Chereads / BULAN DAN BINTANG. / Chapter 15 - Menyelesaikan masalah johan

Chapter 15 - Menyelesaikan masalah johan

Hari ketiga di Surabaya awal Bulan dan Bintang akrab, mereka tida canggung lagi saling goda dan ledek, tertawa bersama duduk bersama, walaupun hubungan mereka belum sejauh suami istri semestinya.

Dan itu terjadi di hari-hari berikutnya, Raka yang menjadi aksi awal kedekatan mereka. walaupun Bintang masih berhubungan dengan Sandra, Bulan tahu itu dan tidak berasa keberatan, bahkan jika Sandra menelepon, Bulan tidak keberatan untuk pergi atau diam.

***

Saat plang dari kantor cabang Surabaya, Raka Bintang dan Bulan kembali ke hotel bersama-sama, naamun saat sampai di lobby, Bulan di tarik oleh Johan yang telah menunggu kedatangan Bulan.

"Kamu?" tanya Bulan dengan menghempaskan tangan Johan.

"aku mau ngomong sesuatu sama kamu, hanya empat mata." Johan melirk kearah Bintang dan Raka.

Bintang berdiri di hadapan Bulan dan menghadang Johan yang hendak menarik tangan Bulan.

"Oke, tapi di sana saja." Bulan menyetujui permintaan Johan dan menunjuk sebuah bangku di dalam Lobby.

Johan dan Bulan berjalan beriringan menjauhi Bintang dan Raka.

"Mau bicarain apa lagi?" tanya Bulan saat sampai di bangku lobby.

"Aku mau tanya, kamu beneran menikah dengan dia?"anya Johan dan menoleh ke arah Bintang.

"Iya, kenapa?"

"Aku masih punya hubungan denganmu, dan kamu menikah dengan laki-laki lain?" Johan mendekatkan wajahnya ke arah Bulan.

"Aku menikah dengan dia karena perjodohan, dan aku masih bisa menjaga tubuhku, dan aku berniat mengakhiri semua," jelasBulan.

"Aku tidak yaki, tida mungkin orang sudah menikah tidak elakukan apapun." ledek jOhan dengan senyuman sinis.

"percaya atau tidak, au tidak peduli. lagian kalaupun aku berbuat hal itu juga sah." Bulan membuang muka seakan jijik melihat pria di hadapannya.

"Lalu apa salahnya aku?" tanya Johan "Aku dengan wanita lain kenapa kamu marah?"

"Aku marah karena perjuanganku melepaskan diri dai pernikahanku, meluangkan waktu untuk bertemu denganmu saat aku berkunjung ke surabaya, harusnya aku sadar dengan perubahan sikapmu enam bulan lalu."

"Aku hanya pacaran, sedangkan kau menukah, Lan." elak Johan.

"Tdak usah membahas pernikahanku, sekarang kamu selingkuh karena apa? kamu tidak tahu aku menikah han, tapi kamu tetap selingkuh tanpa alasan." Bulan mendesak Johan dengan kata-kata menyudutkan.

"Aku hanya main-main." ucap Johan.

'PLAKKK"

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Johan.

"Aku tahu kamu sudah ngapain dengan wanita itu, dengan entengnya kamu bilang main-main." bentak Bulan yang membuat seluruh pengunjung dan karyawan menoleh ke rah mereka.

"Ingat Lan, aku nggak akan lepasin kamu begitu saja." Johan berdiri dan berbisik ke arah telinga Bualan, Johan pergi karena ia merasa malu menjadi pusat perhatian orang di lobby itu.

Bulan segera menghampiri Raka dan Bintang yang menunggunya di dekat lift. mereka melihata semua yang di lakukan Bulan dan Johan walaupun tidak bisa mendengarkan percakapan mereka.

***

Bulan membersihkan diri saat sampai di kamarnya, begitu pula Bintang dan Raka. Bintang selesai terlebih dahulu dan pergi ke kamar Bulan, Buan masih di kamar mandi namun Bintang tetap menunggu dengan duduk di Sofa.

trrt... trtt...

Suara ponsel bulan brgetar di atas meja yang tak jauh dari sofa tepat duduk Bintang. Bintang mengahampiri dan melihat ponsel Bulan yang bertuliskan 'Ayah', tanpa pikir panjang Bintang mengangkat telepon itu.

"Hallo,"

"Bulan sedang mandi, yah. E--eh om." Bintang merasa canggung untuk memanggil 'Ayah'.

