'PLAKKK'
'BRUKK'
"Aduh ...," pekik Bulan kesakitan. "Ngapain lo lepasin sih jatuhkan jadinya." Bulan berdiri membersihkan handuk jubahnya.
"Lah lo ngapain nampar gue?" Bintang memegang pipi kirinya yang kena tamparan Bulan.
"Lah lo mau berbuat sesuatu sama gue, pake maju-majuin bibir lo ke gue," ucap Bulan.
"ha... ha.... ha... ingat ya walaupun lo sudah sah jadi istri gue, gue nggak nafsu liat bentukan lo." bintang pergi meninggalkan kamar Bulan dengan tertawa terbahak-bahak.
Bintang berjalan menuruni tangga sembari membenahi kancing bajunya.
"Sudah satu ronde aja." goda Nathan yang turut hadir di acara pernikahannya.
"Satu ronde gigi lo." Bintang menepuk bahu Nathan.
Natan menanggapi pukuln Bintang dengan bercanda, mereka menuju teras rumah untuk berbicara.
"Bin, sekarang mau ngomong serius nih," ucap Nathan untuk memulai pembicaraan. "Nasib hubungan lo sama Sandra bagaimana?" tanya Nathan dengan serius. Bintang tidak menjawab hanya tersenyum sinis.
"Bin, nggak lucu kalau dia datang terus tahu lo sudah menikah, bisa-bisa istri lo di kira orang ketiga dalam hubungan lo, kasihan dia." Nathan masih menuggu jawaban Bintang.
"Entahlah than, gue juga bingung." bintang terlihat bingung dengan situasi yang akan mereka hadapi nanti.
Nathan tidak mau bertanya lagi, ia tahu perasaan sahabatnya tersebut. selain itu suasana disana terlalu ramai akan menjadi masalah jika ada yang mendengar dari pihak keluarga Bulan.
Setelah pertanyaan Nathan, Bintang menjadi memikirkan bagaimana jika Sandra benar-benar datang ke indonesia.
***
Sore telah tiba, Bulan dan Bintang berpamitan kepada Wibowo untuk menuju ke rumah keluarga Alfahrie. Annas pulang terlebih dahulu karena ada saudara yang ingin mampir kerumahnya.
"Hati-hati." Wibowo melambaikan tangannya saat Bulan dan Bintang hendak keluar dari halaman rumahnya.
Bulan dan Bintang menyusuri jalan yang cukup ramai dengan kecepatan sedang dan tanpa ada pembicaraan apapun. Hingga tanpa sadar mereka sampai di gerbang utama rumah Alfahrie.
"Selamat sore pak, bu." satpam yang ada di pos segera membuka pintu gerbangnya.
"Silahkan den" ucap Bu mina saat menyambut Bulan dan Bintang.
Semua asisten rumah tangga dan satpam memanggil Bintang dengan sebutan "Pak" hanya bu mina yang memanggil Bintang *Aden" karena ia paling tua dan paling lama bekerja di rumah Alfahri, bahkan sejak Bintang berumur tiga tahun bu minalah yang merawat.
***
Bulan di antar ke kamar Bintang, semua barang di rapikan di lemari yang sudah di sediakan di ruang ganti.
"Heh, Lo walaupun lo sudah jadi istri gue jangan harap bisa tidur bareng gue," ucap Bintang pada Bulan saat Bulan hendak berbaring.
Bulan tidak menjawab ia menatap tajam Bintang seakan bertanya melalui mata "kau suruh tidur di mana aku." arti tatapan Bulan.
Bintang yang mengerti arti tatapan Bulan menunjuk kasur kecil yang berada tak jauh dari tempat tidurnya dan berkata "Noh, tidur di depan televisi."
Bulan menghindari debat dengan Bintang, ia memilih segera tidur di depan televisi. jam menunjukan pukul 19:00 namun Bulan sudah terlelap. berbeda dengan Bintang ia sedang asik melakukan videocall dengan sandra yang berada di swiss. sudah hampir tiga jam melakukan video call Bintang merasa mengantuk. dan karena perbedaan waktu indonesia-swiss Bintang mengakhiri videocallnya, jika indonesia pukul 21:20 maka di swiss pukul 15:15.
"I LOVE YOU."
