Tok ... tok...
"Nyonya bulan," ucap Raka sembari mengetuk pintu kamar hotel Bulan. "Nyonya." raka mencoba beberapa kali namun belum mendapat jawaban dari Bulan.
Raka memutuskan memberitahu Bintang yang baru selesai mandi.
"Pak, nyonya Bulan tidak mau membuka pintu kamarnya," ucap Raka saat berada di kamar Bintang.
"Kenapa?"
"Saya tidak tahu pak, saya sudah mencoba mengetuk pintu kamar nyonya Bulan selama 15 menit." Raka menjelaskan.
"Pintunya di kunci?"
"Saya tidak tahu pasti."
"Apak kamu yakin dia sudah pulang?"
"Sudah pak, orang suruhan saya sudah memberi laporan hampir satu jam yang lalu."
Mendengar ucapan Raka, Bintang segera menuju kekamar Bulan
"Bulan ini saya, tolong buka pintunya!" Bintang mencoba memanggil Buan namun tidak ada jawaban.
'JGLEKK'
Bintang membuka pintu kamar Bulan yang ternyata tidak di kunci.
Tidak ada sesosok Bulan, hanya suara air di kamar mandi yang terdengar. Bintang mencoba mengetuk pintu kamar mandi Bulan, namun tidak ada suara lain selain suara air. Bintang dan Raka saling adu pandangan, mencoba berbicara dalam tatapan.
"Coba buka, pintu ini."
"Tidak pak, saya rasa tidak etis jika saya yang mencoba membuka pintu itu."
Mata Bintang semakin melotot melihat Raka menggelengkan kepala, Jelas saja Raka menolak permintaan Bintang, ia tidak mungkin membuka pintu kamar mandi istri orang.
"Ya kalau pake baju, kalau tidak bisa tegang saya." batin Raka.
Bintang menghela nafas panjang, dan...
'Jeglekk.'
Matanya mencari sosok Bulan namun tidak ada, saat membuka tirai pembatas di kamar mandi itu ia mendapati sosok Bulan duduk memeluk dengkulnya dengan bathtub penuh dengan air, belum lagi air shower yang masih terus mengguyurnya.
"Bulan," ucap Bintang mencoba menyadarkan Bulan, Walaupun Bulan sadar tapi tatapannya kosong, bibir mulai membiru kulit mulai keriput pucat, mata merah.
Raka segera memtikan shower dan mengambilkan handuk untuk bulan.
"Ka, ambil minyak angin, dan siapkan baju untuknya."
Raka dengan sigap membuka koper Bulan dan mengambil satu stel baju untuk bulan, bahkan ia melupakan malu memegang barang pribadi wanita. Setelah siap ia segera mengambil minyak angin dan membeli segelas teh panas.
Bintang membopong Bulan yang mulai pucat, ia menidurkan Bulan di atas kasur dengan pelan, tatapan Bulan kosong.
"Lan, kamu kenapa?" tiba-tiba sikap Bintang menjadi lembut dengan sendirinya,
"Lan, ganti baju dulu." tangan Bintang bergetar saat menyentuh baju Bulan.
Bulan tidak memberikan suara apapun, hanya air mata yang menetes di pipinya, hingga saat Bintang hendak membuka baju Bulan, ia menahannya.
"Aku bisa sendiri." Bulan mengambil bajunya dari samping Bintang.
Bintang menghela nafas lega, ia pergi ke balkon untuk memberi waktu kepada Bulan untuk ganti pakaian.
Tok... tok..
Raka mengetuk pintu, Bintang mengecek Baru sudah selsai atau belum, dan ia melihat Bulan duduk dengan mata berkaca-kaca dengan tatapan kosong, Bintang membuka pintu dan menerima teh dan minyak angin untuk Bulan.
"Nih, minum."
Bulan membuang muka saat Bintang menyodorkan segelas teh hangat.
Tok ... tok ...
Suara pintu di ketuk lagi, Bintang segera membuka pintu ia mengira itu Raka,
"Anda siapa?" tanya Bintang saat melihat sosok pria yang tidak ia kenali.
"Oh, saya rasa resepsionis tadi salah memberi tahu nomor kamarnya." jawab Johan yang sedang kebingungan mencari Bulan.
"Oh, iya." Bintang hendak menutup pintu, tiba-tiba ...
'BRRAAKK'
Suara sesuatu terjatuh, Bintang segera masuk dan melihat Bulan sudah tergeletak dan nampan yang terletak di sebelah tempat tidurnya berantakan.
