Setelah kepergian Jenni, tubuh Mila terkulai di atas kursi air mata yang di tahannya sedari tadi kini mengalir tanpa bisa di tahannya.
"Nyonya Anda tidak apa-apa?" Dewi melihat tubuh Mila yang terkulai dengan sigap mendekat dan memeriksa kondisi Mila.
"Nyonya bangun, pengawal kesini!!" teriakan Dewi membuat seisi rumah berlari mendekat, terlihat tubuh mika yang tergolek di pelukan Dewi.
"Apa yang terjadi dengan nyonya ?" tanya salah satu pengawal.
"Aku tidak tau mungkin nyonya tertekan, cepat bantu aku membawanya kekamar." salah satu pengawal mengangkat tubuh Mila dan membawanya ke kamar utama.
"Bi Sumi tolong telepon dokter pribadi Tuan Devan "
"Baik nak.." Bi Sumi dengan cepat menghubungi Tuan dokter pribadi. hanya membutuhkan sepuluh menit seorang dokter datang dan memeriksa tubuh Mila.
"Kemana tuan kalian?"
"Sedang ada meeting, nomer ponselnya tidak bisa di hubungi dok "
"Baiklah kalian beli semua resep obat ini dan cepat bawa kesini!" Usai memeriksa tubuh Mila, dokter memberikan secarik kertas yang berisi resep obat dan vitamin untuk Mila.
"Baik dok.." salah satu pengawal yang berjaga di luar kamar pergi membeli obat. terlihat Mila membuka matanya. perlahan pandangannya tertuju pada seorang pria muda yang mengunakan jas putih.
"Aku kenapa ?"
"Nyonya tadi pingsan, bagaimana kondisi nyonya apa ada yang di rasakan nyonya ?" Dewi tidak hentinya bertanya pada Mila. ia sangat takut jika terjadi sesuatu dengan Mila maka tamatlah riwayatnya.
"Aku baik-baik saja, Dewi tolong tinggalkan aku dengan dokter ada yang ingin aku tanyakan ?"
"Baik nyonya " Dewi keluar dari kamar utama.
"Dok katakan ada apa denganku, kenapa tubuhku cepat sekali lelah dan kenapa tadi aku pingsan ?"
"Begini nyonya Prasaja, sepertinya Anda hamil tapi untuk memastikannya alangkah lebih baiknya periksa ke dokter kandungan "
"Apa aku hamil " Mila menatap dokter dengan perasaan bahagia bercampur sedih.
"Ada apa Mila, apa sesuatu terjadi padamu ?" tanya Aditya anak dari dokter Sam.
"Tidak apa-apa "
"Jangan terlalu di pikirkan, semua masalah ada jalan keluarnya. percayalah pada Devan dia laki-laki setia. untuk pertama kalinya Devan mencintai wanita sepertimu Mila bahkan sampai menikah hanya karena takut kehilangan dirimu dia ingin wanita yang menyandang status sebagai nyonya Prasaja adalah wanita yang di cintai Devan, percayalah wanita yang di cintai hanya kamu. dan tentang perjodohan ini Devan sedang mencari jalan keluar agar terbebas, tetaplah berdiri di sampingnya kamulah kekuatannya dan kamu jugalah yang menjadi kelemahannya. berdirilah dengan tegak disamping Devan Mila " Aditya memandang wajah Mila yang terlihat sendu.
"Apa kamu begitu dekat dengan Devan ?"
"Kami bukan hanya dekat, tapi kami tumbuh bersama dan kamu harus tau, kami sejak kecil selalu bersama bahkan sekolah kami selalu sama "
"Tapi Devan tidak menolak perjodohan ini ?" berlahan air mata Mila menetes.
"Devan tidak pernah tau jika dirinya di jodohkan dengan cucu dari sahabat Neneknya, itu sebabnya dia mempercepat pernikahan kalian " Terang Aditya pada Mila.
"Itu artinya aku salah ?"
"Tidak kamu tidak bersalah, hanya saja ini salah paham dan kalian berdua harus menyelesaikan masalah kalian. apa kamu tau Mila, semalam Devan tidak tidur hanya untuk memperhatikanmu dari jauh ?"
"Bagaimana kamu bisa tau soal itu?"
"Sudah aku katakan aku tau siapa Devan dan kami tidak pernah ada rahasia Mila, sudahlah sekarang kamu istirahat dan periksakan kandunganmu agar lebih jelas ?
"Aku ta..."
"Sayang apa yang terjadi padamu ?" Devan dengan wajah cemas menghampiri Mila dan langsung memeluknya.
