Chereads / BULAN DAN BINTANG. / Chapter 12 - Rumah sakit 2

Chapter 12 - Rumah sakit 2

"Tidak, saya tidak mau keluar." Johan meronta-ronta.

"Saya akan tetap disini, karena dia istri saya." Bintang menatap Dokter Yunita yang sedang memasang ulang infus Bulan.

"Tidak, lebih baik kalian keluar, kasihan pasien tidak bisa istirahat." Dokter Yunita seakan mengerti arti tatapan Bintang.

"Tidak, biarkan suami saya ada disini." Suara Bulan menghentikkan keributan itu.

Dokter Yunita mengangguk kearah satpam yang memegangi Bintang. Bintang di lepaskan dan di biarkan berada di ruangan Bulan. sedangkan Johan masih terlihat Shok dengan pernyataan Bulan. ia tidak percaga dengan apa yang di katakan oleh Bulan.

"Lan, kamu bercandakan?" Johan memastikan ucapan Bulan dengan tatapan tak percaya.

"Nggak, saya serius kita sudah menikah jadi mulai sekarang jangan ganggu saya." Bulan berkata dengan menahan sakit pada tangannya.

"Nggak lan, kamu...."

"Pak tolong bawa dia keluar." Bulan memotong kalimat Johan. dan segera satpam itu menarik keluar tubuh Johan.

****

Dokter dan suster sudah menyelesaikan tugasnya.

"Nyonya Bulan, infus sudah saya pasang lagi sekarang Nyonya istirahat ya." Dokter Yunita pergi meninggalkan Bulan dan Bintang.

"Terima kasih Dok." Bintang menutup pintu setelah dokter dan suster itu pergi.

"Terima kasih telah membantu saya," ucao Bulan dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.

"Sama-sama" Bintang menjawab dengan ketus.

"Saya berkata seperti itu agar Johan pergi, jadi anda bisa pergi sekarang." Bulan membuang mukanya.

"Ya, saya akan pergi setelah orang itu benar-benar pergi," sahut Bintang.

Bulan tidak menanggapi lagi ucapan Bintang, suasana menjadi sepi, hanya suara suster yang berjaga di luar ruangan yang terdengar.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23:15. mata Bulan tak kunjung terpejam, Bintangpun tidak bisa terpejam di lain sisi ia memikirkan Sandra di sisi lain ia tidak tega meninggalkan Bulan sendiri.

Perlahan mata Bulan terpejam, Bintang yang melihat itu menunggu Bulan hingga terelelap.

Tok.. tok ...

Pintu terketuk dan Bintang segera membukanya, karena ia tidak ingin Bulan terbangun lagi. dan setelah ia membuka pintu terlihay Raka berdiri di depan pintu.

"Kenapa?" tanya Bintang dengan pelan.

"Maaf Bin, Lo nggak pulang aja? ini sudah terlalu malam."

"Enggak, besok kita nggak ada scedule apa-apa kan?"

"Ada sih, tapi nggak terlalu penting jadi lo nggak harus datang," Jelas Raka, Raka memang sering menggunakan Lo-Gue jika jam kerja habis dan di luar kantor.

"Oke, gue tunggu di mobil aja, kalau butuh apa-apa hubungi gue." Raka segera meninggalkan Bintang dj ruangan Bulan.

Bintang kembali menemani Bulan, saat ia melihat Bulan ia melihat tangannya menggantung dan Bintang berinisiatif untuk membebanahi tangan Bulan, namun Bulan menggeliat dan memegang tangan bintang dengan erat. Bintang menghela nafas. ia mencari-cari kursi yang ia gunakan sebelumnya, namun jaraknya terlalu jauh ia memutuskan menarik kursi itu dengan kakinya dan menarik secara perlahan.

Setelah mendapatkan tempat duduk, Bintang duduk di samping Bulan dengan tangan masih berada di genggaman Bulan, ia menunggu Bulan terlelap kembali dan melepaskan tangannya, namun mata Bintang terasa berat, kantuk menguasai mata Bintang hingga perlahan Bintang tertidur di sebalah Bulan.

****

"Pak." Bulan membangunkan Bintang yang sedang duduk di sampingnya.

"Ya," Sahut Bintang sembari mengangkat tangannya dan mengusap-usap wajahnya.

"Ini sudah subuh pak, anda tidak balik ke hotel?" tanya Bulan.