"Kamu kenapa masih malu, Bin. pangil saj Ayah seperti Bulan panggil saya," ucap Wibowo dari ujung telepon.

"Baik, Yah." Bintang senyum-senyum malu dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"Ya sudah, ayah hanya ingin pastikan kalian di surabaya baik-baik saja," ucap wibowo.

"Mungkin sebentar lagi Bulan akan selesai," sahut Bintang.

"Biarkanlah, ayah sudah mendengar suara salah satu dari kalian sudah lega."

"ya sudah ayah matikan teleponnya, ayah titip bulan ya, nak." Sesaat kemudian teleon sdah terputus. dan saat yang sama juga BUlan sudah selesai mandi. ia keluar dengan kaos obong dan celana pendeknya bahkan rambut masih tergelung dengan handuk.

"Ngapain lo disini?" tanya Bulan.

"Suka-suka lah, aku yang booking hotel juga." jawab Bintang dengan masa bodoh.

Bulan tidak menghiraukan Bintang ia hendak mengeringkan rambutnya, sedangkan Bintang duduk di balkon.

"Pak wibowo tadi telepon," ucap Bintang

"Ayah?" tanya Bulan untuk memastikan bahwa itu ayahnya.

"Iya."

Bulan mematikan hair dryernya dan mencari ponselnya.

"Lo angkat?" tanya Bulan saat melihat riwayat panggilannya di ponsel.

"Iya," jawab Bintang dengan acuh tak acuh.

Bulan seger mengirim pesan pada Ayahnya bahwa dia sedang mandi dan tidak tahu jika dia menelepon, Bulan tidak lupa menanyakan kabar dan menanyakan padaayahnya sudah makan atau belum.

Saat sedang mengetik pesan, tiba-tiba Bintang membanu Bulan mengeringkan rambutnya, sontak Bulan menoleh dan membuat ajahnya terkena uap panas hair dryer itu.

"Aww," pekik Bulan yang merasa hangat cenderung panas pada wajahnya.

"Maaf... maaf..." Bintang reflek mengusap-usap pipi Bulan.

"Ah, kamu ngapain sih?" Bulan menghindari Bintang.

"Kan cuma bantu saja," sahut BIntang

Bintang mengambil Hair dryer itu dan mengeringkan rambut Bulan.

"Lan, gue mau ngomong serius sama lo." tiba-tiba Bintang berubah serius.

"Apa?" Bulan menolh dan membuat Bintang menghentikan hairdryer nya.

Bintang berjalan menuju balkon dengan wajah sedikit sendu. Bulan mengekor di belakang Bintang.

"Lan, besok hari terakhir kita di sini," ucap Bintang "Aku mau lo lpain semua tentang pria itu

"Kenapa ini?" tanya Bulan "Jangan-jangan kamu cemburu ya," ledek Bulan.

"Bukan begitu, Lan." BIntang mengubah posisinya dari duduk menjadi berdiri i pinggi pembatas balkon. "Entah apa yang aku rasain sekarang yang jelas aku tidak tega melihatmu menangis seperti kemarin," ucap BIntang.

"Aku masih mencoba melpakan semuanya." Bulan berdiri di samping Bintang.

"Memang status kita suami istri, tapi aku tahu kita tidak saling mencintai," sahut bintang.

"Aku akan membuatmu melupakannya walaupun sebagai sahabat" lanjut BIntang.

Bulan mengangguk setuju dan menoleh ke arah Bintang.

"Untuk pernikahan ini kita bicarakan baik-baik dengan orang tua kita masing-masing," kata Bintang sembari menggengamj ari tangan Bulan.

'DEGH'

Jantung bulan berdetang lebih cepat saat tangan Bintang menyentuh tanganya, namun di lain sisi entah kenapa Bulan merasa nyaman saat Bintang memeluk dan menggengam tangannya, Bulan dan Bintang memutukan menjalani harinya mengalis seperti air, mengikuti alurnya.

Bintang dan Bulan mulai tidak ada rasa canggung untuk saling merangkul, memeluk dan memegang tangan. namun tetap menjaga batas untuk tidak berhubungan.

Berbeda dengan Raka, Raka melihat keekatan mereka bukan karena ingin berteman,amun sudah ada benih-benih cinta antara mereka namun belum saling menyadarinya. dan Raka memilih diam dan mensupport sahabatnya itu karena ia yakin mereka akan menyadari perasaan mereka maing-masing di waktu yang tepat.

Bersambung...