Baik Ibu Antares, Triton, maupun warga Kerajaan Oceana, tidak menginginkan Antares hadir di hidup mereka. Ibu Antares sudah jelas menolak kehadirannya yang tidak diinginkan tapi masih tetap dipertahankan. Lalu, warga Kerajaan Oceana juga terang-terangan menolak untuk hidup di tempat yang sama dengan Antares karena ada darah manusia yang mengalir di tubuh Antares.
Memang benar bahwa sebagian besar warga kerajaan bisa bertambah banyak akibat para mermaid yang hamil berkat berhubungan badan dengan manusia di musim kawin. Namun, semua anak yang lahir pastinya menjadi mermaid atau merman yang sempurna. Tidak terlihat jelas bahwa sebenarnya mereka juga memiliki darah manusia yang mengalir di pembuluh darah mereka.
Sayangnya, Antares tidak terlahir menjadi merman yang sempurna walaupun berasal dari benih manusia juga. Hal ini diketahui saat usianya 5 tahun, di mana insang di bawah telinga milik Antares mulai melemah dan terasa sesak bernapas di dalam air. Itulah permulaan di mana berbagai penghinaan diberikan secara terang-terangan pada Antares.
Terakhir, Triton awalnya benar-benar menyayangi Antares sejak Antares dilahirkan. Pria itu bahkan membawa Antares untuk tinggal di istana kerajaan tanpa memperdulikan penolakan yang diberikan pejabat kerajaan.
Sayangnya, setelah diketahui bahwa Antares bukanlah merman yang sempurna dan memiliki darah dari makhluk yang sangat dibenci oleh Triton, karena menyebabkan bencana di Kerajaan Oceana, sekaligus membuat putrinya dikurung di gua pada area terlarang, kasih sayangnya terhadap Antares berkurang. Ada rasa benci yang dilimpahkan pada Antares sebanding dengan kasih sayangnya yang masih tersisa untuk cucunya tersebut.
Malam itu, hanya terdengar isak tangis yang menyatu dengan suara angin di Rainbow Garden tanpa ada yang mendengar atau bahkan merasakan kesedihan yang dipendam sendiri oleh Antares.
***
Ursilla duduk di depan cermin, dia sedang bersiap untuk pergi ke tempat latihan kesatria. Tak ada lagi waktu untuk bersantai apalagi sistem dalam mode otomatis. Jika Ursilla tak menyelesaikan misi, maka dia akan mendapatkan penalti tentunya.
"Apakah sudah selesai?" Ursilla melirik Wendy yang menata rambutnya.
"Sudah, Tuan Putri." Wendy melangkah mundur dan berdiri di belakang Ursilla.
Ursilla memandangi pantulan dirinya yang mengenakan gaun yang tidak terlalu glamor. Untuk pergi ke tempat latihan kesatria, Ursilla harus memakai gaun yang tidak mencolok sebisa mungkin. Itu karena Ursilla tak ingin membuat dirinya terlihat seperti tuan putri yang manja.
Para kesatria pasti tak akan mau bersumpah setia pada Ursilla bahkan jika Ursilla merupakan putri kerajaan. Target kesatria yang ingin Ursilla dapatkan tentunya di kelompok kedua, di mana terdapat kesatria yang belum memiliki tuan mereka.
"Ayah sudah mengizinkanku untuk pergi ke tempat latihan asalkan selalu berada di dekat Louis. Yah, tidak masalah, lagipula itu bagus ada orang yang melindungi ku selama aku mencari kesatria yang cocok."
Ursilla teringat bahwa pagi hari saat terbangun, Victor sudah tidak ada di sampingnya. Hanya Emma yang berdiri di samping tempat tidur dengan wajah datar.
"Tuan Putri, Yang Mulia Raja meninggalkan pesan bahwa Anda boleh ke tempat latihan kesatria. Namun, dengan syarat, Anda harus tetap berada di dekat Louis." Saat menyampaikan pesan dari Victor, sekilas sorot mata Emma bersinar aneh membuat Ursilla bertanya-tanya.
Tumben sekali Emma sudah standby di dekatnya pagi-pagi padahal kemarin menghilang dan melimpahkan tugasnya pada Wendy. Sekarang, wanita tua itu justru terlihat tidak sabar seperti menunggu sesuatu.
