"Nas, ini yang aku bicarakan tadi. Aku ingin mengatakan sesuatu tentang ini." Wibowo memulai pembicaraan.
"Apa wo? Jujur aku heran. Bukan kah kamu dan aku sama belum pernah bertemu dengan anak Bulan. Tapi kenapa dia terlihat sangat akrab denganmu?" tanya Anas dengan wajah yang bingung.
"Beberapa hari setelah Bulan pergi dia mengirim surat dan mengatakan bahwa dia akan menghubungiku dengan nomor baru," ucap Wibowo.
"Lalu, aku menunggu beberpa hari. Tidak ada kabar, tidak ada pesan ataupun panggilan. Hingga beberapa bulan setelah kedatangan surat itu. Tiba-tiba Bulan menelepon dan mengabarkan bahwa dia hamil dan menetap di semarang...."
"Lalu kenapa kamu tidak bicara padaku?" tanya Anas yang menyudutkan Wibowo.
"Karena aku melarangnya," sahut Bulan. "Aku melarangnya karena aku akan memberitahu Bintang sendiri, tapi saat aku berada di kantor bertemu dengan pak Alex, ia mengatakan Bintang akan segera menikah dengan Sandra. Aku hancur, aku kecewa. Aku memutuskan kembali ke semarang dan menyembunyikan kehamilanku," lanjut Bulan.
"Sedangkan ayah, ayah sering datang mengunjugiku setelah aku melahirkan. Hal itu yang membuat anakku lebih kenal ayahku daripada anda." Bulan menjelaskan dengan baik.
"Memang bajingan Alex," umpat Anas dengan amarah.
"Sudahlah, yang penting sekarang kita bersama lagi." Wibowo mencoba menenangkan Anas yang mulai di selimuti amarah.
Bulan dan Bintang tersenyum senang. Sedangkan Wibowo lega karena tidak harus menyembunyikan kedekatannya dengan anak dan cucunya.
"Aden, makanan sudah siap," ucap Bu mina tiba-tiba.
"Bu Mina apa kabar?" tanya Bulan dengan ramah, dan tanpa sungkan mengcium tangan Bu Mina.
"Alhamdulillah saya baik, sehat wal afiat." Bu Mina menjawab dengan sopan.
Bulan tersenyum manis mendengar jawaban Bu Mina, dan mereka segera berdiri menuju meja makan untuk makan bersama. Sedangkan Stella masih duduk di pangkuan Wibowo.
"Stella, duduk sini," ucap Anas dan menepuk bangku di sebelahnya.
Setelah menatap Bulan, Stella turun dari pangkuan Wibowo dan duduk di sebelah Anas. Bulan dan Bintang melihat itu merasa sangat bahagia.
"Stella mau nggak tinggal sama opa disini?"
"Mau." Stella menjawab dengan suara mungilnya.
"Kalai begitu, opa sudah siapin kamar buat Stella. Bagus baget, Stella mau lihat?"
"He.em, Stella mau lihat opa." Stella dengan kegirangan.
"Stella makan dulu ya," sahut Bulan.
"Iya, Ma."
Mereka menikmati hidangan di hadapan mereka, dan sesekali candaan mewarnai kebersamaan mereka.
***
Setelah beberapa saat menghabiskan hidangan yang telah di suguhkan. Stella di ajak melihat kamarnya yang bernuansa kuning. Raka menyiapkan semua serba kuning sesuai intruksi Bintang. Karena Bintang tahu Stella sangat suka dengan warna kuning.
"Opa, ini untuk Stella?" tanya Stella yang tercengang dan mematung berdiri di depan pintu.
"Iya, kamu nggak suka?" Anas berlutut dihadapan Stella.
"Tidak-tidak, Stella suka sekali opa." Seru Stella dengan loncat-loncat kecil.
Stella dan Anas masuk ke kamar itu. Stella nampak sangat bahagia. Stella sesekali memegang boneka-boneka yang tertata rapi di atas tempat tidur. Stella sangat menyukai kartun spongebob dan minion. Semua yang berada di dalam kamar baru Stella serba minion dan spongebob.
Sedangkan Wibowo, Bulan dan Bintang berada di ruang keluarga bersama Raka dan Nathan. Mereka memberi waktu pendekatan untuk Anas dan Stella. Obrolan mereka terasa hangat. Gelak tawa memenuhi ruangan. Apalagi Wibowo yang humoris dan gampang bergaul. Walaupun dihadapkan dengan anak muda Wibowo tetap bisa mengimbangi percakapan kalian.
