Chereads / The Imperfect Second Male Lead / Chapter 13 - 13. Dejavu

Chapter 13 - 13. Dejavu

Napas Ursilla terengah-engah. Sejenak dia tertegun ketika menyadari bahwa orang yang dia maki-maki adalah dirinya sendiri. Ursilla menenggelamkan diri di bantal dan memukul-mukul kasur dengan sekuat tenaga.

"Bangsat! Bangsat! Bangsat! Aku benar-benar bangsat! Orang menjijikkan! Mati saja!"

Semakin Liera memaki-maki dirinya sendiri, semakin dia merasa emosi. "Ternyata memang benar penyesalan datang terlambat. Sekarang, aku menyesal kenapa aku membuat novel sampah semacam ini?! Di mana-mana hanya ada rasa sakit dan sedikit kebahagiaan. Benar-benar totalitas mempermainkan emosi!"

Argh! Rasanya dia ingin membenturkan kepalanya di dinding berkali-kali untuk menyadarkan dirinya betapa sampahnya novel yang dia buat. Liera tak mungkin membenturkan kepalanya sendiri dengan tubuh yang dia tempati sekarang. Itu karena tubuh Ursilla begitu cantik, mana mau dirinya kehilangan tubuh layaknya porselen semacam ini?!

Hanya mimpi di siang bolong Liera untuk memiliki wajah dan tubuh cantik seperti Ursilla di kehidupan nyata. Bagaimana bisa dia menyia-nyiakan apa yang dia dapatkan hanya karena emosi sesaat? Sebanyak apapun Liera memikirkannya, dia merasa lega karena menempati tubuh cantik seperti Ursilla.

Liera meraba wajahnya yang halus dan tak memiliki satupun kecacatan. Tidak ada lagi komedo ataupun minyak pada wajahnya yang sekarang. Hanya kelembutan dan kecantikan yang mempesona. Liera mengangguk-anggukkan kepalanya merasa puas. "Yah, setidaknya yang satu ini patut aku syukuri."

Liera segera menggeleng kepalanya dengan cepat. "Tidak! Tidak! ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi kecantikan pemeran utama wanita!"

Ursilla membalikkan tubuhnya yang tengkurap menjadi berbaring. Mata Ursilla menatap langit-langit. Manik mata hot pink miliknya bersinar aneh.

Ursilla menyeringai lebar ketika kepalanya berhasil memikirkan beberapa rencana. "Bagaimana jika aku membuat situasinya menjadi terbalik?"

Rencana Liera, dia akan membuat Morgan jatuh cinta lebih awal dari seharusnya. Jika Morgan jatuh cinta di awal-awal cerita, maka kecil kemungkinan dia akan menjadi playboy nantinya.

Ursilla tertawa terbahak-bahak sudah seperti orang yang kehilangan akal sehatnya. "Morgan, Morgan. Aku tidak percaya kamu tidak terpesona dengan kecantikan lembut semacam ini. Aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku dan mendambakan cinta dariku! Itu akan menjadi pemandangan yang sangat indah."

***

Yah, sangat indah. Hingga Ursilla rasanya ingin mencekik lehernya sendiri. Begitu mudah mengatakan bahwa dia akan membuat Morgan bertekuk lutut mendambakan cinta. Tapi, hal semacam itu pasti tidak mudah untuk dilakukan.

Jika dipikir-pikir lagi, sifat Morgan yang tidak mudah percaya pada orang lain, pasti akan sulit membuatnya jatuh cinta pada Ursilla dalam waktu singkat. Oke, katakan saja jika Ursilla berhasil membuat Morgan jatuh cinta padanya lebih cepat, tapi pastinya Morgan masih akan mempertahankan sikap kejam dan ambisinya yang ingin membunuh Ursilla.

Ursilla menghela napas berat, daripada memikirkan bagaimana cara membuat Morgan jatuh cinta padanya lebih cepat, bukankah lebih baik bersiap menghadapi situasi di mana nyawanya terancam? Jika Ursilla dapat mencegah kematiannya sendiri di klimaks cerita, nyawa Antares tak perlu dikorbankan. Merman itu sudah memiliki takdir yang menyedihkan, bagaimana bisa Ursilla tega membiarkannya meninggal?

"Silla, apa yang sedang kamu pikirkan?"

Elias menatap penuh perhatian pada adik satu-satunya yang kini terlihat memandangi piring berisi kue kering dengan tatapan kosong. Elias merasa sedih. Sikap adik kecilnya yang manis berubah setelah insiden di taman. Sebenarnya apa yang terjadi saat itu? Apa yang menyebabkan Ursilla ketakutan hingga tak mau mengangkat topik mengenai insiden di taman?

Ursilla tertegun mendengar suara Elias yang mengandung kesedihan di dalamnya. Ursilla mengangkat pandangan menatap orang yang duduk di depannya dengan meja yang memisahkan mereka. Ursilla tersenyum manis hingga matanya menyipit.

"Aku tidak apa-apa, Kak."

Elias terlihat tidak mempercayai jawaban yang Ursilla berikan. Beberapa saat yang lalu, Ursilla menunjukkan wajah frustrasi dan tatapannya kosong. Ursilla seakan kebingungan harus melakukan apa. Elias ingin membantu jika Ursilla dapat membagi masalahnya pada dirinya.