Ursilla mengelus dagunya dengan kening mengerut. "Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Emma, tapi dia sejak awal sudah menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan. Entah apa yang akan terjadi setelah dia jelas-jelas mengharapkan sesuatu terjadi."
Ursilla bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu yang sudah terbuka lebar. Sejenak, mata Ursilla melirik Emma yang berjalan beriringan bersama Wendy di belakangnya. Louis sudah berada di depan kamar menunggu Ursilla.
Ketika melihat tuan putri yang ditunggunya keluar dari kamar, Louis segera mengambil tempat di samping Ursilla agar lebih mudah untuknya menjaganya. Louis menurunkan pandangan untuk mengamati Ursilla yang berjalan dengan anggun, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat saat mengambil langkah.
Kesan manja tidak terlihat di wajah Ursilla, memberikan tanda tanya pada Louis. "Apa Tuan Putri memang seperti ini sejak awal? Rasanya, semua berubah sejak insiden di taman."
"Apa ada yang aneh dengan penampilanku, Louis?" Ursilla memberikan senyum setelah mengajukan pertanyaan pada tangan kanan Victor.
Louis tertegun lalu berdehem untuk menghilangkan rasa malunya karena tatapannya membuat sang putri tidak nyaman. "Maaf atas kelancangan saya yang membuat Tuan Putri tidak nyaman. Anda bisa memberikan saya hukuman."
Ursilla melambaikan tangannya tak mau repot-repot untuk memberikan hukuman hanya karena Louis menatapnya lekat. "Tidak masalah. Sekarang, aku hanya ingin ke tempat latihan. Aku tidak akan menghukum mu, hanya saja jika ingin mengatakan sesuatu padaku tidak perlu ragu."
"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Tuan Putri."
Louis sedikit tak menyangka bahwa Ursilla selalu meloloskan orang-orang yang membuat kesalahan dari hukuman. Entah karena Ursilla yang masih polos atau karena tak tega memberikan hukuman pada orang lain. Jika disebabkan alasan kedua, maka Ursilla benar-benar memiliki hati yang lembut.
Ursilla melanjutkan langkahnya dan keluar dari Black Rose Palace. Karena tidak tahu-menahu mengenai tempat latihan kesatria, Ursilla menghentikan langkahnya begitu juga dengan yang lain.
Ursilla meraih ujung seragam Louis dan menggenggamnya erat. "Louis, aku tidak tahu di mana tempat latihan kesatria."
Wendy yang berada di belakang Ursilla tersenyum geli melihat sang putri tampak malu-malu padahal beberapa waktu yang lalu terlihat sangat berwibawa saat berbicara dengan Louis. Ah, anak kecil tetap saja memiliki sisi lucu mereka walau terkadang diabaikan karena tidak dianggap penting oleh orang lain. Hanya orang-orang yang menyayanginya saja yang menyadari sisi lucu yang tidak dianggap penting oleh orang lain.
Wendy mengambil dua langkah untuk mendekati Ursilla. "Tuan Putri, Sir Louis yang akan memandu Anda ke tempat latihan kesatria."
Louise menganggukkan kepala membenarkan ucapan Wendy. "Ya, Tuan Putri, saya akan memimpin jalan. Anda bisa mengikuti saya bersama yang lain."
Louis menempatkan diri di depan rombongan dan berjalan dengan langkah yang kira-kira bisa diikuti oleh Ursilla yang memiliki kaki kecil. Mereka berjalan melewati Moon Palace dan menuju Sun Palace, istana putra mahkota karena tempat latihan kesatria ada di samping Sun Palace.
Jujur saja, Ursilla sebenarnya tahu lokasi tempat latihan kesatria mengingat bagian dari novel. Namun, lebih baik berpura-pura tidak tahu dan mengikuti orang-orang yang lebih tahu-menahu mengenai 'isi dunia novel' daripada Ursilla yang hanya tahu 'deskripsi dalam novel'.
Ursilla melirik ke belakang dan melihat Emma yang terlihat mengulum senyum. Lagi-lagi, mata Emma berkilat aneh. "Oh, lihat sorot mata Emma yang begitu kentara sekali mengharapkan sesuatu terjadi di tempat latihan kesatria! Aku ingin tahu, apa yang terjadi di tempat latihan kesatria nanti?"