"Maafkan aku sayang ini semua salahku "
"Sssttt...tidak ada yang salah, ini semua hanya salah paham sayang " Mila memeluk tubuh Devan.
"Aku sangat mencintaimu Mila. kamu adalah milikku "
"Aku juga mencintaimu Devan, kamulah laki-laki yang terbaik yang aku miliki " Devan menangkup wajah cantik Mila dan melumat bibir indah milik Mila. suara deheman membuat mereka melepas ciuman.
"Apa kalian sengaja hhmm, apa kalian tidak kasian dengan jomblo ini " Aditya berpura-pura merajuk pada mereka yang terang-terangan berciuman di depannya.
"Kenapa tidak pergi !!?"
"Menyebalkan. bukannya terima kasih, ini malah marah. ingat istrimu sedang hamil " Devan hanya bisa melihat Mila dengan perasaan tidak percaya mata Devan tiba-tiba berembun.
"Apa aku akan menjadi seorang ayah " senyum Devan semakin melebar saat Mila menganggukkan kepalanya.
"Lebih baik kalian ke dokter kandungan untuk memastikannya ini bukan bidangku, aku hanya mengira-ngira jika Mila hamil dan sebentar lagi anak buahmu kembali dari apotik Mila harus minum vitamin agar tubuhnya kembali segar "
"baiklah aku akan membawa Mila ke dokter kandungan, sayang aku akan membawamu sekarang " Mila menganggukkan kepalanya tanda setuju. Devan melepas pelukan dan membawa Mila ke dalam pangkuannya tangannya tak tidak berhenti mengelus perut Mila.
"Sayang jangan nakal di sana ya, jaga mamah untuk papah " Devan mengecup bibir Mila.
"Dev bukannya kita akan ke Dokter ?"
"Iya sayang tunggu sebentar aku ingin seperti ini " Mila merebahkan kepalanya di dada bidang Devan.
"Aku akan menjaga kalian apapun Yang terjadi, sayang tetaplah di sampingku apapun yang terjadi, kamulah kekuatanku sayang terlebih anak kita yang ada di sini.kalianlah kesayanganku " Devan mengecup pucuk kepala Mila.
"Milaaaa sayang..." mereka terkejut dengan suara lantang sang Nenek. secara bersamaan mereka menatap ke arah pintu terlihat sang Nenek bejalan dengan membawa tongkat. tanpa ampun memukul tubuh Devan.
"Cucu nakal, menikah tanpa memberi tau Nenek. sekarang cucu menantu hamil kamu juga tidak memberitahu Nenek, di anggap apa Nenekmu ini hah " Devan menurunkan Mila dari pangkuannya saat sang Nenek mengayunkan tongkatnya ke arah dirinya.
"Nenek tunggu dulu, Devan baru tau jika Mila sedang hamil Nek, sudah sakit badan Devan Nek " rengek Devan pada sang Nenek yang tidak berhenti memukul Devan.
"Sayang maafkan Nenek sungguh ini di luar kemampuan Nenek, jangan tinggalkan Devan. percayalah apapun yang terjadi Devan akan terus mencintaimu " Nenek menangkup wajah Mila, air matanya mengalir melihat kesedihan di wajah sang Cucu menantu.
"Bagaimana keadaanmu ?"
"Aku baik Nek"
"Apakah dia datang kesini membuat ulah ?"
"Tidak, dia hanya ingin bertemu denganku "
"Katakan jika dia berani berbuat kasar padamu "
"Tentu Nek "
"Apa kalian ingin pergi ?"
"Iya Nek, kami akan ke dokter kandungan "
"Pergilah Nenek ada urusan, Dev jaga Mila "
"Pasti Nek " mereka keluar bersama, Dewi yang menunggu di depan pintu memberikan vitamin yang tadi di beli salah satu pengawal.
"Nenek pergi dulu sampai nanti"
"Hati-hati Nek " Mila memeluk tubuh sang Nenek.
Devan membantu Mila masuk ke dalam mobil. tangannya melindungi kepala Mila agar tidak terbentur.
"Ke rumah sakit Kasih Bunda "
"Baik Tuan "
"Sayang apa kamu menginginkan sesuatu, biasanya jika seorang wanita yang mengandung dia menginginkan sesuatu kenapa kamu tidak?" Devan melihat Mila yang tersenyum mendengar perkataannya.
"Sekarang aku tanya, apa yang kamu inginkan saat ini ?" tanpa menjawab pertanyaan Devan, Mila balik bertanya.
"Aku tidak ada, hanya saja ingin makan mangga mungkin itu enak dan..." Mila tertawa mendengar perkataan Devan.
