Chereads / Alfie / Chapter 2 - Sekolah

Chapter 2 - Sekolah

Alika sudah sampai di sekolahnya dan sedang berjalan menyusuri koridor untuk sampai di kelasnya, 11 IPA 2. Pagi ini Alika terlihat sangat cantik, siswa SMA Suka Bangsa menatap Alika dengan tatapan memujanya. Bagi Alika ini sudah biasa jika ditatap seperti ini, tapi masih ada rasa sedikit risih di dalam diri Alika, mau tidak mau ia harus menerimanya.

Alika masuk ke kelasnya dan menghampiri teman-temannya yang sudah datang lebih dulu.

"Pagi guys!"

Kedua temannya mendongak saat mendengar suara Alika menyapa. Alika memiliki banyak teman di sekolah ini, tapi mereka lah yang paling dekat dengannya. Namanya Angel Wulandari dan Chika Chyntia, mereka bertiga berteman sejak awal masuk SMA Suka Bangsa.

"Pagi juga Alika ku sayang." Ucap Angel dan Chika bersamaan

Alika mengedikkan bahu sembari menggelengkan kepalanya cepat, "geli banget asli."

Mereka berdua tertawa melihat reaksi Alika, tak lama Alika sampai di kelasnya bel masuk berbunyi dan kelas Alika memulai jam pelajaran pertama. Terlihat bu Sri, guru yang mengajar di kelas Alika membawa siswa baru. Alika yang sedang mengeluarkan bukunya tidak fokus ke depan jika Chika tidak menyuruhnya. Chika menggoyangkan lengan Alika supaya melihat ke depan.

"Apa sih Chik?" tanya Alika kesal

"Liat ada murid baru, ganteng banget."

Alika mengalihkan pandangannya ke depan memastikan ucapan Chika, Alika menatap siswa baru itu dengan tatapan biasa saja tanpa ada rasa mengagumi ataupun lainnya seperti yang dirasakan Chika.

Alika kembali menatap Chika lalu menoleh ke belakang, dimana Angel berada. Alika menggelengkan kepalanya heran melihat raut wajah kedua temannya itu. Mereka terlihat seperti baru saja melihat seorang cowok.

"Selamat pagi anak-anak,"

"Pagi bu," serentak siswa kelas 11 IPA 2

"Hari ini kalian kedatangan teman baru, silakan nak perkenalkan diri kamu!"

"Kenalin nama gue Rangga Aditya, pindahan dari Australia. Semoga kita bisa berteman baik."

Mendengar bahwa cowok itu pindahan dari Australia membuat Alika melototkan matanya terkejut, pasalnya dari dulu ia ingin sekali memiliki teman yang berasal dari negeri kangguru itu.

Angel menepuk bahu Alika pelan, "dia bisa jadi temen lo ka."

Alika dan Chika menoleh ke belakang, berbeda dengan Angel dan Chika, mereka terlihat bahagia. Sedangkan Alika berbanding terbalik, entah mengapa ia merasa tidak cocok saja jika berteman dengan Rangga. Mungkin karena Rangga terlihat seperti orang kaya dan berpenampilan mewah, contohnya seperti saat ini Rangga memakai sepatu branded begitupun tas sekolahnya.

Sepertinya keluarga dirinya dan Rangga sama-sama kalangan atas tapi Alika memilih teman yang berpenampilan sederhana, mungkin Alika akan berpikir dua kali untuk berteman dengan Rangga.

Alika menggeleng membuat kedua temannya membelalakan matanya tak percaya.

Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa SMA Suka Bangsa berlarian menuju kantin. Tapi, ada beberapa siswa maupun siswi yang memilih untuk diam di kelas karena membawa bekal sendiri. Alika dan kedua temannya termasuk orang yang pergi ke kantin daripada harus membawa bekal karena menurut mereka itu hal yang sangat merepotkan.

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kantin diiringi obrolan ringan dan kadang juga di antara mereka ada yang membuat lelucon. Alika dan kedua temannya tiba di kantin yang sudah di padati oleh siswa-siswi. Mata Alika menelusuri sudut kantin untuk mencari meja kosong, tapi nihil. Tatapan Alika berhenti di meja Davi dan teman-temannya, lalu Alika menarik tangan Angel dan Chika.

