Ursilla mengerjapkan matanya yang perih akibat air laut yang ada pada rawa-rawa di Rainbow Garden. Pipi Ursilla menggembung menahan napas dalam air. Ursilla menggerakkan tangan dan kaki untuk bisa kembali ke darat.
Situasi akan mudah jika Liera menggunakan tubuh aslinya yang berusia 16 tahun. Namun, dengan tubuh Ursilla yang hanya seorang anak berusia 6 tahun tentunya sangat tidak menguntungkan. Ursilla hanya bergerak-gerak di tempat tanpa bisa menuju ke atas untuk mengambil napas.
Rasa sesak memenuhi dada Ursilla, paru-paru yang masih berfungsi terasa membakar karena tak adanya pasokan oksigen. "Sial! Ini sangat menyiksa!"
Ursilla memejamkan mata erat, gelembung-gelembung kecil keluar dari mulutnya. Ursilla sudah tidak kuat lagi untuk menahan napas dalam air. Dalam jumlah besar Ursilla meneguk air di rawa-rawa. Air terasa asin, tapi rasa asin tersebut bahkan tak membuat keadaan Ursilla membaik.
"Apa aku akan mati? Jika aku mati sekarang, apa aku akan kembali ke tubuh asliku?"
Entah kenapa rasa kecewa dan putus asa memenuhi hati Ursilla ketika dia berada dalam situasi yang berbahaya. Walaupun Liera tak senang menjadi tokoh Ursilla, tetap saja dia merasa keberatan harus mati tenggelam tanpa menikmati hidup di dunia novel yang dia ciptakan.
Perlahan tubuh Ursilla terhanyut menuju dasar rawa-rawa. Saat Ursilla pasrah dengan nasibnya, dia merasakan adanya gelombang air yang mendekat ke arahnya. Mata Ursilla samar-samar bisa melihat rambut biru langit keperakan.
Itu Antares. Merman tersebut menghampiri Ursilla dan berenang di samping tubuh Ursilla yang semakin tenggelam. Mata Antares yang memancarkan sorot kepolosan mengamati wajah pucat Ursilla. Mulut Antares terbuka memperlihatkan taring kecil yang runcing.
"Manusia..."
Ursilla ingin menangis bukan karena dia merasa sekarat, melainkan melihat pemeran favoritnya hanya melihat dirinya tanpa memberikan pertolongan. "Kenapa kamu malah berenang di sampingku?! Tidakkah kamu menolongku terlebih dahulu?!"
Kata-kata tersebut hanya bisa diteriakkan oleh Ursilla dalam pikirannya. Dada Ursilla sudah seperti dibakar karena rasa panas yang ditimbulkan menggerogoti kesadarannya sedikit demi sedikit. Penglihatan Ursilla semakin samar-samar. Tapi, dia masih bisa melihat Antares yang berenang berputar mengamati setiap sudut tubuh Ursilla.
"Ah, sudahlah. Apa yang aku harapkan darinya? Dia bahkan tidak mengenalku ataupun berinteraksi dengan manusia. Tentu saja Antares tak mungkin akan menolongku."
Yah, Antares mungkin akan mengamati Ursilla hingga Ursilla mati tenggelam. Ursilla akhirnya menutup matanya karena tak kuat lagi membuka mata. Telinga Ursilla samar-samar masih bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Antares.
"Kamu... mengenalku, Manusia?" Antares mengedipkan mata melihat manusia yang ada di depannya memejamkan mata rapat-rapat.
Tentu saja pertanyaan Antares tak mendapatkan jawaban, karena Ursilla sedang sibuk dengan rasa sesak karena sekarat dalam air. Ekor Antares bergerak cepat, tangan Antares menggapai tubuh Ursilla yang terhanyut ke dasar rawa-rawa.
Ini bukan atas keinginan Antares, melainkan hatinya tergerak untuk membantu manusia yang ada di depannya. "Kamu kesakitan. Kakek bilang banyak manusia yang tidak bisa berenang dan bernapas di air seperti kami para siren. Apa kamu salah satu manusia itu?"
Tangan ramping dengan kulit putih pucat Antares melingkar di pinggang Ursilla membuat tubuh mereka saling menempel. Tangan Antares yang memiliki selaput di antara jari-jarinya disertai kuku yang runcing dan dapat mengoyak daging-daging ikan yang ada di laut, membelah air dengan satu tangan. Tubuh Antares dan Ursilla yang ada dalam dekapannya menuju ke permukaan air.
Ekor Antares mengibas cepat agar segera sampai di darat. Mata Antares mencuri pandangan untuk melihat wajah Ursilla yang mulai membiru. Mereka akhirnya sampai ke permukaan dan Ursilla seketika menarik napas dalam-dalam untuk mengatasi rasa terbakar dalam dadanya.
Ursilla membuka mata ketika merasakan perutnya terlilit karena menelan air asin dalam jumlah banyak. Ursilla tak bisa menahan rasa mual hingga memuntahkan air ke samping.
