Bulan hingga pukul 12 tidak ada kabar, membuat Raka meminta tolong seseorang untuk mencari tahu Bulan. Diam-diam perasaan Bintang ikut khawatir namun ia tidak menunjukkan sikapnya kepada klien dan Raka.
Namun Raka mengenali sikap Bintang ia tahu bahwa BIntang sedang tidak fokus.
"Karena waktu sudah siang rapat kita tunda, mari kita istirahat sejenak," ucap Raka "Silahkan menuju ruang istirahat untuk makan siang." Raka memberi arahan pada para tamu.
"Lo kenapa?' tanya Raka saat semua tamu keluar dari ruang rapat "mikirin Bulan?" lanjut Raka.
"Yang sopan, ini di kantor." bintang bukannya menjawab malah memukul lengan Raka.
"Ini jam istirahat dan tidak ada yang dengar." Raka menarik kursi dan duduk di seblah BIntang.
"Lo jujur sama gue, lo mulai suka kan sama Bulan?' goda Raka.
"Enggak ka, tapi status dia itu istri gue, kalau ada apa-apa juga gue lagi yang di salahin," ucap Bintang.
"Sampai kapan hubungan lo kayak gini?"
"Lo harus cepat kasih keputusan sama sandra, Bin." Raka mencoba memberi nasehat pada Bintang.
"Lo kan tahu ka klaugue dari awal nggak mau dengan pernikahan ini." BIntang merncoba menjelaskan pada Raka.
"terus nasib Sandra bagimana, gue bucara gini sebagai teman lo bin." ucap Raka.
Treeert.... trrttt...
TIba-tiba di pertengahan percakapan Bintang dan Raka ponsel Raka bergetar.
"Awasi dia." Raka memberi perintah pada orang suruhanny untuk mengikuti Bulan.
"Kenapa?" tanya Bintangsaat melihat Raka telah mematikan teleponnya.
"Orang suruhanku melihat Bulan ada di rumah neneknya." jawab Raka.
Setelah mendengar kabar keberadaan Bulan Enta kenapa perut bIntang terasa lapar dan menyantap makan siangnya dengan lahap sebelum melanjutkan rapatnya.
***
Bulan sudah seharian penuh di rumah neneknya hingga ia harus berpamitan untuk pulang, walaupun sebenarnya ia ada tujjuan lain.
"Mbah, Bulan pulang dulu ya." bulan berpamitan dan bersalaman dengan neneknya.
"Yang hati-hati, nduk," ucap nenek sebelum melepas tangan bulan.
Bulan mengangguk dan segera menuju taxi online yang sudah di pesannya terlebih dahulu.
Waktu menunjukkan pukul 16;15 jalan raya mulai macet karena memang jam pulang kerja, namun taxi yang di tumpangi Bulan masih bisa berjalan dengan lacar walaupun denan kecepatan sedang. Bulan sudah senyum-senyum sendiri membayangkan ekspresi Johan saat melihatnya datang dengan tiba-tiba. Karena Johan sudah bukan resepsionis lagi jam kerja dia menjadi paten pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore.
Enam bulan terakhir Johan sudah di angkat menjadi Controller, walaupun tidak setingi manager atauun assisten manager setidaknya Johan sudah di posisi lebih baik.
Bulan sudah sampai di dean Hotel tempat Johan bekerja, Bulan sempat menanyakn keberadaan Johan, Johan bilang belum pulang masih ada di hotel jadi Bulan memutuskan untuk menunggu.
Satu jam setelah menunggu Bulan melihat Johan keluar dari area Hotel, dengan cepat Bulan meminta sopir tai yang dia tumpangi mengikuti mobil Johan, namun di tengah perjalanan Bulan merasa bahwa jalan yang di lalui oleh Johan bukan jalan menuju rumahnnya, Bulan mencoba berfikir positif.
Hinga mobil Johan Berhenti di depan rumah cukup besar namn bukan rumah Johan, anehnya Johan tidak segera turun dari mobil.
"Pak, tunggu sebentar ya saya akan segera kembali." Bulan berjalan menuju mobil Johandengan memakai masker, kacamata dan jaket.
tuk ... tuk...
Sreeett kaca mobil Johan terbuka saat melihat eseoran mengetuk kaca mobilnya.