"Dav, gue boleh gak duduk disini? meja kantin udah penuh semua." Ucap Alika dengan memohon agar Davi mengizinkannya.

Davi mengangguk, "Tumben banget lo gak kebagian meja."

"Tadi gue ke toilet dulu." Dibalas anggukan oleh Davi

"Kalian bertiga kenapa makin hari makin cantik sih?" tanya salah satu teman Davi, Alex. Alex Mahendra, teman Davi satu ini memiliki sifat playboy kelas kakap. Hampir semua siswi di SMA Suka Bangsa sudah menjadi korban gombalan Alex.

Naufal memutar bola matanya malas, teman Davi satu ini memiliki sifat yang sangat ramah. Kadang sifat ramahnya itu selalu di salah gunakan oleh cewek-cewek yang ia sapa. Mereka menganggap bahwa Naufal menyukainya tapi Naufal memang ramah terhadap semua orang.

"Lo bisa aja." Ucap Chika dengan pipinya yang sudah merona, begitupula dengan Angel yang sudah memalingkan wajahnya karena salah tingkah. Karena Angel merasa malu akhirnya ia pergi untuk memesan makanan.

"Gue doang kayaknya cewek yang gak pernah mempan sama gombalan lo itu," sinis Alika

"Gue heran deh kenapa cewek yang lo gombalin bisa tergila-gila sama lo, padahal gombalan lo kampungan!" lanjut Alika dengan menatap Alex yang berada di hadapannya.

Alex mengerucutkan bibirnya, "gini banget ya punya temen laknat kayak lo."

Alika terbahak mendengar ucapan Alex lalu tak lama dari itu datang Angel membawa makanan dan mereka memakannya dengan hening.

Setelah 30 menit istirahat, bel masuk berbunyi membuat Alika dan teman-temannya berlari menuju kelas karena mata pelajaran kali ini adalah kimia, dimana guru pengajarnya termasuk guru killer. Pak Dedi namanya.

"Woi tungguin dong!" teriak Alex yang ikut berlari begitupula dengan Davi dan Naufal.

Alika menghela nafas lega saat sudah sampai di kelasnya ternyata pak Dedi belum datang, tumben sekali pikirnya. Biasanya pak Dedi sudah ada di kelas bersamaan dengan bel masuk berbunyi.

"Belom dateng ternyata," ucap Alika kepada teman-temannya yang sudah berada di belakangnya.

"Alhamdulillah, yaallah." Syukur Naufal seraya mengangkat tangannya seolah seperti orang yang sedang berdoa.

Mereka langsung saja meninggalkan Naufal yang masih mengucap syukurnya itu.

Tidak lama dari itu pak Dedi datang memasuki kelas dengan membawa beberapa buku dan juga penggaris panjang.

"Anjir ngeri banget liat mukanya." Bisik Alex kepada Davi yang berada di sampingnya.

Davi hanya melirik sekilas lalu kembali fokus ke depan, ia tidak ingin ketahuan pak Dedi jika ia sedang berbincang lalu berakhir dengan berdiri di lapangan. Ia sudah mengalami itu dan tidak ingin terulang lagi. Pada saat itu juga Davi di hukum gara-gara Alex yang di sampingnya terus saja berceloteh bak anak bayi yang masih belajar berbicara. Pak Dedi memang selalu begitu jika orang di dekatnya terus berisik maka di sampingnya pun akan kena imbasnya.

"Apa benar disini ada murid baru?" tanya pak Dedi dengan suara yang menggelegarnya.

"Benar, pak." Jawab seluruh kelas serentak

"Coba ke depan dan kerjakan soal yang bapak tulis!"

Rangga maju dan mencoba mengamati soalnya terlebih dahulu, setelah merasa ia mengerti Rangga langsung mengisi soalnya dengan teliti. Seluruh murid yang berada di kelas ini menatap Rangga dengan takjub. Begitupun dengan Alika, ia membulatkan matanya tak percaya Rangga bisa mengerjakan soal kimia secepat itu. Ia saja kurang bisa untuk mengerjakan secepat Rangga.

Pak Dedi mengamati jawaban Rangga lalu tersenyum tipis, tidak salah ada murid pindahan dari luar negeri.

"Baiklah, kembali ke tempat kamu." Rangga mengangguk dan kembali ke tempatnya.

"Alika dan Rangga nanti pulang sekolah temui bapak di ruang guru."

***