"Ha!?" Bintang terkejut dan segera melihat jam yang melingkar di tangannya.

Perubahan sikap Bulan terasa oleh Bintang, Bulan berbicara dengan nada datar dan raut wajah yang dingin ,dan bintang merasa aneh dengan sikap Bulan kali ini. Bulan yang biasanya selalu riang walaupun ceplas-ceplos dan menggunakan kata elo-gue. tapi Bintang enggan protes.

"Lo butuh sesuatu?" tanya Bintang.

Bulan hanya menggeleng dan membuang pandangannya ke arah lain, ia menolak bertemu mata Bintang.

"kalau begitu gue keluar dulu, kalau butuh apa-apa telepon gue." Bintang berdiri dan meninggalkan Bulan sendiri.

Suasana sunyi dan sepi membuat Bulan kembaki teringat tentang Johan, semua kenangan indah di hancurkan dengan sekejap. niatnya memberi kejutan malah Bulan yang terkejut. saat Bulan sedang memikirkan Johan, air mata Bulan menetes dengan deras. Suara isak tangis terdengar hingga keluar ruangan.

"Ada apa?" tanya salah satu suster yang mendengar isak tangi Bulan.

"T-tidak, tidak ada apa-apa." Bulan menggelenkan kepala dan mengusap air matanya yang membasahi pipinya.

Tatapan sinis di berikan kepada Bulan oleh suster itu. jelas saja, suster yang jaga malam butuh isirahat dan mereka bangun karena suara isak tangis, beruntug itu suara Bulan, bagaimana jika itu suara makhluk tak kasat mata.

Bulan tidak memperdulikan suster itu, ia mengambil ponselnya dan melihat ratusan pesan dan puluhan panggilan tak terjawab.

Bulan membuka pesan dari Johan ia tidak membacanya dan langsung mengeblok nomor Johan, tidak hanya nomor semua akun sosial media Johan di blok, Bulan benar-benar merasa sakit bahkan tanpa sadar air matanya mengalir lagi dan membasahi pipinya.

***

Jam menunjukkan pukul 05: 45 Salah satu suster mengecelk infus dan tensi darah Bulan.

"Selamat pagi, nyonya?" sapa suster itu.

"Pagi sus," sahut Bulan dengan keda mata yang masih merah dan bengap.

"Nyonya, infusnya sudah habis jadi saya lepas semua ya." Suster itu melakukan tugasnya.

"Apa saya sudah boleh pulang?" tanya Bulan.

"Sudah nyonya, tapi tunggu dulu sampai dokter memeriksa anda," jawab suster itu dengan ramah.

Suster itupun pergi meninggalkan Bulan sendiri, rumah sakit mulai ramai dengan lal lalang para petugas dan para pasien maupun keluarga pasien.

Tak selang lama dokter Yunita memasuki ruangan Bulan, Dokter yang sama dengan semalam, dokter yang memiliki paras cantik dan keibuan.

"Nyonya, apa yang anda rasakan?" tanya dokter Yunita sembari memerika Bulan.

"Saya sudah baik-baik saja, hanya pusing sedikit," jawa Bulan dengan memegangi kepalaya.

"Oke, semua sudah baik, minum obatnya secara teratur semoga lekas sembuh." Dokter Yunita memberikan selembar obat lagi untuk Bulan.

"Nyonya sekarang sudah boleh pulang. dan ingat semua masalah pasti ada solusinya, selalu bicarakan dengan kepala dingin." Lanjut dokter Yunita sebelum meninggalkan Bulan.

Setelah Dokter Yunita keluar dari ruanganya, Bulan segera bersiap untuk pulang. ia menambil tas dan ponselnya, ia tak menyaka kalau Bintang bakal membawakan tas ponsel miliknya. Bulan menuju bagian adminisrasi, namun sesampainya disana tagihan atas namanya sudah terbayar lunas. Bulan sudah mengira itu adalah Bintang, ia segera mencari taxi untuk mengantarnya kembai ke hotel.

Pagi ini sangat cerah, matahari mulai menunjukkan pesonanya Bulan menghampiri sopir taxi yang tak jauh dari rumah sakit itu. namun saat hendak menaikki taxi tangan Bulan di tarik oleh seseorang. dengan reflek Bulan berbalik dan dia melihat sosok pria di belakangnya.