Chereads / Alfie / Chapter 16 - Miss

Chapter 16 - Miss

Seorang lelaki menggelengkan kepalanya heran menatap gadis yang berada di hadapannya, tangan gadis itu berusaha memegang lengan lelaki di hadapannya tapi sang empu langsung menjauhkan lengannya.

"Aku bener-bener kecewa, sama kamu!"

"Kita gak ada apa-apa, aku sama dia cuman sahabat, gak lebih!" jelas sang gadis yang berada di hadapannya

Sedangkan si cowok hanya mendengus kesal, sudah beberapa kali gadis itu berbicara hal yang sama padanya.

"Mulai sekarang, kita putus!" geramnya dengan meninggalkan gadis itu sendiri.

'CUT!!!'

"Oke, kalian boleh break dulu sebentar!" ucap sang sutradara memberhentikan kegiatan syuting.

Alfie berjalan menuju kursi yang biasa ia jadikan tempat beristirahat sejenak, begitu pun lawan mainnya. Ia merenggangkan ototnya, tangannya terulur mengambil ponsel yang berada di meja, ini sudah hari ke-5 dirinya berada di kota Bandung. Tak lama asistennya datang menghampiri dengan membawa sebotol air mineral lalu menyerahkannya pada Alfie.

"Capek, ya?"

"Lo pikir aja sendiri!" sarkas Alfie

Sedangkan sang asisten yang diketahui namanya Dinda malah meresponnya dengan kekehan kecil.

"Biasa, lagi kangen sama seseorang mah gitu!" sindir kak Rio

Alfie mendengus kesal dengan matanya yang menatap sinis kak Rio, tangannya kembali menari di atas layar ponselnya.

"Lagi kangen sama siapa, sih, Fie?"

Alfie tak menjawab pertanyaan Dinda yang terlontar untuknya, kak Rio pun sudah kembali meninggalkan mereka berdua.

"Lo punya gebetan, Fie? cerita dong!"

"Apaan sih? gak ada gebetan!" ketus Alfie tanpa mengalihkan tatapannya pada Dinda

Jarinya sedang mengetikkan nama seseorang di kolom pencarian, sedari tadi ia belum menemukan akun seseorang yang ia cari.

Dinda mengintip ponsel Alfie, tersadar jika Dinda mengintipnya langsung saja Alfie menyimpan di saku celananya, untung saja Alfie menggunakan celana yang terdapat saku di kedua sisinya.

"Gue tau, Fie, lo lagi cari orang yang lo suka, kan?" tebak Dinda dan sayangnya tebakan itu sangat tepat. Alfie awalnya sempat terkejut tapi dengan cepat ia kembali mengubah raut wajahnya.

"Siapa namanya? biar gue bantu cari, jangan sepelein cewek," papar gadis itu dengan nada sombongnya, "cewek tuh paling jago kalo masalah stalking!" lanjutnya

Alfie menimang-nimang kata yang akan ia ucapkan pada Dinda, masalahnya ia terlalu gengsi tapi jika mencari sendiri ia tidak bisa menemukannya. Kalau pun ia tidak mengakui juga Dinda sudah tahu gelagat dirinya. Mungkin jika sedikit meminta bantuan pada Dinda tidak masalah.

"Alika."

***

Seorang gadis pemilik rambut sepunggung itu tengah menatap sekeliling kamar sepupunya, siapa lagi jika bukan Jihan. Yap, Jihan beralasan meminta izin untuk ke toilet tapi dengan berakhir Jihan yang memasuki kamar Alika. Kebetulan, Jihan, Alika, Davi dan Rangga sedang mengerjakan tugas kelompok di balkon untuk kesekian kalinya, karena waktu itu Jihan tidak datang berturut-turut, akhirnya setelah dipaksa oleh mereka Jihan pun mau.

Tercetak senyum licik di bibir manis Jihan, matanya tak lepas dari bingkai foto Alika dan Alfie yang berada di atas nakas. Jari-jari lentiknya mengusap wajah keduanya yang tersenyum manis, awalnya gerakan jarinya terkesan sangat lembut tapi lama-kelamaan berubah menjadi tekanan pada wajah keduanya. Rahangnya mengeras, napasnya tak beraturan, serta tatapan matanya menyorotkan kebencian.

"Gue harap kalian berdua gak akan berjodoh!" geram Jihan

"Dan lo, Alika, lo akan merasakan sakit hati!"

Tangannya kembali menyimpan bingkai foto itu ke atas nakas, lalu kakinya melangkah keluar dari kamar Alika dan berjalan menuju balkon. Sebelum mereka semakin curiga karena terlalu lama.

"Lo kenapa lama, Han?" tanya Alika begitu Jihan sampai, Jihan hanya menggelengkan kepalanya.

"Kayaknya udah beres, nih," ujar Alika

"Kalo, lo mau pulang, pulang aja gapapa." Ucap Alika kepada Jihan, tapi Alika tidak berniat untuk mengusir sepupunya itu.

