Oliver sebenarnya terkejut mendengar bahwa tempat tujuannya yaitu Ghost town. Kenapa Grand Duke muda yang tidak sopan seperti Morgan mengirim surat dengan alamat tujuan Ghost town? Memangnya apa isi surat tersebut sampai harus dikirim secara rahasia di tempat yang tidak terduga?!
Walaupun ada banyak pertanyaan dalam benaknya, Oliver tetap memasang wajah penuh senyuman seakan tak merasa penasaran mengenai surat tersebut. "Aku akan mengirim surat ke alamat yang diminta. Lalu, surat akan sampai dalam 3 hari. Selanjutnya, kau tahu, kan harus apa?"
Morgan berdecih melihat senyum Oliver yang semakin lebar. Tangan Morgan mengambil kantung kecil yang berisi koin emas untuk membayar harga atas jasa yang dia perlukan. "Hanya satu surat saja kenapa kau begitu perhitungan."
Oliver tertawa terbahak-bahak sambil menutupi sebagian wajahnya dengan kipas. "Maaf sekali Tuan, tapi tempat kami tidak menyediakan jasa gratis. Lagipula, kami mengantar surat mu dengan mempertaruhkan nyawa. Siapa yang tahu jika ternyata terjadi sesuatu di jalan menuju tempat tujuan? Ini pekerjaan yang memiliki risiko tinggi."
Oliver hendak meraih surat yang tergeletak di meja, tapi tangan Morgan menahan surat tersebut. Mata Morgan menyipit tajam, dia mendesis dengan nada mengancam. "Hei, apa yang akan kau lakukan dengan surat ku?"
Oliver merasa lucu dengan Grand Duke muda yang berada di depannya. Pria cantik itu menurunkan kipas yang menutupi sebagian wajahnya. Seringai terlukis di wajahnya yang menambah kesan pria cantik yang jahat. "Tentu saja aku akan membacanya terlebih dahulu."
"Kau... ingin membacanya?" Morgan bertanya dengan ragu-ragu, hal tersebut membuat Oliver menaikkan sebelah alisnya.
"Ya, kenapa tidak? Apa isi surat ini benar-benar tidak boleh dibaca orang lain selain penerima?"
Morgan terdiam sejenak, kemudian dia menarik tangannya membiarkan Oliver mengambil surat miliknya. "Yah, baca saja. Lagipula kau pasti tidak akan mengerti maksud dari apa yang tertulis dalam surat itu."
Melihat Morgan yang begitu percaya diri, Oliver menjadi semakin penasaran untuk membaca isi surat tersebut. Pria itu memutuskan untuk membaca surat, tapi tak ada yang terlihat mencurigakan.
"Baiklah. Permintaan akan diproses setelah pembayaran." Oliver menaruh surat milik Morgan di sebuah kotak coklat di mana terdapat benda yang sama di dalamnya. Sepertinya itu surat-surat dari para pelanggan yang lain dengan tujuan yang sama dengan Morgan yaitu mengirimkan surat secara rahasia.
Morgan berbalik melangkah pergi menuju pintu di mana dia masuk sebelumnya. "Kalau begitu aku pergi. Aku akan datang jika sudah ada surat balasan."
Oliver tersenyum ramah. "Selamat tinggal, Tuan."
Setelah Morgan tak terlihat, senyum di wajah Oliver luntur. Wajah yang sebelumnya terlihat ramah dan bersahabat, kini berubah menjadi dingin dengan ekspresi kaku. Oliver menoleh ke meja menatap kotak coklat yang terdapat surat-surat di dalamnya. Alis Oliver terajut erat. "Haruskah aku melaporkan hal ini padanya?"
***
Ursilla melenguh bersamaan dengan kelopak matanya yang perlahan terbuka. Rasanya berat sekali hanya untuk membuka mata. Mungkin ini efek karena Ursilla tidur setelah menangis. Sepertinya mata Ursilla bengkak, entah bagaimana penampilannya sekarang.
"Aku ada di... kamar?" Ursilla mengamati interior ruangan dan menyadari bahwa dia berada di kamarnya. Tampaknya Windy membawa Ursilla ke kamar dengan patuh menuruti perintah Victor.
Berbicara tentang Victor, Ursilla hanya bisa tersenyum kecut. Dia terpaksa harus menggunakan Deceptive Cry agar peluang Victor menyetujui keinginannya semakin besar.
"Yah, untuk itu hati nurani ku harus dikorbankan." Ursilla harus berpura-pura tak tahu bahwa cara yang dia lakukan salah karena mempermainkan kasih sayang seorang ayah. Mau bagaimana lagi? Hidupnya lebih berharga sekarang bahkan jika Ursilla ingin mengubah jalan cerita.
