"Serius si es bilang kayak gitu sama lo?!" pekik Alika
Alika sangat heran, tumben sekali Rangga mengucapkan kata yang bisa dibilang sangat jarang diucapkan olehnya. Walaupun memang dirinya belum cukup lama mengenali seorang Rangga, tapi Alika heran saja seorang yang memiliki sifat dingin apalagi Rangga mengucapkan kata tersebut. Tapi ya sudahlah Alika tidak ingin mempermasalahkan itu yang menurutnya sama sekali tidak penting.
"Biasa aja, gak ada baper-bapernya!" celetuk Angel
Chika yang mendengarnya lantas mendengus kesal, "Giliran si Alex, baru lo baper!"
"Siapa bilang? gak ada ya, gue baper sama si playboy satu itu!"
Chika tak membalas lagi ucapan Angel, karena ia cukup sadar diri jika terus berdebat dengan Angel pasti dirinya akan kalah telak.
Tring!
Suara notifikasi dari ponsel Alika berbunyi, dengan cepat Alika membuka ponselnya.
Alika membulatkan matanya tak percaya, kedua temannya bingung melihat ekspresi yang ditunjukkan Alika saat membaca notifikasi dari ponselnya.
"Kenapa, Ka?" tanya Angel
Alika menutup mulutnya yang terbuka, saking terkejutnya yang ia dapatkan dari notifkasi ponselnya.
"Lo kenapa, woi?!"
Gadis itu menatap kedua temannya dengan tatapan yang berbinar disertai senyuman bahagianya yang tercetak jelas di wajahnya.
"Gue menang!" teriak Alika dengan berdiri lalu melompat-lompat di kasur Chika.
Angel menatap Alika heran sedangkan Chika sedang mengomeli Alika karena sudah mengacak-ngacak kasurnya yang sudah rapi.
"Menang apaan?" teriak Angel
Angel membulatkan matanya tak percaya, "Lo main judi?" tuduhnya
Chika yang mendengar ucapan Angel lantas berhenti, "Lo judi, Alika?"
Sedangkan Alika tak mendengarkan keduanya, dirinya benar-benar sudah sangat bahagia sehingga tidak mengindahkan kedua temannya.
Chika menggelengkan kepalanya, "Gue gak percaya lo ngelakuin hal kayak gitu," lirihnya
"Sama." Sambung Angel
Keduanya menatap Alika dengan tatapan nanar, apakah Alika sangat membutuhkan uang sehingga melakukan hal seperti itu untuk mendapatkan banyak uang. Tapi, Alika kan merupakan anak yang terlahir dari keluarga kaya. Alika bisa meminta uang pada kedua orangtuanya, bahkan uang bulanan Alika pun sangat banyak.
Seakan tersadar jika ini bukan kamarnya, lantas saja ia menghentikan aksinya lalu turun dari kasur dan kembali duduk di karpet diikuti dengan kedua temannya yang masih menatapnya nanar.
"Kalian kok segitunya natap gue?" tanya Alika bingung
"Lo main judi?" tanya keduanya bersamaan
"HAH? JUDI?" beo Alika, "NGACO KALIAN!" lanjutnya dengan kekehan di bibirnya
"Terus tadi lo bilang menang, menang apaan?"
Alika paham sekarang, kedua temannya sudah salah paham kepadanya.
"Menang dari give awaynya Alfie,"
Angel dan Chika sama-sama menghela napasnya lega,
"Sebenernya gak tau give away atau bukan, jadi kayak gue tuh suruh jawab pertanyannya dia terus kalo yang bener sama cepet, dia pemenangnya." Jelas Alika
Memang tadi suara notifikasi dari ponsel Alika adalah sebuah postingan status Alfie di instagramnya yang menandai para pemenangnya, termasuk dirinya.
"Yang menang dapet apa?" tanya Chika
Alika tersenyum, "Ketemu dia."
"Serius? lo ketemu dia kedua kalinya dong?" pertanyaan Chika di angguki Alika
"CONGRATS!"
***
Alika tengah memilih baju yang cocok ia gunakan untuk hari ini, satu persatu ia keluarkan lalu dilemparnya ke kasur kingsize miliknya. Hari ini adalah hari yang sangat Alika tunggu-tunggu, kembali bertemu dengan sang idola sekaligus pujaan hati.
Sudah beberapa kali Alika mengganti bajunya, tapi belum ada yang cocok menurutnya. Sampai-sampai gadis itu pusing sendiri, sesekali Alika mengacak rambutnya. Netranya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore sedangkan acaranya sendiri akan dimulai pukul 4 sore.
Tok! Tok! Tok!
