Nathan yang mendengar Bulan dan Bintang menjadi korban pohon tumbang segera menghampirinya di lokasi kecelakaan itu. Namun sesampainnya di sana Nathan tidak menemukan Bintang. Bahkam beberapa kali mencoba memghubungi Bintang tidak ada jawaban.
Saat bertemu salah salah satu petugas dari kepolisian, Nathan menanyakan keberadaan Bulan dan Bintang. Dan polisi itu menunjukkan segerombol orang yang tak jauh dari lokasi tersebut.
"Lah lo kok nggak apa-apa?" tanya Nathan saat melihat Bintang berdiri dengan tegap dan sehat.
"Lah, emang gue bilang kalau gue kenapa-napa?"
Nathan beralih memandang Bulan yang berdiri di samping Bintang, seakan meminta penjelasan.
"Tadi yang kena pohon tumbang mobil di belakang kita. Dan mobil kita kena sedikit bagian belakang."
Nathan mendegar penjelasan Bulan menghela nafas lega. Namun menatap kesal pada Bintang. Selain di informasi yang tidak lengkap saat telepon tapi karena Mobil kesayangannya rusak.
"Lo santai aja, habis ini gue benerin kok mobil lo," ucap Bintang yang sadar akan tatapan kesal yang di berikan oleh Nathan.
"Selain itu lo bikin gue jantungan karena informasi lo yang nggak lengkap."
"Tadi batrai ku habis sebelum selesai bicara, kan bukan salahku." Bintang menunjukkan ponselnya yang mati.
Bintang mengurus mobil yang di evakuasi dan segera pergi meninggalkan lokasi dengan mobil milok Nathan lainnya. Walaupum hujan belum berhenti Nathan, Bulan dan Bintang tetap pergi menunggu Stella yang sebentar lagi jam pulang sekolah.
Nathan yang menyetir sesekali melihat Bulan dan Bintang yang duduk di belakang melalui kaca spion. Ia tidak menyaka,wanita yang pernah di bawa ke kliniknya sekarang bertemu lagi dengan wajah yang tetap cantik. Rasa kagum dan iri timbul dalam hati Nathan.
"Hm." Bintang yang mempergoki mata Nathan yang memperhatikan Bulan segera menyadarkannya dengan suara deheman.
"Kenapa?" tanya Bulan yang sadari tadi memperhatikan hujan di luar mobil.
"Tidak apa-apa." Bintang menggelengkan kepala, namun matanya melihat Nathan dari kaca spion yang sama.
Nathan yang sadar akan tatapan tidak suka dari Bintang hanya memberikan senyuman permohonan minta maaf. Dan segera kembali fokus pada jalanan yang ramai dan jarak panang yang tidak cukup jauh.
***
Sedangkan di sisi lain, Stella yang berada di area sekolahan menunggu kedatangan Bulan ditemani oleh gurunya, karena faktot cuaca kegiatan di sekolah di hentikan. Dan itu membuat para murid sebagian besar sudah di jemput oleh para orang tuanya. Namun Guru yang menemani Stella lupa memberitahu Bulan bahwa sekolah pulang lebih awal.
"Bu guru, mama masih lama?" tanya Stella dengan polos.
"Oh iya, bu Guru lupa beritahu mamamu, sebentar ibu telepon dulu ibu kamu." Guru itu mencoba menelepon Bulan namun tidak ada jawaban. Beliau memutuskan mengirim pesan pada Bulan.
Namun setelah berselang 30menit, Bulan dan Bintang sampai di sekolahan. Mereka bergegas menjemput Stella. Bintang memayungi Bulan yang berjalan menghampiri Stella dam satu guru yang menemaninya.
"Maaf bu Bulan, tadi saya lupa menghubungi anda karena ada beberapa anak yang takut dengan suara petir," ucap guru yang berdiri di samping Stella.
"Tidak apa-apa bu, saya sangat terima kasih sudah berkenan menemani Stella hingga saya datang." Bulan berkat dengan kerendahan hati.
"Tadi saya mencoba menghubungi anda, namun tidak ada jawaban."
"Oh ya?" Bulan segera mengambil ponselnya yang berada di kantong jaketnya.
"Oh maaf bu guru, ponsel saya dalam mode silent jadi tidak tahu kalau anda menghubungi saya," ucap Bulan setelah mengecek ponselnya.
