David menghadang Bulan yang berjalan kelur dari area parkir cafe jingga. Bulan menghempaskan tangan david.
"Maaf, saya buru-buru." bulan segera pergi. meninggalkan David.
Niat ramah Bulan untuk membalas Bintang di salah artikan oleh David. Bintang yang melihat David sudah melewati batas segera menghampirinya.
"Vid, sudahlah kalau nggak mau biarin aja," ucap Bintang sembari menepuk bahu David.
Bulan melihat kode tangan Bintang yang menyuruhnya pergi. ia segera mencari Taxi dan segera pulang.
"Ah, kalian bikin gagal deh, bikin penasaran tuh cewek." David menghempaskan tangannya ke udara untu melepaskan kekesalannya.
Bintang mengajak David bergabung dengan Nathan. mereka melanjutkan makan dan pembicaraan yang tertunda oleh tingkah David.
"Terima kasih." bintang membaca pesan yang di kirimkan oleh Bulan. dan membiarkannya begitu saja.
****
Satu bulan berlalu pernikahan Bulan dan Bintang, hari ini Bintang di tugaskan ke surabaya oleh Anas, dan harus bersama Bulan.
"Pa, kenapa harus bersama Bulan, dia kan bisa di rumah saja?" tanya Bintang pada Anas saat tahu dia harus bersama Bulan.
"Karena dia istrimu, semakin sering kalian bersama semakin cepat benih-benih cinta antara kalian muncul." Anas menjawab pertanyaan Bintang tegas. sehingga membuat Bintang enggan untuk bertanya dan menyangkal permintaan papanya.
Bintang memilih pergi kekamarnya, ia tahu tidak ada gunanya berdebat dengan Anas.
"Ka, bilang ke kepala desain besok Bulan harus ke surabaya dengan kita." bintang menelepon Raka untuk memberi surat tugas kepada Bulan.
"Ke surabaya?" tanya Bulan yang mendengar percakapan Bintang.
"Ya, satu minggu." jawab Bintang dengan ketus.
Bulan tidak melanjutkan pertanyaannya cukyp jelas baginya jawaban Bintang. ia melompat kegirangan. Bintang menggelengkan kepala saat melirik ke arah Bulan.
Bulan berencana menemui neneknya dan terutama Johan, ia ingin sekali memberi kejutan pada Johan.
Bak anak kecil yang hendak rekreasi Bulan semalaman tidak bisa memejamkan matanya,
****
Ke esokkan harinya pukul 08:00 Bulan sudah berada di Bandara di antar pak agung, supir keluraga alfahrie, sesampainya di bandara di jemput oleh Raka. namun pesawat yang mereka tumpangi terjadi delay 1jam.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya penerbangan yang mereka tumpangi sudah siap. perjalanan memakan waktu 1jam 25 menit, Bulan memanfaatkan waktu itu untuk tidur karena semalam ia tidak tidur sama sekali, Bulan duduk di samping Bintang dan sesekali kepalanya jatuh ke bahu Bintang segera ia kembali tegak walaupun mata tertutup. awalnya Bintang merasa risih namun saat melihat Bulan terlelap ia merelakan bahunya sebagai bantal untuk Bulan. Bahkan ia menolak tawaran pramugari tentang makanan atau kebutuhan lain. Raka yang duduk di belakang Bintang tersenyum tipis.
satu jam sudah perjalanan mereka, sebentar lagi mereka sampai di Juanda. Bintang merasa pegal pada bahunya namun tidak tega membangunkan Bulan.
"Loh, sudah mau sampai." bulan menggeliat tanpa dosa, ia terbangun karena suara pramugari yang memberi arahan untuk memakai sabuk pengaman.
Bulan menoleh kearah Bintang yang masih memegang bahunya.
"Maaf," ucap Bulan lirih, "Dan terim kasih sekali lagi." Bulan memijat bahu Bintang, Bintang menolak pijitan Bulan dan melepaskan tangan Bulan.
***
Sesampainya di bandara, mereka di jemput oleh sopir dari hotel yang akan mereka buat untuk menginap. mereka sampai di hotel pukul 11:15 Bulan menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Bintang.
Bintang memesan untuk Bulan sendiri ia tidak ingin satu kamar dengan Bulan, sangat sulit jika Sandra tiba-tiba menghubungi dan melihat bulan.