Antares hanya mengamati apa yang terjadi pada Ursilla. Tatapan polos yang seolah tak tahu apa yang terjadi pada Ursilla, membuat siapapun yang melihatnya merasa bahwa anak laki-laki itu bukanlah penyebab Ursilla hampir mati tenggelam.
"Ugh... Aku merasa akan mati sebelumnya." Ursilla menggerutu sambil mengusap mulutnya. Ursilla menyadari bahwa tubuhnya didekap erat oleh seseorang.
Ursilla menoleh, matanya bertatapan dengan Antares yang memiringkan kepala menatap polos Ursilla. Dalam jarak sedekat ini, Ursilla bisa melihat wajah Antares dengan jelas. Tangan Ursilla terangkat dan mendarat di pipi Antares.
Mata Antares terbelalak. Pupil mata biru safir membesar ketika merasakan sentuhan yang memberikan perasaan hangat dalam hatinya. Wajah Antares mendadak memerah, perasaan malu yang bercampur dengan senang memberikan sensasi aneh tersendiri.
"K-kamu... Manusia, apa yang kamu lakukan padaku?" Suara Antares bergetar samar. Manik mata Antares bergerak gelisah berusaha menghindar agar tak menatap wajah Ursilla.
Ursilla merasa tergelitik melihat Antares yang malu-malu hanya karena dirinya menyentuh pipi Antares. Iseng-iseng Ursilla menggerakkan ibu jarinya untuk mengelus pipi Antares. Reaksi Antares semakin menjadi, wajahnya seperti meledak dengan warna merah padam.
"A-apa... kamu..." Antares memejamkan mata akibat terlampau malu.
Ursilla terkekeh geli melihat wajah Antares yang sangat menggemaskan. Ursilla menarik pipi Antares dan memainkannya. "Lucunya..."
Antares membuka mata, pemandangan wajah Ursilla yang terlihat bahagia membuatnya terpesona. Antares bahkan lupa caranya berkedip, momen Ursilla yang tersenyum bahagia seolah tak ingin dia lewatkan.
Raut wajah Ursilla berubah ketika menyadari tatapan Antares. Ursilla mendadak malu ditatap begitu intens oleh Antares, dia berdehem untuk meredam rasa malunya.
"Hei, kenapa melihatku seperti itu?"
Antares berkedip lalu menatap ke arah lain. "Kamu cantik, Manusia."
Wajah Ursilla memerah samar, namun dia berusaha menyembunyikannya. "Aku tahu, karena aku seorang putri kerajaan!"
Ursilla menyombongkan diri di depan Antares yang berbinar mendengar kata putri kerajaan.
"Putri? Apa kamu seorang putri di Kerajaan Victoria?" Antares terlihat antusias menantikan jawaban Ursilla.
Ursilla mengangkat dagunya angkuh. "Ya, aku Putri Ursilla dà Victoria!"
"Wah, hebat!" Antares bertepuk tangan mengagumi Ursilla.
Ursilla tersenyum miring. "Ya, tentu saja... Hachu!"
Ursilla bersin karena posisinya dengan Antares masih di air. Tubuh Ursilla menggigil merasakan rasa dingin yang menusuk kulitnya. Kenapa dia baru menyadari rasa dingin sekarang?!
"Manusia,... apa kamu sakit?" Mata Antares terlihat sendu dan berkaca-kaca. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Ursilla baru saja akan meminta Antares untuk membawanya ke tepi rawa-rawa. Tapi, dia terkejut ketika melihat reaksi tak terduga yang Antares berikan.
"Manusia, apa kamu akan mati? Kakek bilang manusia itu mudah mati. Mereka makhluk lemah tapi merasa paling hebat dari ras lain." Air mata mengalir membasahi pipi Antares yang memiliki kulit putih pucat. Antares menangis untuk Ursilla karena mengira Ursilla akan mati.
"P-padahal aku baru bertemu dengan manusia yang mengenalku... Kenapa kamu akan mati, Manusia..." Tangis Antares pecah, dia sesenggukan memikirkan akan kehilangan Ursilla.
Antares menunduk membuat air matanya mengenai wajah Ursilla. "Aku sendirian, Manusia... Apa kamu juga akan meninggalkanku seperti yang lain?"
Ursilla menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan meninggalkanmu, oke? Aku tidak akan mati. Jadi, jangan khawatir."
Antares menutup matanya dengan lengan tangan. "Bohong... Mereka juga mengatakan hal yang sama. Tapi, pada akhirnya mereka meninggalkanku karena aku merman yang tidak sempurna."
Ursilla seketika teringat akan fakta bahwa Antares, second male lead di novel Love to Ursilla, seorang merman yang tidak sempurna. Dia dari ras siren, tapi sebenarnya Antares juga merman setengah manusia.
"Ketidaksempurnaannya sebagai merman, membuat para merman dan mermaid tak ada yang mau berteman dengannya."