Bintang mellihat Bulan tertidur di pelukannya setelah hampir satu jam menangis Bintang hendak menidurkan tubuh Bulan di tempat tidur, namun ia takut akan membuat Bulan terbangun, ia memilih menunggu Bulan bangun dengan sendirinya, namun tiba-tiba matanya merasa mengantuk dan Bintang tertidur di sofa bersama Bulan.
***
Disisi lain Dhea kekasih Johan menunggu di Rumah Johan, Ia menunggu di tempat kerja seharian tapi tidak melihat Johan sama sekali. Keluarga Johan sudah mengetahui hubungan antara Dhea dan Johan, jadi mereka tidak canggung lagi.
hingga hampir pukul 20:00 tidak ada tanda-tanda Johan pulang, Dhea memutuskan untuk pulang dan kembali esok hari, karena kebetulan besok ia libur kerja.
"Tante, saya pamit dulu, mungkin Johan sedang sibuk." Dhea berpamitan kepada Ibu johan dan bersalaman dengannya.
"Hati-hati ya, Nak." Ibu Johan melambaikan tangan sebelum Dhea hilang dari tatapannya.
Namun, belum jauh Dhea pergi menggunakan motornya iamelihat mobil Johan menuju rumahnya, segera Dhea mengejar mobil itu dan menghentikanya. yang berjarak tiga rumah dar rumahnya.
"Ngapain kamu disini?" tanya Johan dengan raut wajah kesal.
"Harusnya aku yang tanya kamu,Mas," jawab Dhea. "Kamu dari mana, mas?" tanya Dhea.
"Aku dari rumah teman."
"Teman atau wanita kemarin?" desak Dhea
"Sudahlah, aku capek au mau istirahat dulu." Johan kembali masuk ke mobilnya.
"Mas, kamu harus jelasin dulu. kamu dariman dan siapa wanita kemarin?" Dhea menahan Johan dengan memegang erat lengan Johan.
"Dia bukan siapa-siapa, Lupakan saja." Johan menghempaaskan tangan Dhea dan segera pergi dari sana.
Dhea tidak mungkin ikut erumah Johan lagi, ia tidak mungkin bertengkar di hadapan orang tuan Johan. ia memutuskan pulang dan mencoba menyelesaikan semua melalui telepon atau meemui Johan besok.
****
Tok... tok... tok..
Raka mencoba mengetuk pintu kamar Bulan, karena hari sudah malam namun merekabelum juga makan sama sekali sejak siang.
Bulan yang mendengar suara itu mulai membuka matanya dengan perlahan. saat membuka mata Bulan melihat sosok Bintang di sampingnya ia mencoba bersikap tenang dengan membuka pintu terlebih dahulu.
"Kenapa, mas?'' tanya Bulan pada Raka yang berdiri di depan pintunya.
"Saya hanya mengingatkan saatnya makan Malam," jawab Raka.
"Ha! makan malam?" Bulan mengulang ucapan Raka.
"Iya, nyonya."
"Oke. saya akan bangunkan pak bintang." Bulan segeramenutup pintu dan memastika di balkon, dan benar semua sudah gelap, hanya lampu-lampu yang terihat dari atas.
Bulan kembali ke sofa tempat mereka tidur. Bulan mengambil nafas panjang dan mencoba membangunkan Bintang
"Pak," uca Bulan, dan belum ada tanda-tanda Bintang bangun. "Pak." Bintang mengulang lagi dan kali ini Bintang mengeliat.
"Kenapa? apa kmu sakit?" Tanya Bintang yang setengah sadar.
"T-tidak, pak." Bulan menjawab dengan ragu-ragu. "Waktunya makan malam, pak," lanjut Bulan.
"Ha, emang sudah malam?" tanya Bintang, dan segera bangun dari tidurnya.
"Sudah, pak."
"Bagaimana aku bisa tidur di kamarmu selama itu." Bintang menatap nakal ke arah Bulan.
Bulan malu menatap balik mata Bintang dan hanya menunduk. ia mula berfikir apa yang terjadi siang tadi,
"Apa sudah terjadi sesuatu ya, tapi aku kok nggak ingat apa-apa," batin Bulan.
"Padahal di tempat sesempit ini, bisa tidur lama banget." Bintang menepuk-nepuk sofa dan segea pergi ke kamar mandi.
Bulan yang masih bingung dengan sikap Bintang memilih mencari ponselnya. dan melihat beberapa pesan dan panggilan dar ayahnya. Bulan hanya mengirim pesan pada ayahnya bahwa dia baik-baik saja, dan Bintang menjaganya dengan baik.