"Kenapa mbak?" tanya seorang wanita yang duduk di samping Johan dengan tangan merapikan baju dan rambutnya yang terlihat habis melakukan sesuatu.
"Kamu siapanya dia?" tanya Bulan dengan suara bergetar.
"Saya pacarnya, kamu siapa sih? aneh banget!" wanita itu saling pandang dengan Johan.
Bulan tidak menjawab ia terpaku menatap Johan yang menggandeng tangan wanita di sampingnya.
"Mbak ..." ucap wanita ituu untuk menyadarkan Bulan dari lamunannya.
"Eh ... Maaf.' bulan melepas kacamata dan maskernya "Saya salah orang, saya kira ini mobil pacar saya yang suah mati.' Bulan menyeka air matanya dan menatap tajam kearah Johan sebelum pergi meningalkan mobil Johan.
Johan yang tahu itu Bulan terkejut dan segera keluar dari mobil untuk mengejar Bulan, Namun usahanya sia-sia. Bulan sudah masuk kedalam Taxi dan pergi.
"Sayang kamu keluar dulu ya, aku ada urusan." Johan meminta wanita di sampingnya untuk turun.
"Kamu kenapa?"
"Dia siapa?"
Johan di serbu pertanyaan dari wanita itu.
"Nanti aku jelasin, Ceritanya panjang, sekaang kamu keluar dulu."Johan menarik tangan wanita itu dan segera meninggalkannya begitu saja.
Johan mengejar mobil yang di tumpangi oleh Bulan yang mulai tidak terlihat oleh pandangan Jogan, tapi berkat macet Johan masih bisa melihat taxi Bulan, Bulan tidak sadar bahwa ia di ikuti oleh Johan, setelah ia masuk kedalam mobil dia memberi arah tujuannya kepada sopir dan mulai sibuk menyeka air mata yang menetes dengan sendirinya.
Bulan sangat terpukul dengan apa yang ia lihat, air matanya tidak bisa berhenti mengalir,
"apa ini yang membuatmu berubah?"
"Sejak kapan kamu dengan dia?"
Bulan bertanya-tanya dalam hatinya, ia merasa tidak percaya dengan sikap Johan.
30 menit kemudian, Bulan sudah berada di dalam lobby hotel dan segera ia menuju ke kamarnya. saat berada di lantai tiga Bulan menoleh kearah kamar Bintang yang masih sepi. Bulan mempercepat langkahnya dan segera masuk kedalam kamarnya.
Air mata Bulan tidak terbendung, tangisnya pecah saat ia memasuki kamar mandi, ia duduk di bathtub dan menyalakan shower.
ia membiarkan air membasahi tubuhnya yang masih menggunakan baju lengkap.
***
Johan mencona menelepon Bulan berulang kali, dan mengirim pesan puluhan kali, namun tidak ada jawaban sekalipun.
"Lan, dengarin aku dulu aku bakal jelasin."
"Lan, aku tahu kamu di Hotel Sakura, aku bakal tungguin kamu di parkiran sampai kamu mau nemuin aku."
Rentetan pesan Johan tidak ada yang di baca oleh Bulan.
Wanita yang berada di samping Johan adalah teman dekat Johan, mereka dekat sudah lima bulan setelah Johan di angkat sebagai Controller, wanita itu bernama Dhea, Dhea juga bekerja di Hotel yang sama sebagai housekeeping, karena kejadian tadi sekarang Dhea mencoboa meminta penjelasan Johan melalui panggilannya dan pesan, namun panggilannya selalu di tolak kadang sedang sibuk karena sedang menelepon Bulan.
"Mas, kamu harus jelasin semuanya, apa kamu kenal wanita tadi?"
"Kamu dimana?"
"Tolong angkat teleponku, Mas"
Dhea mengirim pesan pada Johan hampir bersamaan, johan bukannya menjawab atau membalas pesan Dhea, ia malah memblok nomor Dhea, karena panggilan Dhea ia tidak bisa menelepon Bulan.
"Bulan angkat teleponku," gumam lirih Johan yang masih menunggu di dalam mobil di area parkiran Hotel Sakura tempat Bulan, Bintang dan Raka menginap.