"Yang Mulia, bukankah ada Tuan Louis? Dia yang akan menjaga keselamatan Putri saat dia mengunjungi tempat latihan kesatria." Wendy memberikan saran atas kebingungan yang Victor hadapi. Wendy tahu bahwa Victor sangat menyayangi Ursilla dan khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi lagi.
Hal tersebut membuat Victor tanpa sadar membuat Ursilla menangis karena menolak permintaan putrinya dengan keras. Sekarang, Victor terlihat merasa bersalah atas sikap kasarnya.
Victor memijat pelipisnya, hanya jika berkaitan dengan putra-putrinya, dia selalu mengambil keputusan dengan hati-hati hingga tanpa sengaja mengabaikan beberapa fakta penting. "Ah, aku saat itu tidak berpikir sepertimu, Wendy. Aku benar-benar tidak memikirkan banyak hal sebelum menolak permintaan Silla."
Wendy tersenyum maklum, bagi Victor keselamatan Ursilla yang paling penting sehingga terkadang pria itu akan memberikan penolakan dengan tegas tanpa berpikir dua kali.
Melihat Victor yang terdiam sambil memandangi wajah damai Ursilla yang sedang tidur, Wendy pamit undur diri. Sebelum menutup pintu sepenuhnya, Wendy melihat Victor yang membaringkan diri di samping Ursilla.
"Yang Mulia benar-benar menyayangi Putri Silla."
***
Deadly Wind Guild.
Serikat perdagangan informasi atas permintaan pelanggan dan juga menyediakan jasa untuk melakukan pengiriman secara rahasia. Tempat di mana semua transaksi terjadi berada di sebuah kedai kopi.
Seorang pria dengan jubah hitam yang menutupi tubuh serta sebagian wajahnya, memasuki kedai kopi di mana Deadly Wind Guild beroperasi. Pria itu menempati meja yang kosong. Tak berapa lama, ada pelayan pria yang menghampirinya menanyakan apa yang diinginkan oleh pria tersebut.
"Kopi manis yang diminum di siang hari."
Setelah pria itu mengatakan keinginannya, pelayan tersebut terdiam beberapa saat kemudian mengukir senyum semakin lebar. Pelayan tersebut merentangkan satu tangan menunjukkan pria tersebut jalan. "Silakan ikuti saya, Tuan. Kopi manis akan segera disajikan."
Ada satu hal yang perlu dilakukan jika ingin memakai jasa Deadly Wind Guild. Kau hanya perlu mengatakan kata sandi yang diucapkan oleh pria itu sebelumnya. Kalimat yang pria itu ucapkan memang terdengar tidak mencurigakan. Namun, jika diteliti lagi kalimat tersebut sebenarnya memiliki arti lain.
Kopi manis memiliki arti hal yang mustahil. Hal tersebut karena gula memiliki harga yang mahal, sehingga jarang adanya kopi manis di Kerajaan Victoria. Oleh karena itu, makanan maupun minuman yang membutuhkan gula selalu menjadi menu yang mahal di Kerajaan Victoria.
Yang diminum di siang hari. Arti kata-kata tersebut sudah jelas bahwa itu bisa menjadi mungkin. Jadi, jika digabungkan artinya yaitu hal yang mustahil, bisa menjadi mungkin.
Pria yang mengenakan jubah hitam mengikuti pelayan kedai kopi. Mereka mulai menjauhi tempat di mana sebelumnya terdapat banyak pengunjung. Setelah berbelok, pelayan tersebut berhenti, tapi itu hanya jalan buntu tanpa adanya pintu untuk masuk ke sebuah ruangan.
"Tunggu sebentar, Tuan." Pelayan pria mendekati bagian sudut, telapak tangannya menempel di dinding seperti menekan sesuatu.
Tak lama kemudian, pelayan tersebut menarik tangannya yang sebelumnya menempel di dinding. Tempat di mana telapak tangannya sebelumnya berada, muncul sebuah lingkaran sihir dengan pola yang rumit.
Pelayan itu mengangkat tangannya dan menyuntikkan mana yang berkumpul di jari telunjuknya pada lingkaran sihir tersebut. Lingkaran sihir mulai berkedip-kedip lalu bersinar terang membuat pria berjubah hitam harus menutup matanya sejenak.
"Tuan, silakan masuk. Di dalam sudah ada yang menunggu."
