Chereads / Mr. Sinclair and Miss Arrogant / Chapter 17 - Rencana Picik

Chapter 17 - Rencana Picik

Febiana berdiri di depan sebuah cermin besar. Pantulan dirinya tergambar jelas pada benda itu. Tubuhnya terbalut celana jeans hitam, kemeja, serta blazer berwarna mocca. Sesaat, Febiana hanya diam dengan segala macam beban pikiran. Lalu, tak lama kemudian ia bergegas mengubah sikapnya untuk mencari sesuatu di atas nakas.

Sebuah benda pintar dengan merek dan harga yang tentunya mahal, Febiana temukan. Ia menggenggam benda itu dengan erat sembari menatapnya nanar. Febiana segera menyalakan layarnya dan mencari sesuatu demi melancarkan rencana yang hadir di pikirannya. Detik berikutnya, ia meletakkan benda itu di samping telinganya.

Bunyi 'tut' terdengar dalam beberapa saat, yang kemudian berubah menjadi suara pria memberikan sapaan. "Halo, Nona."

Febiana menghela napas, berdeham, kemudian sedikit mengangkat dagunya. "Aku tak mau basa-basi," ucapnya. "Beri tahu ayahmu tentang kelakuanku sebagai CEO dari Big Golden yang semakin gencar menyerang Sinclair Group. Katakan padanya, kalau Edward Sinclair justru bergabung denganku dan memberikan dana investasi pribadi. Jika rencana ini berhasil, maka Mr. Javier Sinclair akan menggulingkan Edward Sinclair dan menggantikannya dengan dirimu," jelasnya.

"Beri tahu jika aku dan Edward saling mencintai, tunjukkan foto mesra kami berdua yang belum lama ini muncul di berbagai laman," lanjut Febiana, kemudian berangsur menurunkan ponsel itu dari samping telinganya.

Tanpa mau menunggu jawaban apa pun, meski sekadar satu patah kata saja, Febiana lantas mematikan panggilan yang sedang berlangsung. Ia kembali menatap dirinya di pantulan cermin besar tersebut. Ekspresinya begitu datar, tetapi hatinya penuh dengan keyakinan. Ia percaya bahwa rencananya kali ini akan berjalan dengan lancar.

***

Davin kembali ke ruang makan sesaat setelah menerima panggilan dari Febiana melalui telepon genggamnya. Ia memasang ekspresi cemas, yang sebenarnya hanyalah sebuah sandiwara. Tak berselang lama, tepat ketika, para anggota keluarganya memberikan tatapan heran, Davin menghampiri Javier Sinclair.

"Ayah, ada sesuatu yang harus Davin sampaikan dan ini sangat penting," ucap Davin.

"Tak bisa-kah kamu mengatakannya saat ini saja, My Bro?" sahut Arvin Sinclair.

Berta tak mau kalah. "Ada apa? Katakan saja, Kakak kedua."

"Tidak, ini bukan sesuatu yang sepele dan pasti akan menimbulkan keributan. Oleh sebab itu, aku harus membahasnya terlebih dahulu dengan Ayah."

"Makan dulu saja. Waktu semakin mepet, dan kalian harus segera berangkat ke kantor," usul Belinda—sang nyonya besar dari keluarga Sinclair.

Namun ucapan ibunya itu tetap tidak menggoyahkan keinginan Davin untuk dapat bicara empat mata dengan sang ayah. Dan pada akhirnya, Javier menyetujuinya. Pria tua itu meninggalkan ruang makan dan terutama sarapannya yang masih tersisa setengah porsi.

Di sebuah ruang kerja, Javier dan Davin menghentikan langkah kaki. Javier menuju kursi kerjanya dan mempersiapkan pendengaran demi menyimak apa pun yang akan dilontarkan oleh putra keduanya itu. Melihat ayahnya yang sepertinya sudah siap dan bersedia, Davin segera mengambil sikap. Ia duduk tepat di hadapan Javier, dengan dibatasi sebuah meja kerja.

"Apa ada, Nak?" tanya Javier.

Davin menelan saliva, kemudian menunduk. Ia bertingkah layaknya seseorang yang tengah merasa gusar.

"Ada apa? Katakan saja," desak Javier dengan rasa penasaran yang sudah besar. "Kamu bertengkar dengan kakakmu lagi?"

"Tidak, Ayah!" tandas Davin cepat. "Bahkan, aku sudah lama tidak bertemu Kak Edward, terakhir aku mendatanginya karena rumor tentang fobianya membuat para pemegang saham mengamuk."

Javier menghela napas. "Separah itu-kah dampaknya?"

"Ya. Tapi itu tampaknya sudah berakhir. Ada sesuatu yang jauh lebih parah daripada rumor itu, Ayah."

Javier memicingkan matanya. Ia bersikap tegak dan tampak berkharisma. Ia bagaikan kelinci tua yang tiba-tiba berubah menjadi singa yang siap menerkam sang mangsa. Dan begitulah sosok Javier yang tak jauh berbeda dengan Edward Sinclair, kecuali untuk sifat dingin putranya itu. Ia bisa menjadi sosok ayah yang lembut dan penuh kasih sayang, tetapi ketika sudah berurusan dengan bisnis, sifat Javier akan berubah nyaris 180 derajat.