"Lo ngusir gue?" tanya Jihan dengan sarkas

"Bukan gitu maksud gue," belum sampai Alika menyelesaikan ucapannya sudah dipotong oleh Jihan

Jihan tertawa sinis lalu kepalanya mengangguk-ngangguk, "Gue paham sekarang, lo bales dendam, kan?"

"Bales dendam apaan sih, Han? gak usah ngada-ngada!" sergah Alika

Rangga dibuat bingung oleh keduanya, Davi pun sama sepertinya, tapi Davi bingung bagaimana cara menengahinya. Sedangkan Rangga bingung dengan perkataan mereka, tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka berdua, balas dendam? balas dendam apa? otak Rangga terus berputar. Tapi dengan cepat ia tersadar, mengapa ia susah-susah memikirkan masalah orang lain? sedangkan dirinya saja sudah memiliki masalah yang cukup sulit.

"Selama ini gue gak salah udah benci lo!" ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka bertiga

"Lo dari dulu ada masalah sama Jihan?" tanya Davi penasaran

Alika menatap Davi kosong, "Gue ngerasa kalo gue gak punya masalah sama dia, Dav,"

Davi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dirinya pun sama bingung. Sedangkan Rangga sedang memasukan buku-bukunya ke tas ranselnya, lalu beranjak dari duduknya.

"Gue pulang."

Alika mengangguk, "Hati-hati!"

"Yaudah kalo gitu, gue pulang juga ya. Tentang Jihan gak usah terlalu lo pikirin, oke?"

"Iyaaa, sahabatku tercinta. Hati-hati, awas ada orang gila lagi di lampu merah!" ledek Alika

Akhirnya saat ini Alika bisa melihat wajah Davi yang kesal lagi karena ulahnya, sungguh menyenangkan.

Dari atas balkon Alika bisa melihat Davi yang sedang memarkirkan motornya. Lalu tak lama suara klakson terdengar di kedua telinga Alika, Davi sudah pergi meninggalkan halaman rumahnya. Akhirnya Alika kembali sendiri.

Tangan gadis itu terulur untuk mengambil ponselnya yang berada di atas meja, menyalakannya dan terpampang jelas wallpapernya menunjukkan foto dirinya dan bersama Alfie. Gadis itu menaikkan kedua sudut bibirnya, lagi, lagi ia merindukan sosok Alfie.

"Gue kangen banget sama lo!" gumamnya

"Kapan gue bisa ketemu lagi sama lo, Fie?"

"ALIKAAA! TURUN! LIAT ADA SIAPA, NIH?!"

Teriakkan mamahnya membuat gendang telinga Alika sedikit sakit, karena penasaran mengapa mamahnya menyuruh ia turun, akhirnya Alika menuruni tangga satu-persatu.

"Ada ap-" ucapannya terpotong karena ia sudah menatap layar kaca yang menunjukkan seseorang sedang di wawancara oleh banyak wartawan.

Matanya terbelak, "ALFIEEE, MAH?!"

***

'Alfie, Alfie, tolong jawab dong, tipe cewek idaman kamu seperti apa?'

'Alfie, gimana tanggapan kamu tentang artikel yang menyatakan kalau kamu dekat dengan seorang model?'

'Ada kemungkinan gak buat balikan sama Dinda, secara kan dia asisten kamu. Setiap hari selalu ketemu,'

Saat ini Alfie masih berada di lokasi syuting dan tiba-tiba saja segerombolan wartawan datang menghampirinya, untung saja di dekatnya ada kak Rio.

Alfie menghela napas, "Oke, gue jawab satu-satu yaa, sabar,"

"Kalo untuk tipe cewek aku gak pilih-pilih, sih, yang penting kalo diajak ngobrol bisa nyambung, bisa bikin nyaman juga, selalu ada, terus bisa ngertiin profesi aku sebagai artis."

'Kalo untuk artikel yang menyatakan kalo kamu deket sama seorang model, gimana tanggapannya?' tanya salah satu wartawan yang berada di samping Alfie

Alfie terkekeh, "Model siapa, sih? gue gak tau, jarang liat artikel-artikel gak jelas soalnya."

Salah seorang wartawan yang tepat berada di hadapan Alfie lantas menunjukkan foto kebersamaan Alfie dan model tersebut.

"Oh dia, gue sama dia emang sebatas kerjaan aja, gak ada apa-apa. Artikelnya aja yang terlalu hiperbola!"

'Kalo kemungkinan balikan sama Dinda, masih ada gak?'

Alfie menggeleng tegas, "Itu udah masa lalu, jadi yaudah biarin aja, yang penting sekarang liat ke depan bukan ke belakang."

'Terakhir nih, kalo lagi ketemu sama fans ada gak sih yang menarik di mata Alfie sendiri?'

Alfie berdeham, "Ya kalo menarik pasti ada."

***