Chereads / Mencintai Bosku Sendiri / Chapter 13 - Yan Jiang vs Song Fei

Chapter 13 - Yan Jiang vs Song Fei

"Aku juga tahu ini kedengaran tidak masuk akal. Untuk mengetahui apakah ini mimpi atau nyata, aku sudah melakukan banyak verifikasi."

Song Ci menarik napas lagi dan berusaha keras untuk tetap tenang. Ia berkata, "Dalam mimpiku, aku bertemu dengan seseorang yang bernama Han Zhan. Ia muncul saat usiaku 31 tahun dan ia adalah pimpinan Zeus International."

Yan Jiang cukup mengenal nama besar Zeus. Ia menimpali, "Aku tahu Zeus Airlines. Aku adalah juru bicara Zeus Airlines. Tapi, aku belum pernah mendengar nama Zeus International."

Yan Jiang memandang Song Ci dengan cemas. Ia tak tahan lagi untuk bertanya, "Song Song, apakah hari-harimu akhir-akhir ini terlalu banyak tekanan, sehingga kau mulai berhalusinasi?"

Song Ci menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Aku juga bertanya-tanya, apakah aku terlalu banyak berpikir. Tapi adegan dalam mimpiku terlalu nyata. Aku bisa merasakan dengan jelas betapa aku putus asa dan tidak berminatnya aku dalam mimpi. Untuk memverifikasi mimpiku, aku pergi ke Zeus Airlines untuk wawancara dua hari lalu."

Saat membicarakan ini, suara Song Ci berangsur-angsur bergetar. Dia berkata, "Akibatnya … aku melihatnya! Aku melihat pria bernama Han Zhan."

Saat teringat kejadian di hari di mana ia melakukan wawancara, hati Song Ci berdebar-debar.

Yan Jiang terkejut hingga berteriak tak percaya, "Kau benar-benar melihat pria itu? Sama dengan yang ada di mimpimu?"

"Ya," Song Ci menjawab. "Han Zhan persis sama dengan yang ada di dalam mimpiku. Wajah, nama, bahkan mata biru keabuan yang sama! Semuanya persis sama!"

"Saat itu aku masih ragu bahwa apa yang ada di dalam mimpiku sama persis. Aku takut penilaianku terlalu egois, jadi kuputuskan untuk menunggu dengan sabar hingga Mu Qiu pingsan di depanku malam sebelumnya, sampai aku mendengarnya. Setelah mendengar dokter berkata bahwa waktu Mu Qiu tak lama lagi, akhirnya aku yakin bahwa semua yang ada dalam mimpiku itu benar."

Setelah mendengar penjelasan Song Ci, ekspresi Yan Jiang berubah menjadi serius.

Satu hal yang benar, Yan Jiang boleh saja mengatakan bahwa itu semua hanya kebetulan. Namun, karena Han Zhan benar-benar nyata dan Mu Qiu juga benar-benar mengalami penyakit jantung, tak mungkin semuanya itu hanya kebetulan.

Saat Yan Jiang hanya diam saja, Song Ci mengira Yan Jiang masih tidak mempercayainya. Dengan penuh semangat, Song Ci menunjuk ke kalung perak yang melingkar di leher Yan Jiang seraya berkata, "Aku tahu foto siapa yang tersembunyi di dalam kalungmu!"

Yan Jiang terpana mendengar kata-kata Song Ci.

Song Ci berkata lagi, "Di kehidupanku yang sebelumnya, kau membuka kalung itu di hadapanku saat kau mabuk di hari ulang tahunmu yang ke-30."

Yan Jiang menyingkirkan ekspresi terkejut di wajahnya. Ia segera kembali ke ekspresi wajahnya yang sebelumnya.

"Apa inti dari semua ini?" Tanya Yan Jiang, sambil mengangkat bahunya dan berpura-pura menunjukkan ekspresi bahwa ia telah melihat semuanya. Ia berkata dengan tenang, "Semua penggemarku sudah tahu bahwa foto orang yang ada di kalungku adalah nenekku."

"Kau juga tahu bahwa ayahku kabur dengan laki-laki lain. Ibuku kabur dari rumah karena ia tidak menginginkanku. Setelah aku kelas enam SD, aku dirawat oleh nenekku." Yan Jiang sudah berjalan jauh dari bayang-bayang tragis masa lalunya. Setelah keluar, ia sangat tenang tentang kejadian masa lalu ini.

Namun, Song Ci menggelengkan kepalanya dan mengungkap kebohongan Yan Jiang.

"Kau bohong."

Senyuman angkuh yang terukir di wajah Yan Jiang berangsur-angsur berkurang dan ia bertanya dengan nada tinggi, "Kalau begitu, katakan kepadaku, foto siapa yang ada di kalungku?" Yan Jiang tampak tenang, tapi postur duduknya kini menjadi tegak. 

Yan Jiang tidak pernah membuka kalungnya kepada orang luar. Di dunia ini, tak ada siapa pun yang tahu foto siapa yang ada di kalungnya kecuali dirinya sendiri.

Oleh sebab itu, ia juga tidak percaya Song Ci mengetahuinya.

Namun, jawaban Song Ci benar-benar menamparnya.

"Foto Song Fei."

Mendengar nama ini diucapkan Song Ci, wajah Yan Jiang yang tadinya berpura-pura menjadi berubah.

Song Ci menatap Yan Jiang dalam-dalam. Pria itu masih terkejut. Song Ci membuka rahasia Yan Jiang satu demi satu. "Saat Song Fei berulang tahun yang ke-14, kau diam-diam memasukkan surat cinta yang kau tulis sendiri ke dalam tasnya."