Beberapa menit kemudian Bintang keluar dari kamar mandi hanya memakai celana tidak memakai baju. Bulan yang melihat itu berbalik.
"Pak, bisa tidak pake baju?" bulan menutup matanya.
"Emang kenapa?" tiba-tiba suara Bintang berada di telinga Bulan.
"Nggak sopan pak," ucap Bulan dengan menutup telinga dan matanya terpejam.
"Ha.. ha... bukankan seharian kamu tidur di badan ini?" goda Bintang.
"Saya kan ketiduran pak, toh tidak terjadi apa-apa." elak Bulan.
"Memang tidak terjadi apa-apa, tapi kamu sudah melanggar peraturan saya," ucap Bintang dengan bibir cengar-cengir.
"Jujur deh, Lo apain gue kok lo jado gitu?" kesopanan Bulan jadi hilang, karena penasaran dan malu jika sudah terjadi sesuatu.
"Sudahlah, mandilah mari kita makan malam." Bintang segera memakai bajunya lagi dan kembali ke kamarnya.
Saat masuk ke kamarnya Raka sudah menunggu di balkon.
"Gila lo, seharian di kamat Bulan ngapai aja?" tanya Raka dengan antusias saat melihat sahabatnya itu datang.
"Nggak ngapa-ngapain," kata Bintang dengan mencari baju untuk ganti.
"Pasti sudah ...." Raka membuat bentuk love dengan jari-jarinya.
"apaan sih, Lo." Bulan melirik ke arah Raka.
Raka tertawa terbahak-bahak dan merasa geli saat membayangkan.
"pesanin makan sana," ucap Bintang.
Raka segera berdiri dan berjalan keluar kamar Bintang, namun saat melawati tubuh Bintang Raka membentuk love lagi dengan jarina dan mengarahkan kepada Bintang, Raka meledek sahabatnya itu. Bintang yang malu-malu melempar bantal ke arah Raka.
"Sialan," umpat Bintang sembari melempar Bantal.
****
(Siang tadi)
Saat mata mulai mengantuk Bintang menatap dalam wajah Bulan, ia memperatikan setiap detail wajah Bulan jarinya tergerak sendirinya menyentuh pipi dan bibir Bulan, sesekali Bulan menggeliat karena sentuhan Bintang namun ia tidak bangun.
Bintang pria normal, ia mempunyai nafsu dan hasrat, entah setan apa yang membisiki Bintang, ia mulai mengecup seluruh wajah Bulan hingga keleher, kecupannya berhenti cukup lama saat di bibir dan leher. namun saat ia hendak melakukan lebih jauh ia tersadar bahwa mereka belum ada rasa cinta bahkan menikah dengan terpaksa. sehingga Bintang mengurungkan niatnya dan tertidur dengan memeluk Bulan di sofa.
***
Bulan datang dengan kaos putih dan celana 3/4 dengan rambut di ikat kuda, ia bergabung dengan Raka dan Bintang di restoran yang ada di Hotel Sakura itu. Dengan penampilan apa adanya Bulan tetap menarik perhatian karena paras cantik dan manisnya,
Bintang setiap melihat Bulan selalu teringat siang tadi, entah perasaannya sangat bahagia setiap melihat bulan setelah kejadian itu. walaupun Bulan tidak menyadarinya.
Raka yang menyadari tingkah Bintang, menendang kaki Bintang dari bawah meja, agar tersadar akan lamunannya. karena tatapannya membuat Bulan merasa risih.
"Makan, habis itu balik ke kamar," ucap Bintang dengan kikuk karena kepergok menatap Bulan berlebihan,
"Baik, pak." Bulan segera menyatap hidangan di hadapannya.
"Besok ikut ke kantor cabang, jadi bangun pagi." Bintang berusaha menetralkan kecanggungannya.
"Baik, pak," sahut Bulan sembari mengunyah makanannya.
"Ka, kasih tahu dia tugasnya." Bintang menoleh ke arah Raka yang menahan tawa dan melirik dengan arti menggoda Bintang.
"Iya, nanti saya kirim ke emailnya." suara Raka terdengar aneh karena menahan tawa.
Bulan merasa ada sesuatu yang aneh dengan Raka dan Bintang, ia memutuskan menyudahi makan malamnya karena merasa risih dengan kedua pria itu.
Bersambung ...