Hari demi hari di lewati Bulan dengan bahagia, ia bisa bersama Bintang dan mertuanya kembali. Namun tiba-tiba kesehatan Wibowo menurun hal itu di beritahu oleh asisten rumah tangganya yang pagi-pagi menelepon ke kediaman Bintang, Bu Mina yang mengangkat telepon itu memanggil Bulan. Bulan yang masih tidur segera membuka pintu Setelah mendengar Bu Mina mengetuk pintu dan memanggilnya.
"Ada apa, Bu?" tanya Bulan yang masih mengenakan piyama.
"Maaf mengganggu, ada telepon untuk nyonya. Katanya penting," jawab Bu mina dengan sopan.
"Terima kasih, saya akan segera turu n." Bulan menutup pintu kamarnya dan segera menuruni tangga. Bintang yang mendengar Bulan keluar kamar mencoba mencari tahu. Ia melihat Bulan yanh sedang berbicara melalui telepon rumah.
"Kenapa Bu siti?" tanya Bulan.
"Maaf mbak Bulan kalau saya mengganggu pagi-pagi. Tapi pak Wibowo tadi mengeluh sakit pada dadanya, dan tiba-tiba pingsan...," ucap Bu siti, namun belum selesai Bulan sudah mengakhiri teleponnya dan segera menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Bintang yang melihat Bulan yang panik mengikuti Bulan memasuki kamarnya.
"Sayang, ada apa?" tanya Bintang yang khawatir.
"Siapa yang menelepon?" Bintang belum juga mendapatkan jawaban dari Bulan yang berada di ruang ganti.
"Sayang!" Bintang menarik tangan Bulan yang terlihat sangat khawatir.
"Ayah.... A--ayah pingsan," jawab Bulan dengan terbata-bata.
"Oke kita kesana, mumpung Stella belum bangun." Bintang segera mengganti pakaian dengan kaos oblong dan celana pendek.
Sedangkan Bulan memberitahu Bu Mina untuk menjaga Stella yang belum bangun. Karena ia dan Bintang akan segera pergi kerumah Wibowo. tak lama kemudian Bintang datang dan segera pergi ke rumah Wibowo.
"Kamu yang tenang, jangan mikir yang aneh-aneh." Bintang mencoba menenangkan Bulan yang terlihat gelisah. Tangannya tak lepas dari genggaman Bintang, bahkan sesekali Bintang mengusap kepala Bulan.
Sikap itulah yang membuat Bulan merasa nyaman, ia tidak bisa menutupi bahwa ia nyaman dengan perlakuan Bintang, perasaan yang membuat Bulan merasa sangat kehilangan saat berpisah dengan Bintang. Dan saat ini, ia mulai menumbuhkan perasaan cinta pada hatinya untuk Bintang, dan hal itu di rasakan oleh Bintang, Bintang merasakan sebuah respon baik dari Bulan daripada waktu pertama bertemu Setelah lima tahun berpisah. Dan ia akan memberi pupuk untuk benih cinta pada Hati Bulan. Kini hati Bulan dan Bintang saling melengkapi, saling menguatkan seperti saat ini kegelisahan Bulan berkurang dengan pehatian yang Bintang berikan.
Bahkan saat sampai di rumah Wibowo Bintang dengan sigap mengambil tindak ia segera meminta salah satu warga yang membantu Bu siti tadi untuk membawanya ke dalam mobil. Dan Bulan setuju dengan keputusan Bintang. Bulan segera menyiapkan mangambil posisi di dalam mobil. sedangkan Bu Siti menyiapkan semua kebutuhan majikannya tersebut.
Sepanjang perjalanan Bulan mencoba memanggil-manggil ayahnya dengan nada bergetar. dan Bintang menyetir dengan cepat namun hati-hati. Dan tak lama kemudian ia sampai di rumah sakit terdekat Wibowo segera mendapatkan pertolongan pertama di ruang UGD. Bulan mondar mandir di depan pintu UGD, lagi-lagi Bintang berhasil meluluhkan ketegangan hati Bulan.
"Ttrrrt... Trrtt..."
Ponsel Bulan bergetar di dalam sakunya, saat di lihat pada layarnya ia melihat nomor rumah kediaman Pak anas menelepon. Tak berpikir lama ia segera menjawabnya.
"Hallo," ucap Bulan.
"Nyonya, nona Stella menangis mencari anda." suara Bu Mina dari ujung telepon itu.
"Berikan teleponnya pada Stella, Bu." Bulan mencoba menenangkan suaranya.
"Mama." suara mungil terdengar daei ujung telepon dan membuat Bulan kembali menahan tangis.
"Stella sudah bangun?"