Suara pelayan kembali terdengar membuat pria itu membuka mata. Ajaibnya, dinding yang sebelumnya jelas-jelas tidak memiliki pintu, tiba-tiba terdapat pintu dengan ukiran aneh. Pria itu mendengus dingin, dia datang ke tempat ini dengan mengambil risiko tinggi. Jika bukan karena hal yang mendesak, dia tak perlu harus datang ke tempat yang sudah menjadi rahasia umum di kalangan aristokrat.
"Aku akan masuk."
Pria berjubah hitam membuka pintu dan memasuki ruangan. Hal pertama yang dia lihat sebuah ruangan sederhana, mulai dari rak buku, meja, dan kursi, semuanya terbuat dari kayu. Ini di luar ekspektasi pria itu yang mengira ruang rahasianya akan terlihat 'wah' saat dia masuk ke dalamnya.
"Wow, lihat siapa yang datang untuk menikmati kopi manis! Hari ini ternyata banyak yang kehausan, yah."
Pria itu memasang sikap waspada ketika mendengar suara seorang pria. Dia menatap sekelilingnya tapi tak melihat satu orangpun yang berada di ruangan. Pria itu menggeram tertahan. "Siapa kau?! Keluarlah! Tunjukkan dirimu dan jangan bermain trik murahan denganku!"
Hening.
Tak ada jawaban atas ucapan pria itu. Mata pria itu terpejam erat, indra pendengarannya mulai dibuat setajam mungkin. Mengatur suara napas agar seirama dengan detak jantung.
Sring.
"Kena kau!" Pria itu tiba-tiba mengeluarkan pedang dari sarung pedang yang berada di pinggangnya. Permukaan pedang yang mengkilap menjulur ke samping dengan ujung pedang yang tertuju pada udara.
"Oh, hampir saja pedangmu mengenaiku. Wajahku ini sangat berharga. Bagaimana bisa kau ingin menggores aset penting milikku, Tuan..."
Suara yang sebelumnya, kembali terdengar bersamaan dengan seseorang yang muncul di depan ujung pedang pria berjubah hitam. Pria tersebut menyipitkan mata melihat orang yang muncul secara tiba-tiba tersebut memiliki penampilan yang membuat matanya sakit.
"Morgan Winter Knight, Grand Duke of Eirlys. Grand Duke termuda di sejarah Kerajaan Victoria. Ada apa orang besar sepertimu datang ke sini?"
Mendengar suara menyebalkan tersebut, pria berjubah hitam — Morgan — membuka tudung yang menutupi sebagian wajahnya. Morgan tersenyum dingin dengan rahang mengeras. "Tutup mulutmu dan lakukan apa yang seharusnya dilakukan!"
Oliver Sykes. Pria cantik berambut merah panjang bergelombang dengan tahi lalat di bawah matanya yang menambah kesan cantiknya. Oliver kini berdiri sambil tertawa kecil, kepalanya miring dengan di sampingnya terdapat ujung pedang Morgan. Hampir saja wajah Oliver tergores ujung pedang. Membayangkannya saja, Oliver sudah bergidik.
"Duke, bukankah kau terlalu berani? Bagaimana bisa menodongkan senjata pada orang yang akan kau mintai pertolongan?" Oliver menyingkirkan pedang Morgan dengan kipas yang ia pegang.
Morgan segera menyimpan kembali pedang di pinggangnya. Rambut hitam legam disertai manik mata merah yang menyala memandangi Oliver dengan tatapan tidak bersahabat.
"Oliver, jangan pernah sekali-kali menyebutkan identitas ku. Jika ada orang yang mengetahui bahwa aku berada di tempat ini, aku akan meratakan tempat ini dan membunuhmu!"
Senyum di wajah Oliver seketika surut, pria itu menutup kipas dan berjalan menuju meja. Oliver duduk sambil menyatukan kedua tangan untuk menopang dagu dengan siku di atas meja. "Jadi,... ada perlu apa kau datang ke sini, Tuan?"
Morgan mengambil surat yang diselipkan pada pakaiannya. Ini pesan yang harus dia kirim pada seseorang secara rahasia. Morgan sampai harus datang ke tempat yang menyediakan jasa mengantar surat secara rahasia dan bahkan mencari informasi-informasi rahasia dari seseorang jika ada permintaan dari pelanggan.
"Kirim surat ini ke Ghost town, di sana akan ada seseorang yang menerima surat dariku." Morgan meletakkan secarik surat dengan wajah dingin. Tatapan Grand Duke muda tersebut tertuju pada Oliver untuk memperhatikan bagaimana reaksi pria itu.