"Tidak apa-apa bu Bulan," sahut guru itu
"Kalau begitu saya pamit bu," Bulan pamit dan mengajak Stella memasuki mobil Nathan.
Perjalanan terasa sangat lama, karena hujan kembali deras jarak pandang Nathan sangat terbatas, sehingga mobil di kendarai dengan pelan. Sedangkan Stella yang baru beberapa saat duduk dalam mobil tidak bersuara, saat di tengok oleh Bulan ternyata dia tidur dalam pelukan Bintang, saat melihat hal itu, Bulan merasa bahwa keputusannya untuk kembali dengan Bintang adalah yang terbaik.
Sesampainya di rumah Bulan, Nathan membantu Bintang yang menggendong Stella. Sedang Bulan membuka kunci rumahnya. Segera Bintang menidurkan Stella dengan pelan di kamarnya, sedangkan Bulan membuat kan minum untuk Bintang dan Nathan.
Cukup lama Nathan dan Bulan menunggu Bintang yang keluar dari kamar Stella. Bulan berinisiatif menyusul Bintang namun langkahnya terhenti dengan suara kaki Bintang yang menuruni tangga.
"Kenapa lama?" tanya Bulan.
"Iya, tadi Stella sempat bangun. Tapi sudah tidur lagi," jawab Bintang yang sedang menuju ruang tamu.
"Di minum tehnya." Bulan menyodorkan segelas teh hangat pada Bintang.
"Terima kasih." Bintang segera meminum teh pemberian Bulan.
Hari menjelang siang, namun tidak ada pesona matahari karen hujan menyelimuti siang itu, Bintang dan Nathan berbincang di ruang tamu. Sedangkan Bulan menyiapkan makan siang untuk mereka.
"Paaaapaaaa...." tiba-tiba teriak Stella terdengar oleh Bulan dan Bintang, mereka segera bergegas menuju kamar Stella dan Bintang segera memeluk anaknya yang terbangun dengan nafas tak beraturan.
"Kenapa sayang?" tanya Bintang dengan lembut. Di susul oleh Bulan yang duduk di samping Stella.
"Stella mimpi kalau Papa pergi lagi." Stella berkata dengan tangisan yang pecah. Hal itu membuat Bulan iba.
"Papa di sini sayang," kata Bintang.
"Loh, kamu kok demam sayang!" seru Bintang saat mengelus dahi Stella dan merasakan panas pada kening anaknya.
"Stella, apa yang kamu rasain?" tanya Bulan yang panik.
"Ella pusing, Ma." Suara Stella tedengar lemas.
"Kita ke dokter sekarang," ucap Bulan dengan panik.
"Tidak perlu, kita panggil Nathan saja." cegah Bintang.
"Apa dia membawa peralatan?" tanya Bulan.
"Aku kenal Nathan pasti dia selalu siaga."
Bintang turun tangga dan memanggil Nathan yang sedang menikmati teh hangat yang di buat oleh Bulan.
"Than, anak gue sakit. Periksa dia!"
"Sakit?" Nathan mengulang ucapan Bintang dan segera mengambil tas dokternya yang berada di dalam mobil.
Nathan mengikuti langkah kaki Bintang yang menuju kamar Stella, Stella yang berada di pelukan Bulan mulai di periksa oleh Nathan.
Bintang dan Bulan terlihat cemas dan panik, sedangkan Nathan terlihat senyum tipis. Ia segera berdiri dan menjelaskan pada Bulan dan Bintang.
"Stella hanya kecapekan, mungkin aktifitas di sekolahnya sangat banyak. Dan dia terlalu memikirkan sesuatu dengan serius." Nathan mengusap-usap kepala Stella.
"Kamu mau apa sayang?" tanya Bulan eengan lembut
"Aku mau papa."
"Papa?" Bulan mengulang ucapan Stella.
"Iya, dari semalam Stella mimpi papa pergi ninggalin Stella."
Mendengar ucapan Stella Bintang dan Bulan mencoba memberi pengertian pada Stella. Di bantu oleh Nathan yang terlihat sabat berbicara dengan Stella.
"Stella, mama sama papa nggak akan kemana-mana, jadi Stella harus sembuh. Nanti kalau hujan sudah reda om beliin obat yang manis biar Stella cepat sembuh." Nathan mencoba menenangkan Stella,
Stella pun tertidur dalam pelukan Bintang, sedangkan Bulan melanjutka membuat makan siang untuk mereka.