"Sudah, Mama dimana?" Stella dengan nada terisak.
"Mama lagi beli obat untuk opa pertama, jadi Stella di rumah dulu ya." suara Bulan kembali bergetar, dan Bintang menyadari hal itu segera menggenggam tangan Bulan untuk menenangkannya.
"Opa kenapa? Sakit? Stella mau kesana," rengek Stella yang kembali menangis.
"Stella, denger mama. Kamu harus jagain opa ke dua, kasihan opa ke dua nggak ada yang jagain." Bulan mencoba menenangkan Stella dengan sabar
"Tapi opa sudah besar, kan di rumah ada Bu Mina." Stella masih mencoba usahanya.
"Sekarang mama tanya, Kalau Stella di tinggal di rumah sama Bu Mina aja mau nggak?" tanya Bulan.
"Enggak."
"Nah, sama kayak Stella, opa juga nggak mau di rumah sama Bu Mina aja. Jadi Stella harus temani ya," jelas Bulan.
"Tapi Mama jangan lama-lama."
"Iya sayang, kamu jangan nakal ya. Jangan susahin Opa ke dua ya."
"Heem." Stella mengalah dan memilih menurut dengan ucapan Bulan.
Setelah berhasil menenangkan Stella, Bulan memandang Bintang dengan tatapan lega. Dan Bintang menyenderkan kepala Bulan di bahunya. Sedangkan matahari yang baru saya menunjukkan pesonanya di sambut dengan lalu lalang para pengunjung rumah sakit dan para pegawai rumah sakit.
'Jeglekk'
Suara pintu UGD terbuka, Bulan dan Bintang segera berdiri dan menghampiri dokter yang keluar dari ruang UGD.
"Bagaimana keadaan ayah saya?" tanya Bulan dengan cemas
"Beliau terkena serangan jantung, dan kondisi Beliau kritis, kita doakan semoga beliau bisa melewati masa kritisnya."
Tangis Bulan pecah dan jatuh dalam pelukan Bintang, Bintang yang tadinya mencoba tenang demi Bulan kini ia ikut panik setelah Bulan setengah sadar jatuh dalam pelukannya. Ia membopong Bulan untuk duduk di kursi ruang tunggu dan memberinya minum agar Bulan lebih tenang, dokter yang tadi menangani Wibowo juga panik melihat kondisi Bulan. Ia menawarkan untuk istirahat di salah satu ruangan. Namun Bulan menolak ia ingin bertemu ayahnya hanya saja Wibowo belum bisa di jenguk untuk saat ini.
"Kamu sabar dulu, kita doakan ayah cepat pulih dan bisa melewati masa kritisnya." Bintang menenangkan Bulan yang masih berada di pelukannya.
"Aku mau dokter itu melakukan yang terbaik untuk Ayah, aku mau ayah cepat sembuh," ucao Bulan dalam isak tangisnya.
"Iya, aku akan meminta dokter melakukan yang terbaik. Kamu jangan kayak gini," kata Bintang sembari menyeka air mata Bulan.
Bintang meminta Raka untuk memerintahkan salah satu orang suruhannya untuk menjaga ruangan Ayah mertuanya, karena ia dan Bulan akan pulang terlebih dahulu. Dan tak butuh waktu lama orang suruhan Raka datang dan menggantikan Bulan dan Bintang.
"Jaga ruangan ini, apapun yang terjadi segera hubungi saya atau Raka." Bintang memberi pesan pada orang suruhannya.
"Sayang, ayo kita pulang dulu. Kasihan Stella." Bintang menggendong Bulan dengan tiba-tiba.
"Sayang, turunin aku. Malu di lihat banyak orang." Bulan memukul-mukul pundak Bintang.
"Nggak mau, aku nggak mu istriku yang masih lemas jalan sendiri."
"Aku nggak apa-apa. Aku malu."
"Kamu malu aku gendong, terus kamu mau di gendong siapa?" tanya Bintang yang kesal.
"Nggak gitu, tapi lihat. Banyak banget yang lihatin kita." Bulan melihat ke arah para pengujung yang memperhatikannya.
"Biarin." Bintang tidak menghiraukan orang-orang yang melihatnya, ia membawa Bulan hingga ke mobilnya.
Bulan senang dengan yang di lakukan Bintang walaupun itu sangat konyol. setidaknya ia bisa sedikit tenang. Dan Bintang merasa tidak sia-sia usahanya yang menahan malu untuk menyenangkan Bulan.
Author note :
Hay readers, author mau nanya nih. enaknya bikin Give Away atau creazy up bab (up bab lebih dari satu dalam sehari). kasih jawaban di kolom komentar ya..