Elias tersenyum pedih, manik mata biru gelapnya menatap sendu Ursilla. Ekspresi wajahnya begitu kontras dengan warna rambutnya yang perak dan menyilaukan mata karena terkena sinar matahari. "Silla,... tidak bisakah kamu membagi masalahmu pada Kakak? Kakak ingin mencoba membantumu. Tolong, jangan sembunyikan apapun."

Ursilla sejenak tenggelam dalam pikirannya ketika sebuah tangan menggenggam tangan mungilnya yang berada di atas meja. Baik Elias maupun Ursilla memiliki kulit seputih salju yang sama. Namun, karena Elias sejak kecil sudah berlatih pedang dengan keras hingga menjadi master pedang tingkat tertinggi dengan aura setengah sempurna di usianya yang masih 15 tahun, telapak tangan Elias tidak halus dan lembut seperti Ursilla. Mungkin ada bekas luka juga yang tersembunyi di balik pakaian formal yang Elias kenakan.

Ursilla mengembuskan napas. Mungkin tak ada salahnya juga untuk membicarakan mengenai insiden di taman agar suasana di Moon Palace tidak mencekam seperti saat Ursilla datang berkunjung untuk makan bersama dengan Victor dan Elias.

Lagipula, sekarang Liera tak perlu memendam semua kesedihan dan rasa sakit yang dia rasakan dengan adanya Elias sebagai seorang kakak. Setidaknya, sekarang Liera mendapatkan seorang kakak yang selalu dia dambakan saat di dunia nyata agar dia bisa menggantungkan diri padanya, bersandar ketika dia lelah, dan menangis ketika dia sedih. Membayangkannya saja sudah membuat beban hati Liera terangkat.

"Kak, sebenarnya saat di taman, aku bertemu dengan..." Ucapan Ursilla terhenti ketika sebuah alarm berdering dengan keras di kepalanya.

Ursilla meringkuk sambil meremas kepalanya yang seperti akan pecah karena suara bising memenuhi kepalanya. Ini sangat menyakitkan! Ursilla tak dapat melihat bagaimana reaksi Elias atas kesakitan yang dialaminya. Telinga Ursilla kini dipenuhi dengan berbagai macam suara, terutama suara berat yang mengatakan beberapa hal-hal yang tidak bisa Ursilla mengerti di situasinya yang sedang kesakitan sekarang.

BIP!!!!

[ Pelanggaran! ]

[ Sistem mendeteksi akan adanya bocoran informasi yang akan keluar sebelum waktunya! ]

[ Pengulangan adegan akan segera dilakukan dalam waktu 3 detik. ]

[ Hitungan mundur dimulai dari sekarang! ]

[ Tiga. ]

[ Dua. ]

[ Satu. ]

[ Adegan chapter 1 novel Love to Ursilla, dimulai kembali! ]

Tiba-tiba sinar terang memenuhi indra penglihatan Ursilla serasa akan membutakan matanya. Ursilla memejamkan mata dengan erat, rasa sakit di kepalanya perlahan berkurang sedikit demi sedikit. Setelah merasa bahwa sinar yang menyilaukan tersebut sudah menghilang, Ursilla membuka matanya perlahan untuk mengintip apa yang terjadi.

Elias masih ada di depan Ursilla, pria itu menatap penuh perhatian pada Ursilla. "Silla, apa yang sedang kamu pikirkan?"

Ursilla tiba-tiba merasa familier dengan pertanyaan yang Elias ajukan. Tanpa pikir panjang, dia menjawabnya sesuai dengan kalimat yang ada di pikirannya. "Aku tidak apa-apa, Kak."

Elias terlihat tersenyum pedih disertai tatapan sendu. Hal tersebut membuat Ursilla merasa dejavu. Apa? Bagaimana bisa hal-hal yang Elias lakukan beberapa saat yang lalu kembali terulang?!

"Silla,... tidak bisakah kamu membagi masalahmu pada Kakak? Kakak ingin mencoba membantumu. Tolong, jangan sembunyikan apapun."

Kalimat ini juga terasa tidak asing di pendengaran Ursilla. Bahkan genggaman pada tangan mungilnya juga sempat dia rasakan. Bibir Ursilla berkedut. Situasi macam apa ini?! Bagaimana bisa semuanya terulang kembali?!

Ding!

[ Karena beberapa faktor, sistem baru muncul setelah novel Love to Ursilla dimulai. ]

[ Harap player untuk mengikuti alur cerita! Berikan jawaban yang sesuai dengan apa yang ada di chapter 1 novel Love to Ursilla! ]

[ Jika kembali melakukan pelanggaran, maka sistem akan memberikan hukuman. ]

[ Pilihlah jawaban Anda yang sesuai dengan alur cerita. ]

[ A. "Aku benar-benar tidak apa-apa, Kak. Kak Eli tidak perlu khawatir." ]

[ B. Pergi meninggalkan Elias tanpa mengucapkan sepatah katapun. ]

[ C. Diam tanpa perlu menjawab. ]

Mata Ursilla seketika menggelap saat mendengar kembali suara berat pria yang sempat dia dengar di antara rasa sakit yang sebelumnya dia rasakan. Ini bukan imajinasinya saja! Ternyata suara itu benar-benar berasal dari kepalanya! Sekarang bahkan ada sebuah kotak sistem yang terpapar di hadapannya dengan beberapa pilihan jawaban yang perlu dia berikan.

What the...

Bagaimana bisa berakhir seperti ini?!