"Bulan...." teriak Bintang, segera memghampiri tubuh Bulan.
Johan yang mendengar Bintang menyebut nama Bulan menghentikan langkahnya dan memilih kembali ke kamar tadi.
"Bulan..." Johan mendorong tubuh Bintang yang hendak menggendong Bulan.
"Anda kenapa disini? anda masuk kedalam kamar saya tanpa ijin." Bintang mendorong balik tubuh Johan.
"Anda yang siapa? apa yang anda lakukan dengan Bulan?" Johan berdiri menantang Bintang.
"Pak, ada apa ini?" tanya Raka yang mendengar keributan di kamar Bulan.
"Dan anda siapa?" Raka menatap ke arah Johan.
"Dia penyusup, Ka." Bintang mengakat tangannya dan menunjuk ke arah Johan dengan tatapan sinis.
"Terserah," Ucap Johan yang tidak memperdulikan dua pria di hadapannya, ia malah menggendong Bulan.
"Jangan sentuh dia!" Bintang mendorong tubuh Johan dan mengambil alih tubuh Bulan.
"Ka, siapkan mobil, kita bawa ke rumah sakit." Bintang segera menggendong Bulan menuju Mobilnya.
Johan mengikuti mobil Raka dan Bintang, Raka membawa Bulan ke rumah sakit yang tak jauh dari Hotel Sakura, surabaya. Lima belas menit mereka sampai di depan rumah sakit.
Raka meminta suster untuk membawa Emergency stretcher, setelah membawa Emergency stretcher Raka membukakan pintu mobil dan membantu Bintang membopong Bulan dan meletakan dengan hati-hati.
Johan menemui Raka dan BIntang yang sedang berada di UGD, Raka sudah mendaftarkan nama Bulan
"heh, kamu sebenarnya siapa?" tanya Johan saat berada di samping Bintang.
"Siapa saya tidak penting," jawab Bintang dengan ketus. "Dan yang harusnya bertnya itu saya, Anda ini siapa?'
"Saya Johan, Pacar Bulan." Johan menjawab dengan bangga dan membusungkan dada.
Raka dan Bintang saling pandang bahkan hampir bersamaan saat menoleh, mereka terkejut dengan jawaban Johan.
"Lalu, kaian ini siapa?" tanya Johan.
"Lebih baik kita tunggu saja bulan sadar, biar dia yang menjelaskan," Ucap Bintang dengan datar, dan raut wajanhnya berubah dingin.
Raka yang melihat perubahan mimik wajah Bintang, ia tahu bahwa bos sekaigus sahabatnya itu sedang menyembunyikan sesuatu.
Bintang, Raka dan Johan menunggu kabar dari para medis yang menangani Bulan, sesekali Bintang meihat jarum jam yang menggantung di tembok, hampir 30 menit Bulan berada di dalam ruang pemeriksaan namun belum ada kabar dari para suster atau dokter.
Malam semakin larut, hanya beberapa suster dan dokter yang berada di dalam rumah sakit itu, jam kunjunganpun sudah usai jadi tidak ada lalu lalang para pasien atau keluarga pasien lain.
Johan mematikan ponselnya karena ia tidak ingin di ganggu oleh Dhea, begitu juga Bintang, ia mematikan ponselnya karena ia belum siap menjawab pertanyaan dari pak Anas mau pun Sandra. Namun Sandra mempunyai cara lain, ia menghubungi Raka dan menanyakan keberadaan Bintang.
"Pak, nona Sandra melakukan Video call." Raka menunjukkan layar ponselnya yang bertuliskan nama 'Nona Sandra'.
"Katakanlah kalau aku sudah tidur."
Raka sangat terkejut mendengar jawaban Bintang, ia tidak pernah melewatkan malam tanpa melakukan panggilan dengan Sandra, bahkan sesibuk apapun jika Sandra menelepon ia akan tetap mengangkatnya.
Raka mengirmkan pesan sesuai permintaan Bintang, namun jawaban Sandra sama seperti Raka, Sandra merasa heran dengan sikap Bintang akhir-akhir ini.
Tiba-tiba
'Sreeet'
Suara pintu UGD terbuka dan keluarlah seorang suster.
"Keluarga Nyonya Bulan," cap suster itu dengan lantang.
"Saya suaminya."
"Saya Pacarnya."
Ucap Bintang dan Johan bersamaan, suster yang mendengar jawaban kedua pria itu mlongo, begitu pula Johan. sedangkan Raka hanya berdiri di belakang Bintang dengan menahan tawa dan menggeleng kepalanya.
Bersambung....