Mendengar ketukan pintunya, Alika mengalihkan tatapannya ke arah pintu lalu beranjak untuk membukakan pintunya.
"Hai, anak Ayah!" seru Wahyu yang masih menggunakan setelan kantor
Senyuman Alika merekah, "Tumben banget udah pulang, Yah," ujarnya lalu dengan sekejap sudah berada di dalam pelukan ayah tercintanya
"Karena, Ayah denger katanya ada yang mau ketemu sama idolanya lagi, tapi gak ada cerita sama sekali sama Ayah. Siapa ya orangnya?" sindir Wahyu dengan menatap Alika
Gadis itu memajukan bibirnya kesal, "Ih, Ayah,"
Wahyu terkekeh dengan mengacak rambut Alika sekilas, "Perlu Ayah anter? biar Ayah juga tau seganteng apa, sih dia. Sampai buat putri Ayah satu-satunya ini klepek-klepek."
"Gak perlu, Ayah. Aku berangkat sama Davi," ujarnya
"Oke kalo gitu, hati-hati ya. Ayah ke kamar dulu, have fun princessnya Ayah!"
Alika tersenyum lalu kembali masuk ke kamarnya dengan menutup pintunya, ia kembali memilih baju yang hampir semuanya sudah berada di atas kasur.
Hingga matanya melihat salah satu baju yang sepertinya cocok, Alika pun mengambilnya dan langsung mencobanya.
Perfect!
Begitulah kata yang pantas diucapkan ketika melihat penampilan Alika saat ini, hanya memakai atasan berbahan kaos berwarna hijau army tanpa lengan dipadukan dengan rok plisket di bawah lutut berwarna cream disertai sneakers yang senada dengan atasannya.
Setelah memoles sedikit wajahnya dengan make up yang ia punya, Alika mengambil sling bagnya lalu turun untuk menunggu Davi yang akan menjemputnya.
"Aduh yang udah cantik, mau kemana, sih?" ledek Linda saat melihat Alika yang menuruni tangga
Gadis itu tersipu malu, buktinya pipi tembam yang tidak diberi blush on saja memerah.
Alika berdeham, "Ketemu calon masa depan, dong."
"Calon menantu Mama dong, ya?" Linda menggodanya dengan mencolek dagu Alika
Tin! Tin!
"Kayaknya itu Davi deh. Alika berangkat ya, Ma, salamin ke Papa, Assalamualaikum." Pamit Alika dengan mencium punggung tangan Linda dan mencium pipinya
"Waalaikumsalam."
"Apapun yang buat kamu bahagia, Mama akan dukung. Mama harap kamu enggak ngerasain sakit hati oleh ekspetasi yang kamu ciptain sendiri." Gumam Linda melihat punggung Alika yang sudah menghilang dibalik pintu
***
Alika memasuki mobil Davi disertai senyuman manisnya, ia benar-benar gugup saat ini. Bukan gugup karena Davi, bukan sama sekali. Ia gugup karena sebentar lagi akan bertemu kembali dengan pujaan hatinya, Alfie tentunya.
Davi menoleh saat Alika sudah duduk di sampingnya, matanya mematung menatap gadis itu yang benar-benar cantik dengan tampilannya yang sederhana namun bisa membuatnya kagum seperti saat ini.
"Cantik." Gumamnya
Alika mengerjapkan matanya saat mendengar gumaman Davi, pipinya sudah merona menahan malu. Dengan cepat Alika memalingkan wajahnya, tidak ingin Davi melihatnya dan berakhir dengan menggoda dirinya.
Seakan tersadar dengan ucapannya Davi pun menyalakan mobilnya lalu melajukannya dengan kecepatan sedang. Ia benar-benar malu, mengapa bisa Davi lepas kontrol seperti ini. Selama dirinya berteman dengan Alika ia tidak pernah memujinya secara langsung seperti tadi.
Tapi, jujur saja Alika memang sangat cantik. Entahlah nanti akan seperti apa saat Alfie melihat sahabatnya secantik ini.
Selama perjalanan hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya, Alika maupun Davi tidak ada yang ingin membuka obrolan. Mungkin karena Alika yang malu saat dipuji seperti itu dan sama halnya dengan Davi yang malu karena sudah memuji gadis itu secara terang-terangan.
Davi berdeham mencoba memecahkan keheningan, Alika menoleh saat mendengar deheman Davi.
"Udah nyampe." Ujar Davi
Lantas Alika menatap ke samping, benar saja ia sudah berada di depan Agra's cafe. Mengapa dirinya tidak sadar?
Alika tersenyum kikuk kepada Davi dan cowok itu hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
***