Setelah beberapa waktu berlalu, Anas menuruni tangga dengan menggendong Stella. Stella nampak sudah akrab dengan Anas. Setelah sampai di sofa Stella duduk bersama Bintang.
"Bagaimana kamarnya?" tanya Bintang.
"Bagus banget pa," jawab Stella dengan malu-malu.
"Oh ya. Kamu suka?"
"Suka pa," sahut Stella.
"Bilang apa sama papa, sama opa." Bulan mendekte Stella.
"Terima kasih, papa." Stella mencium pioi Bintang.
"Terima kasih, opa" ucap Stellaa dengan malu-malu."
Hal itu membuat gelak tawa semua orang. Mereka berbincang satu sama lain, kehangatan sangat terasa di antara mereka.
***
Di sisi lain, Johan yang bertemu dengan Bulan tanpa sengaja membuat rasa ingin memiliki Bulan tumbuh lagi, lima tahun berada di jakata membuat dia sangat berubah, sekarang Johaan mengikuti sebuah Club Motor, sehingga ia meminta bantuan pada teman-temannya.
Ia tahu bahwa Bulan berpisah dengan Bintang, namun ia tidak tahu bahwa ia telah kembali dengan Bintang, bahkan semakin memikirkan Bulan semakin penasaran dengan Bulan.
'Trrrtt trttt"
Tiba-tiba ponsel Johan bergetar, segera ia mengangkat sebuah panggilan dari temannya.
"Hallo," ucap Johan yang menjawab telepon dengan malas-malasan.
"Sepertinya aku pernah lihat Wanita yang kamu share tadi," ucap teman Johan dadi ujung telepon.
"dimana?" tanya Johan dengan antusias dan bangun dari posisi tidurnya.
"Aku dulu mengontrak salah satu rumah ayahnya waktu masih kuliah."
Mendengar itu Johan mengira bahwa Bulan tinggal di sana, karena ia tahh bahwa Bulan sudah tidak bersama suaminya. Seketika ia meminta alamat pada temannya. Dan segera ia bergegas menuju alamat tersebut. Namun sesampinnya di sana ia tidak melihat aktifitas dalam rumah tersebut. Sampat berfikir salah alamat, namun beberapa kali memutari komplek tersebut ia yakin bahwa itu sesuai dengan alamat yang di berikan oleh temannya. Karena Bulan dan Wibowo masih berada di rumah Bintang hal itu membuat keadaan rumah sepi. Beberapa menit Johan memantau rumah Wibowo. Ia memutuskan pulang dan kembali lain waktu.
Johan yang sangat yakin akan bisa mendekati Bulan kembali ia memutuskan untuk mengurangi kebiasaan yang selalu keluar dengan beberapa wanita. Karena ia tidak ingin kehilangan Bulan untuk kesekian kalinya. Walaupun ia belum tahu pasti Bulan akan berkenan kembali atau tidak, bahkan untuk statusnya Bulan pun ia tidak peduli jika memang Bulan menjadi janda. tekad Johan sangat besar.
****
Hari semakin sore Wibowo berpamitan dengan keluarga Anas, ia pulang dengan di antar pak Imam, karena sebelumnya juga di jemput oleh pak Imam. Wibowo sangat terharu dengan situasi saat ini. Ia tidak pernah berfikir Bulan akan kembali di pertemuka dengan Bintang. Air mata terharu menetes saat Bulan memeluk Wibowo.
"Ayah, Bulan akan sering berkunjung ke rumah ayah," ucap Bulan dalam pelukan Wibowo.
"Iya, jaga diri baik-baik. Pintu rumah ayah akan terbuka untukmu." wibowo mengelus-elus kepala Bulan. Dan melepaskan pelukan Bulan karea melihat pak Imam sudah menunggu di depan pintu.
Semua orang mengantar Wibowo hingga di depan Rumah dan memandang mobil yang mengantar Wibowo hingga hilang dari pandangan. Setelah melihat mobil pak Imam keluar dari gerbang. Bulan mengajak Stella untuk mandi dan masuk ke kamar barunya. Antusias Stella sangat terlihat dari wajahnya. Namun ia terlihat malu-malu jika di hadapan Anas, Raka bahkan kepada Bintang.