Raut wajah Yan Jiang mendadak memerah mendengarnya.

Song Ci berkata lagi, "Saat musibah gempa bumi saat itu, kau jauh-jauh pergi ke pusat gempa dan tidak memedulikan bahayanya. Kau juga tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam. Kau menyelamatkan Song Fei sendirian di bawah tumpukan semen!"

Apa yang dikatakan Song Ci ini juga benar.

Tahun itu, terjadi gempa bumi yang hebat di Kota Bijiang dan keluarga Song Ci kehilangan kabar beritanya. Yan Jiang, yang saat itu berusia 18 tahun, pergi sendirian ke Bijiang sebagai sukarelawan dan langsung menuju ke hotel tempat Song Fei menginap.

Saat Yan Jiang tiba di tempat kejadian dan melihat kondisi tanah yang hancur, ia benar-benar merasa hancur.

Selama tiga hari berturut-turut, Yan Jiang tidak makan dan minum sebelum berhasil menyelamatkan Song Fei dari tumpukan semen. Setelah menyelamatkan Song Fei, Yan Jiang menyelamatkan korban lainnya. Namun, ketika misi pencarian dan penyelamatan sudah selesai, Yan Jiang justru tidak menemukan Song Fei.

Ia mengira Song Fei sudah meninggal, hingga akhirnya bertahun-tahun lalu ia bertemu dengan Song Ci, sang selebriti, di sebuah konferensi mode. Sebagai teman masa kecil, mereka bertemu kembali. Setelah beberapa kali mengobrol dengan mendetail, Yan Jiang tahu bahwa Song Fei masih hidup, tapi gadis itu telah mati otak.

Hari itu, Yan Jiang sangat senang, sekaligus sedih.

Surat cinta itu memang diam-diam dikirimkan oleh Yan Jiang kepada Song Fei, tapi Yan Jiang tidak mencantumkan namanya di situ. Tak ada yang tahu bahwa Song Fei diselamatkan oleh para sukarelawan. Song Ci mengetahui hal ini, meski hanya melalui pernyataan lisan.

Sedangkan Yan Jiang sama sekali tidak pernah memberi tahu hal ini kepada Song Ci.

Kali ini, Yan Jiang percaya penuh kepada Song Ci.

Song Ci memikirkan Yan Jiang yang masih hidup di kehidupannya yang sebelumnya sampai ia meninggal. Ia benar-benar sangat kasihan kepada Yan Jiang, yang seringkali bercanda, tapi ia merasakan cinta Yan Jiang yang begitu dalam kepada Song Fei.

Song Ci memegang tangan Yan Jiang erat-erat. Hatinya terasa masam. Ia memberi tahu Yan Jiang, "A Jiang, aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyakiti kakakku. Dia begitu pintar dan seharusnya dia sangat cemerlang. Tapi, demi menyelamatkanku, dia jadi mati otak. Selain itu, karena Mu Qiu, ia dibunuh Mu Mian di usia 22 tahun! Sampai hari kematiannya tiba, Song Fei tidak pernah tahu bahwa ada seseorang yang rela menderita untuknya selama bertahun-tahun …"

Saat itu, Song Ci benar-benar terkejut ketika Yan Jiang menyebutkan nama Song Fei dalam keadaan mabuk.

Yan Jiang adalah orang yang narsis, sombong, dan punya pemikiran yang dalam. Bahkan, Song Ci pernah berpikir bahwa Yan Jiang tidak pernah jatuh cinta karena matanya selalu berada di atas dan tidak dapat menemukan gadis yang disukainya.

Namun, siapa yang tahu bahwa ternyata Yan Jiang lebih tergila-gila daripada orang lain.

Selain itu, selama bertahun-tahun Yan Jiang selalu memanjakan, menemani, dan membantu Song Ci setiap kali gadis itu putus asa. Ia hanya ingin menggantikan Song Fei yang telah meninggal dan menjaga baik-baik satu-satunya adik Song Fei.

Karena sudah lama sekali tidak ada orang yang membicarakan Song Fei dengannya, mendadak hati Yan Jiang menjadi sakit.

Selama bertahun-tahun, Yan Jiang selalu merasa sangat menyesal. Ia menyesal karena saat ia masih kecil, ia begitu pengecut dan lemah. Bahkan, ia tidak berani menuliskan namanya di surat cinta yang diberikannya kepada Song Fei. Jika waktu bisa diputar kembali, Yan Jiang harus menuliskan namanya di surat itu.

Entah Song Fei akan menerima cintanya atau tidak, tapi Song Fei harus tahu bahwa ia mencintai gadis itu.

Saat Yan Jiang masih kecil, karena ayahnya meninggalkan ibunya demi pria lain dan ibunya kawin lari dengan pria lain, Yan Jiang selalu dituding dan dirundung oleh teman-temannya.

Siapa saja yang melihat Yan Jiang yang sekarang glamour, penuh percaya diri, dan sombong, pasti tidak berani memercayai bahwa pria ini pernah diintimidasi selama enam tahun di sekolah, saat ia masih remaja.

Setelah mengalami banyak intimidasi dan prasangka, Yan Jiang perlahan-lahan tapi pasti menjadi orang yang rendah diri. Bahkan ia sama sekali tidak berani untuk mengangkat kepalanya dan berjalan!

Saat itu, Yan Jiang selalu merasa keberadaannya adalah kesalahan.