Ursilla akan menyelesaikan novel Love to Ursilla dengan cara mengurangi tingkat kematian. Lalu, jika memang bisa, Ursilla akan mengubah jalan cerita dan dia bisa kembali ke dunianya. Tetap hidup itu yang terpenting jika ingin kembali ke dunia nyata.
Ah, entahlah. Sekarang rasanya Ursilla bahkan tak bisa membedakan mana dunia nyata dan mana dunia fantasi.
Ursilla mengerjapkan mata ketika menyadari bahwa bagian sampingnya terasa berat seperti ada yang berbaring bersama dengannya. Manik mata hot pink Ursilla bergulir menatap ke samping. Bola mata Ursilla hampir keluar ketika menyadari keberadaan seseorang yang ternyata Victor!
"Ayah? Kenapa ada di sini?" Ursilla langsung bergeser menjauhi Victor yang masih terlelap. Kantung mata pria itu sudah sedikit berkurang membuat Ursilla menghela napas lega.
Sepertinya Victor tidak akan bangun untuk sekarang. Ursilla menyadari bahwa hari sudah gelap, lorong di luar kamarnya juga sepi. Tampaknya Ursilla tidur cukup lama dan terbangun tengah malam saat langit gelap gulita.
Ursilla menggigit bibir bawahnya. "Bagaimana ini? Aku sebenarnya ingin menemui Antares."
Melihat keberadaan Victor yang tidur tepat di sampingnya, Ursilla menjadi kian merasa bersalah. Tapi, untuk sekarang Ursilla sudah memiliki jadwal tersendiri. Dia akan menemui Antares setiap malam setidaknya dua hari sekali agar merman itu tak kesepian.
Ursilla juga ingin menunjukkan satu trik yang tidak diketahui Antares. Membuat Antares berubah menjadi manusia, Ursilla ingin melihat transformasi itu. Antares mungkin tak menyadari bahwa dia bisa menukar ekornya menjadi kaki dengan mudah tanpa perlu menemui seorang penyihir seperti merman dan mermaid yang lain.
"Kacau sudah. Haruskah aku mengundur rencanaku?" Ursilla memijat pelipisnya merasa bimbang. Sekarang pilihannya hanya dia lanjut tidur di samping Victor atau menemui Antares saat Victor ada di kamarnya dan bisa saja terbangun kemudian menyadari bahwa Ursilla menghilang dari kamar.
[ Peringatan! ]
[ Berhati-hatilah! Ada seseorang yang mengawasi dari balik jendela kamar! ]
[ Tidak ada niat membunuh ataupun ancaman bagi Player, namun Player tetap harus berhati-hati. Anda sedang diawasi! ]
Mendengar peringatan dari sistem, tubuh Ursilla sejenak menegang. Kemudian, dia menarik napas dalam-dalam berusaha menenangkan diri. "Tenanglah. Aku hanya diawasi dan tidak ada niat membunuh. Nyawaku untuk saat ini masih aman."
"Sistem, siapa yang mengawasi ku?" Ursilla bertanya pada sistem melalui pikirannya.
[ Morgan Winter Knight. ]
Hilang sudah ketenangan yang berusaha Ursilla jaga. Teror yang datang hanya dengan menyebut nama Morgan saja membuat jantung Ursilla rasanya seperti diremas kuat.
Ursilla memegang dada kirinya yang tidak terasa sakit. Namun, rasa sakit itu timbul dari ketakutannya terhadap Morgan.
Senyum kecut terukir di wajah Ursilla. "Kenapa si sialan itu ada di sini?!"
Ursilla tak bisa menahan diri untuk tidak menoleh ke arah jendela kamar. Manik mata hot pink milik Ursilla bertatapan dengan sepasang mata merah yang menyala di bawah sinar rembulan. Rambut hitam legam tertiup embusan angin malam dipadukan dengan manik mata merah yang bersinar terang menggetarkan hati Ursilla.
Sekarang, Ursilla tahu alasan kenapa Ursilla dalam novel Love to Ursilla jatuh cinta pada Morgan. Pesona pemeran utama pria memang tak bisa diabaikan. Lihat, betapa menakjubkannya wajah Morgan yang terlihat tampan disertai dengan senyum miring memberikan kesan nakal dan tidak mudah untuk dikendalikan.
Ursilla menutup wajahnya dengan telapak tangan. Matanya terbelalak tak bisa lepas untuk tidak menatap keindahan yang terpapar di depannya. "Gila! Pesonanya tidak bisa ku abaikan!"