Dan sejujurnya, bagi Davin keadaan semacam ini sungguh mendebarkan. Namun ia sudah tidak bisa mundur dari ikatan Febiana. Ia yang mendatangi wanita itu terlebih dahulu, sehingga kini, ia harus menjalankan misi pertamanya. Lagi pula, tak ada ruginya, toh, ketika ayahnya mempercayainya, maka kakak pertamanya benar-benar akan digulingkan dari tahta di kerajaan bisnis Sinclair Group ataupun real estate.

"Katakan," ucap Javier. "Katakan apa pun yang kamu lihat dan dengar, Nak."

Davin menghela napas, kemudian berangsur menatap paras keriput milik sang ayah. "Ini mengenai Kakak yang mengajukan investasi pribadi pada Mr. Hector."

Dahi Javier berkerut. "Investasi pribadi?"

"Iya, Ayah. Entah apa motif Kak Edward melakukan hal itu, yang pasti ada kerja sama yang berkaitan dengan Big Golden. Mungkin sah-sah saja, tapi, Ayah, yang menciptakan rumor bahwa Kakak mm ... tidak menyukai lawan jenis adalah CEO dari Big Golden. Ya, Nona Febiana. Dia melakukannya demi menyerang Sinclair Group dan pada akhirnya hampir berhasil. Nyaris semua pemegang saham menjadi risih."

"Big Golden ...."

"Bukankah Kak Edward seharusnya mengajukan investasi atas nama perusahaan, Ayah? Jika alasannya, karena Big Golden adalah pihak kompetitor, justru tak mungkin Kakak malah mengajukan dana pribadi. Kudengar, Kak Edward rela menjual beberapa koleksi mobil sport-nya demi proyek mereka. Apa ... Ayah tidak curiga jika Kakak berencana berkhianat?"

Javier menatap mata Davin dengan nanar. "Jangan bicara sembarangan, Putraku. Kakakmu tak mungkin berbuat seperti itu."

"Sepertinya mungkin," sahut Davin, kemudian ia menunjukkan ponselnya. Sebuah foto yang belum lama ini menjadi viral ditunjukkan olehnya melalui benda itu dan tertuju pada ayahnya. "Kakak dan Nona Febiana sepertinya sedang menjalin hubungan cinta, Ayah. Apa Ayah lupa bahwa cinta bisa membutakan? Contohnya, Ayah sendiri yang rela diusir dari Perancis hanya demi menikahi Ibu. Dan ya, mungkin saja Kak Edward juga melakukan hal serupa. Apa lagi, kata orang kalian memiliki suatu kesamaan."

Javier mulai didera rasa gelisah. "Itu tetap tidak mungkin terjadi pada orang sedingin Edward."

"Nyatanya, tetap mungkin, Ayah! Tak peduli tentang Nona Febiana yang sudah menjatuhkan namanya, nyatanya Nona Febiana juga menjadi penyelamat bagi Kak Edward. Foto mesra mereka berhasil meredupkan rumor, tapi tetap menjadi kecurigaan bagi semua petinggi Sinclair Group, Ayah!"

Javier menelan saliva. Kedua bola matanya bergerak tak menentu. Gemelutuk giginya yang masih berbaris rapi meski tak lagi muda, juga terdengar. Sepintas, ia tampak biasa saja, tetapi diam-diam Javier mengepalkan kedua jemarinya dan merasakan aroma kecemasan yang tiada tara. Jika suara detak terdengar kencang, sepertinya akan sampai di telinga sang putra. Setidaknya, ucapan Davin memberikan pengaruh besar atas perasaannya. Oleh sebab gambar mesra Edward dan Febiana sungguh sukses membuat Javier merasa tidak karuan.

Davin tertunduk sesaat setelah memberikan pengaruh berupa racun kata-kata. Diam-diam ia tersenyum menikmati hasil dari kepicikannya. Perasaan bangga pun menyeruak ke dalam dadanya, ia tidak pernah menyesal atas keputusannya untuk menghubungi Febiana. Nyatanya, wanita itu memberikan ide brilian untuk membantunya merebuh jabatan yang dimiliki oleh Edward.

Sekian detik kemudian, Davin kembali mengangkat kepala. Ia menatap mata sang ayah dengan tajam dan penuh makna. "Ayah, ... harus berbuat sesuatu. Memisahkan mereka tentu tidak mungkin, setidaknya selamatkan perusahaan dari calon pengkhianat," ucapnya.

Javier dibuat semakin gamang oleh usulan putra keduanya itu. Ia tidak mungkin mencabut jabatan Edward begitu saja, ia masih ingin mempercayai putra tertuanya itu. Namun setiap kali melirik ke arah layar ponsel Davin yang meski sudah mati, bayangan foto mesra Edward dengan CEO dari perusahaan pesaing sukses membuatnya gusar.

***