I LOVE YOU TOO." Kalimat terakhir yang mereka ucapkan sebelum panggilan selesai.
"Astagfirulloh," seru Bintang saat berbalik melihat Bulan berdiri dengan rambut acak-acakan. "Ngapain di sini?" tanya Bintang.
"hAbis dari kamar mandi." Bulan tidak menghiraukan Bintang yang kaget karena dirinya, ia segera naik ke atas ranjang dengan langkah setengah sadar dan mata yang hampir tidak terbuka.
"Eh, ngapain di situ?" bintang menarik tubuh Bulan yang sudah terjatuh di atas kasur, namun usahanya sia-sia Bulan tidak bangun hanya sesekali menggeliat karena suara Bintang.
"Kebo banget sih." bintang menyerah ia tidur di sofa sambil menunggu Bulan bangun, namun tak berselang lama ia terlelap.
***
Ke esokan paginya,
Bintang saat bangun dari tidurnya tidak melihat bulan, bahkan kamarnya sudah rapi, ia segera bersiap untuk ke kantor.
Saat Bintang sedang bersiap, Raka meminta ijin untuk masuk.
"Pak, nona Bulan sudah berangkat ke kantor. ia menggunakan ojek online." Raka menyampaikan laporannya.
"Biarkanlah dia melakukan urusannya, aku tidak peduli." bintang berdiri dan segera menuju meja makan.
Pak anas telah menunggu kedatangan Bintang untuk sarapan.
"Selamat pagi, pa." Bintang menyapa papanya yang mulai menikmati makanannya.
"Pagi, mana Bulan?" tanya Anas saat melihat Bintang keluar kamar sendiri.
"Sudah ke kantor," jawab Bintang.
"Ke kantor?" anas mengulangi ucapan Bintang, dan bintang mengangguk tanpa dosa. "Bagaimana bisa kamu biarkan istrimu pergi ke kantor sendirian,"ucap anas yang mulai berubah merah padam.
"pa, bukankah sudah ada perjanjian antara kita jika pernikahan ini di sembunyikan." Bintang mengurungkan niatnya untuk mengambil nasi.
"Tapi ...," belum sempat Anas menyelesaikan ucapannya, Bintang berdiri dan meninggalkan meja makan di ikuti oleh Raka.
***
Sesampainya di kantor Bintang ia nampak sibuk menulis sesuatu di atas kertas, Raka hanya berdiri tidak jauh dari meja kerja Bintang.
"Ka, kasih lembaran ini pada Bulan." Bintang menyodorkan sebuah kertas berisi larangan Bulan selama jadi istrinya.
"Baik, pak." raka menerima kertas itu dan segera keluar dari ruangan dan segera memanggil Bulan untuk ke ruanganya.
Bulan dari lantai 7 menuju lantai 13 menggunakan lift, ia sangat gugup selalu menerka-nerka apa yang akan di bicarakan oleh Raka.
'TING'
Lift terbuka dan di sambut dengan tulisan 13 besar di dinding. ia semakin bingung dan gugup. saat di depan ruangan Raka, Bulan menarik nafas panjang dan mengetuk pintu ruangan Raka.
Tok... tok... tok...
"Masuk," sahut Raka dari dalam ruangan. perlahan Bulan membuka pintu itu dan segera berdiri di hapan meja kerja Raka.
"Maaf, ada apa ya bapak panggil saya?" tanya Bulan dengan suara sedikit bergetar. tanpa menjawab Raka menyodorkan sebuah map berisi satu lembar kertas.
"Silahkan kembali, dan saya harap baca dengan teliti, semua demi kebaikan anda sendiri." ucap Raka. Bulan yang masih dengan raut wajah kebingungan kembali ke ruanganya.
Dalam perjalanan menuju ruanganya ia bertanya-tanya dalam hati. "apa msksud semua ini, apa isi map ini?" hingga ia sampai di ruangannya ia segera membuka map tersebut.
"Apa-apan ini," gumam Bulan saat melihat judul tulisannya, 'PERATURAN DALAM PERNIKAHAN' itulah yang di baca Bulan pertama kali membuka map itu.
Bulan mulai membaca isi tulisan kertas itu. Mata Bulan terbelalak saat membaca satu persatu poin larangan yang di tulis oleh Bintang. "Aturan macam apa ini," batin Bulan,