kepala Chika pelan. Sedangkan respon Chika berlebihan, gadis itu mengerang kesakitan seperti Angel melakukan kekerasan saja.
Angel memutar bola matanya malas, "Lebay!" cibirnya
"Udah deh, kebiasaan banget!" lerai Alika yang daritadi hanya menyaksikan keduanya.
Mereka bertiga kembali menyusuri toko baju tersebut, mata Alika terus melihat kanan dan kiri. Sebenarnya gadis itu ingin membeli baju, tapi belum ada yang menarik di matanya.
Sampai akhirnya kaki Alika berhenti melangkah karena Chika yang di depannya menghentikan langkahnya.
"Kok berhenti?" tanya Alika
"tau nih si Chika!"
Chika menyentuh rok yang menggantung, "Lucu banget, kayak rok di drakor-drakor gitu,"
"Iya sih, lucu,"
"Kalian mau beli gak? beli yuk biar samaan gitu!" ajak Chika dengan tatapan penuh harap
"Kalo gue mau sih, tapi warnanya bedain ya, malu kalo samaan," ujar Alika
Angel mengangguk menyetujui ucapan Alika, "Bener, sih, malu."
"Yaudah gapapa, berarti kita beli ya?" tanya Chika yang diangguki keduanya.
Sekawanan itu mencoba terlebih dahulu roknya, setelah merasa pas dan harga yang tidak terlalu mahal, mereka langsung menuju kasir dan membayar pesanan mereka masing-masing.
Dentingan sendok silih berganti, menandakan jika sendok itu ada yang memegang kendali sehingga membuat benda itu bergerak dan menimbulkan dentingan. Pemegang kendalinya adalah 3 gadis cantik yang memiliki sifat berbeda-beda, tapi itu tidak membuat mereka untuk tidak berteman. Perbedaan itulah yang membuat persahabatan mereka semakin indah. Siapa lagi jika bukan Alika--si gadis ceria tapi cuek, Chika--si gadis cerewet, dan Angel--gadis yang pembawaannya selalu kalem kecuali kepada Chika.
Mereka bertiga sedang mengisi perut yang sedari tadi tidak bisa diajak berkompromi, akhirnya setelah keluar dari toko baju ketiganya melangkahkan kaki menuju salah satu restoran yang berada di dalam mall.
"Serius, sih, lebih enak nasi gorengnya bang Korip depan komplek gue!"
Angel mengangguk, "Setuju gue sama lo!"
"Gue belum pernah nyoba," ungkap Alika dengan mengerucutkan bibirnya kecewa.
Chika menelan nasi gorengnya yang penuh di dalam mulutnya, "Nanti kapan-kapan gue ajak lo ke sana,"
"Lo harus nyoba! harganya murce, isinya banyak, ada udangnya, bakso, sosis, pokoknya komplit deh!" jelas Chika sambil mengunyah makanannya, "kalo soal rasa jangan ditanya, rasanyaa..." lanjutnya dengan nada menggantung di akhir ucapannya sembari menatap Angel
"Ah...mantappp!"
Alika menelan ludahnya, sial! ia tergiur hanya dengan ucapan Chika. Alika menyesal karena waktu Chika mengajak bermain ke rumahnya ia tidak ikut lantaran dirinya menonton acara TV yang menayangkan sosok yang sangat ia kagumi, siapa lagi jika bukan Alfie.
Mengingat nama Alfie, gadis itu jadi senyum-senyum sendiri membuat Chika dan Angel bergidik ngeri, mereka berdua saling tatap, mengapa Alika jadi seperti ini? padahal tadi mereka hanya membahas tentang nasi gorengnya bang Korip, tapi sekarang gadis itu sedang senyum-senyum tidak jelas.
Alika membayangkan kembali saat ia bertemu dengan Alfie, menatap matanya, berbincang dengannya, tangan Alfie yang merangkul bahunya saat berfoto, itu semua membuat jantung Alika kembali berdegup dengan cepat, di dalam perutnya seperti ada ribuan kupu-kupu yang terterbangan.
Angel mengayunkan tangannya ke kanan dan ke kiri tepat di hadapan wajah gadis yang sedari tadi senyum-senyum sendiri. Ternyata kegiatannya itu tak membuahkan hasil, Alika masih di alam bawah sadarnya. Angel menatap Chika penuh tanya, sedangkan yang ditatap hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan acara makannya.
Angel menepuk bahu Alika keras, "Woi!"
Perlakuan Angel membuat Alika terlonjak kaget sembari mengerjapkan matanya. Sedangkan sang pelaku hanya tersenyum bodoh.
"Apaan sih, lo?!"
"Lo yang apaan? daritadi senyam-senyum gak jelas!"
Alika mengerutkan alisnya tanda tak mengerti, "Siapa yang senyam-senyum, woi?!"
"Lo!" sentak Angel sambil menunjuk Alika gemas
Chika menyuapkan nasi goreng terakhirnya, "Udah jangan berantem, habisin nasinya!"
Saat Alika ingin mengalihkan tatapannya pada Chika, ia tidak sengaja melihat sosok wanita paruh baya yang seumuran dengan mamahnya duduk di belakang Chika. Mata bulatnya menyipit memastikan wanita paruh baya itu, takutnya ia salah orang.
Tanpa mengatakan sepatah kata Alika langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri wanita paruh baya itu.
"Bunda?"
Wanita paruh baya itu mendongak menatap seorang gadis yang tadi memanggilnya dengan sebutan Bunda, tatapan matanya sangat jelas bahwa ia sedikit bingung akan kedatangannya.
"Saya?"
Alika mengangguk dengan senyuman yang menghias di bibirnya, tangan Alika terulur untuk mengambil tangan wanita itu lalu mencium punggung tangannya. Sedangkan wanita paruh baya itu masih menatap Alika bingung ditambah dengan tindakan Alika yang tak terduga membuat dirinya terkejut.
"Kamu siapa, ya?"
Alika menutup mulutnya dan menghembuskan napasnya disana, hidungnya mencoba mencium bau mulutnya takut-takut mulutnya mengeluarkan bau nasi goreng, kan tidak lucu. Setelah merasa dirinya tidak mencium bau apapun baru ia membuka suara.
"Aku Alika, Bunda,"
Melihat orang yang dia sebut dengan sebutan bunda tidak memberikan respon apa-apa, ia kembali membuka suara.
"Aku Alika Maheswari, calon menantu bunda,"
Alika menutup mulutnya cepat lalu memukulnya, bagaimana bisa ia begitu percaya diri. Sedangkan wanita paruh baya itu terkekeh melihat kelakuan Alika yang menurutnya lucu.
Wanita itu menepuk kursi sebelahnya, menyuruh Alika untuk duduk di sampingnya. Hal itu membuat Alika terkejut bukan main. Sama seperti kedua temannya yang sedari tadi menyaksikan interaksi Alika dengan wanita itu. Mereka pun tak tahu siapa wanita yang sedang berbincang dengan Alika.
"Kamu fans Alfie, ya?"
Tepat.
"Iya, Bunda, eh tan-" ucapan Alika terpotong
"Gapapa panggil bunda aja, tadi juga kamu panggil bunda kan," ucap wanita paruh baya itu yang diketahui adalah ibu dari seorang Alfie.
Penuturannya membuat Alika merasa itu adalah ucapan untuk menggoda dirinya. Ah, Alika jadi malu sekarang. Seharusnya ia bisa menjaga image, bukannya malah membuka sifatnya yang kelewat halu.
***