"Apa aku yang mengalami ngidam ?" tawa Mila semakin lebar saat melihat raut muka Devan yang sedikit binggung.
"Iya sayang kamu yang ngidam " wajah Devan terlihat sumringah saat Mila mengatakan jika dirinya yang sedang ngidam. tak berapa lama mobil telah sampai di rumah sakit Kasih Bunda. Mila keluar dengan di bantu Devan yang terus memeluk pinggangnya. hingga sampai di depan dokter kandungan. Devan yang sudah membuat janji tanpa mengantri lagi. langsung masuk keruangan dokter kandungan.
"Devan masuklah, silahkan duduk " seorang dokter cantik menyambut kedatangan Devan dan Mila.
"Sayang perkenalkan dia Bella dokter kandungan yang akan memeriksa kandunganmu setiap bulan " terang Devan pada Mila.
"Bella. teman masa kecil Devan " bella mengulurkan tangannya pada Mila.
"Mila "
"Silahkan nyonya Devan berbaring kita USG biar jelas " Mila mengikuti yang di katakan Bella, Mila berbaring di tempat tidur. Bella memberikan gel di perut Mila, Devan menatap ke monitor terlihat ada segumpal di dalam rahim sang istri.
"Dev apa kamu lihat gumpalan ini, itu calon anakmu " Bella menunjukan gumulan di dalam rahim Mila.
"Kandungan baru memasuki tiga Minggu, jadi tolong kurangi aktifitas malam kalian, Karena di trimester satu sampai tiga masih rawan, itu tergantung dari kehamilan dan sang ibunya " jelas Bella pada Mila dan Devan.
"Baiklah kalau begitu kami permisi " Devan berdiri membatu Mila dan merangkul pinggang Mila dengan posesif.
"Silahkan hati-hati Mila " ucap Bella dengan pandangan rumit.
Devan membawa Mila keluar dari rumah sakit menuju kediamannya, sepanjang jalan Mila memikirkan ucapan dokter Bella pandangan mata Bella tak lepas dari Devan.
Setelah sampai di rumah Devan mengantar Mila beristirahat di dalam kamar.
"Sayang aku pergi dulu ada urusan yang tidak bisa di tinggalkan, aku janji tidak akan lama, nanti biar Lusi main kesini " pamit Devan pada Mila.
"Baiklah hati-hati, jangan pulang larut "
"Iya sayang " Devan mengecup kening Mila dan bergegas pergi. Mila melihat mobil Devan keluar dari garasi. entah kenapa perasaannya tidak enak. namun Mila mengabaikannya. Bibi Sumi yang mengantarkan makanan yang dari pagi tidak sempat di makannya.
"Nyonya Mila, makanlah bukankah nyonya belum makan "
"Iya Bi terima kasih " Mila duduk di sofa yang berada di dalam kamar. mila makan dengan lahapnya, tidak berapa lama Bi Sumi datang menyerahkan ponselnya.
"Nyonya ponselnya berdering dari tadi "
"Siapa Bi ?"
"Entahlah nyonya tidak ada namanya "
"Baiklah kemari " Mila menerima ponselnya saat akan di angkat ternyata layarnya sudah gelap, namun tak berapa lama ada pesan masuk. Mila membukanya, sebuah foto Devan dengan Jenni yang sedang makan siang. terlihat Devan yang duduk di depan Jenni pandangan mereka sulit untuk di artikan, terlihat bagaimana sikap Jenni yang terus bermanja dan tangannya yang tak lepas bergelayut di lengan Devan. dengan cepat Mila menghapus semua gambar yang di kirim seseorang padanya. ponsel Mila kembali berbunyi kali ini seseorang menghubunginya.
"Halo.."
"Bagaimana Mila, baru saja suamimu mengantarmu kerumah sakit begitu, mengantarmu pulang dia pergi dengan wanita lain yang akan menjadi tunangannya "
"Tinggalkan Devan atau anak yang kamu kandung akan aku bunuh!!!"
"Siapa kamu, beraninya ingin menyakiti anakku!!??"
"Kamu tidak perlu tau siapa aku, tapi aku tau siapa kamu dan anak yang sedang kamu kandung saat ini "
"Ikuti perintahku, kandunganmu selamat. jika tidak aku pastikan kandunganmu tidak akan selamat " Tubuh Mila bergetar mendengar ancaman jika dia akan membunuh anak yang berada di dalam kandunganku.
"Ikuti perintahku dan jangan coba-coba mengatakan apapun pada Devan, jika tidak anak dalam kandunganmu menjadi taruhannya!"