"Pak, kenapa anda memesan kamar sendiri untuk nyonya muda?" tanya Raka saat berjalan menuju kamar Bintang
"Biar dia bebas melakukan apapun yang dia suka." Bintang menjawab dengan nada datar.
Saat sampai di kamar, ponselnya berbunyi bintang mengira itu Sandra.
"Apakah saya ikut setiap kegiatan anda?" pesan dari Bulan.
"Tidak!"
"Kalau begitu bolehkah besok saya mengunjungi nenek saya?" balas Bulan.
"Terserah."
"Terima kasih." Bulan membalas dengan emot love-love.
Bintang tidak membalasnya, sedangkan Bulan sedang lompat-lompat kegirangan, ada udang di balik pesan minta ijinnya tadi,
Hingga makan malam tiba Bulan tidak keluar kamar, sedangkan Bintang berada di restoran hotel bersama Raka,
"Maaf pak, saya tidak ikut makan malam tiba-tiba saya merasa pusing." Bulan mengirim pesan kepada Bintang
"Lo kirim makanan ke kamar Bulan, dia sakit." ucap Bintang pada Raka setelah membaca pesan Bulan.
"Baik." selesai makan Raka segera mengantarkan makanan untuk Bulan.
Raka memanggil-manggil Bulan, tak lama Raka berdiri di depan pintu kamar Bulan, Bulan membuka pintu dengan raut wajah
pucat.
"Nyonya perlu dokter?" tanya Raka.
"Tidak." Bulan menggelengkan kepalanya dan menerima nampan makanan dari Raka.
"Terima kasih," ucap Bulan sebelum menutup kembali pintunya,
****
Bulan bangun lebih pagi, karena ia ingin kerumah neneknya dan mengunjungi seseorang. Johan, ia ingin memberi kejutan kepada Johan.
Tok... tok... tok...
Saat sedang bersiap-siap tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.
"Apakah anda lebih baik nyonya?" tanya Raka saat melihat Bulan membuka pintu.
"Iya, aku akan pergi ke rumah nenek sekarang," jawab Bulan.
"Tapi nyonya, anda terlihat masih pucat?" Raka memastikan sekali lagi.
"Tidak, saya sudah sedikit lebih baik." Bulan tetap meyakinkan Raka.
Raka percaya dan pergi meninggalkan Bulan. Bulan segera bergegas mengambil tas dan memakai sepatunya, ia sudah memesan taxi online untuk mengantarnya kerumah neneknya. sebelum pergi kerumah nenek Bulan enyempatkan membeli buah tangan untuk neneknya.
****
"Pak, tadi nyonya berkata akan kerumah neneknya," ucap Raka saat berjalan menuju kantor cabang surabaya.
"ya, kemarin dia sudah bilang saya."
"Tapi pak, nyonya terlihat masih pucat." bintang menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar ucapan Raka lalu melanjutkan langkahnya lagi.
Tanpa memberi jawaban apapun Bintang berjaln menuju ruang meeting, Bintang mendengarkan presentasi dari setiap perwakilan perusahaan yang akan meminta kerja sama dengan anak cabang STARGROUP.
Tiba-tiba Bintang teringat Bulan, segera ia mengirim pesan pada Raka yang duduk tidak jauh darinya untuk menanyakan keberadaan Bulan, dengan sigap Raka memandang Bintang seakan bicara dengan tatapannya, "Siap pak." itulah yang seakan Raka sampaikan.
Raka mencoba mengiirim beberapa pesan pada Bulan namun belum ada jawaban sama sekali, Raka mencoba meneleponnya tetap tidak ada jawaban.
"Nyonya, apa anda sudah sampai?"
"Nyonya, tolong kasih kabar kepada saya!"
"Nyonya, hubungin saya jika anda membutuhkan sesuatu!"
"Nyonya, tolong balas pesan saya, atau angkat telepon saya!"
Rentetan pesan dari Raka sama sekali belum ada yang di baca oleh Bulan, Raka memutuskan menunggu beberapa Menit lagi dan kembali mengikuti meeting lagi. sesekali Raka melihat jam tangannya, dan mencoba menghindari kontak mata dengan Bintang sembari menunggu balasan dari Bulan.
Sepuluh menit kemudian, Raka mencoba menelepon Bulan lagi, masih sama belum ada jawaban sama sekali. Raka memutuskan memberitahu Bintang.
Besambung.....