Chereads / Mencintai Bosku Sendiri / Chapter 12 - Yang Bisa Kutemukan Hanyalah Kamu

Chapter 12 - Yang Bisa Kutemukan Hanyalah Kamu

Song Ci dengan tenang menganalisis situasi saat ini. Ia benar-benar menyadari betapa bahayanya dia dan Song Fei saat ini.

Song Ci tak bisa menahan untuk menertawakan dirinya sendiri.

Betapa bodohnya dirinya di kehidupan sebelumnya!

Di kehidupan sebelumnya, Song Ci berada di ruang rawat inap dan sedang mendengarkan Mu Mian dan menenangkan Mu Qiu. Setelah mendengar kata-kata Mu Mian, dia bahkan dengan bodohnya mengikuti sarannya untuk menghibur Mu Qiu dan meyakinkannya. Song Ci juga memberi tahu Mu Qiu bahwa Mu Mian pasti akan mencoba yang terbaik dan menyelamatkannya dengan segala cara. 

Mu Qiu memang benar. Mu Mian pasti akan menyelamatkan Mu Qiu dengan segala cara, meski gantinya adalah nyawa saudara perempuannya.

Untuk menyelamatkan nyawa Mu Qiu, pihak rumah sakit memperhatikan kabar berita dari bank donor organ. Sambil bekerja, Mu Mian selalu memikirkan kondisi putrinya, membuat wajahnya makin lama makin muram.

Song Ci tahu bahwa cepat atau lambat kesehatan Mu Qiu akan memburuk dan Mu Mian pasti akan kehilangan akal sehatnya. Pada saat itu, tangan ajaib Mu Mian akan terarah kepada Song Fei dan ia harus mengeluarkan Song Fei dari sanatorium secepat mungkin. 

Namun, bagaimana cara mengeluarkan Song Fei dari sanatorium tanpa disadari dan dicurigai oleh Mu Mian juga merupakan hal yang sulit.

Song Ci terus merenung hingga tengah malam, sebelum akhirnya membuat keputusan yang berani dan ceroboh!

  --

Pukul satu tengah malam.

Yan Jiang duduk di ruang bermain dan sedang bermain game. Wajahnya yang tampan tertutup oleh masker. Sama seperti Song Ci, Yan Jiang juga orang yang suka begadang. Ia merupakan orang yang tidak bermoral karena penampilannya yang mewah.

Ting tong! Ting tong!

Bunyi bel tersebut membuat Yan Jiang waspada.

Ini tidak mungkin fans, kan?

Yan Jiang membuka ponselnya dan membuka aplikasi keamanan dan pengawasan. Ia melihat seorang wanita berkerudung dengan sweater hitam berdiri di depan rumahnya.

Menduga bahwa ini fans yang memata-matai kehidupan pribadinya, Yan Jiang berencana memanggil polisi.

Song Ci tahu bahwa Yan Jiang belum tidur. Ia juga tahu bahwa Yan Jiang mungkin saja mengawasi rumahnya melalui kamera pengawas. Song Ci melepaskan topinya dan mengangkat kepalanya. Ia menatap kamera pengawas dengan tenang, sehingga Yan Jiang bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Song Song?"

Yan Jiang melihat gadis itu melalui kamera pengintai. Ia mengerutkan kening, merasa menyerah dan hendak memanggil polisi.

Yan Jiang membuka maskernya dan meletakkan konsolnya, lalu berdiri untuk membukakan pintu.

Sambil membuka pintu, Yan Jiang bersandar di kusen pintu, menatap Song Ci dengan lengan yang disilangkan di dadanya. Song Ci menatap kepalanya dan memandang Yan Jiang dan dengan terus terang mengatakan niatnya, "Aku membutuhkanmu, tolong bantu aku."

Yan Jiang membuka bibir tipisnya dan berkata memperingatkan, "Jangan membunuh, membakar, dan merampok."

Song Ci menyangkalnya, "Ini menyelamatkan nyawa seseorang. Berani, tidak?"

Yan Jian menekan kedua sisi bibirnya.

Ia melirik Song Ci dalam-dalam sebelum mundur selangkah, "Masuklah."

Song Ci mengikuti Yan Jiang masuk ke dalam rumahnya.

Yan Jiang menuangkan segelas air hangat untuk Song Ci.

Song Ci duduk meringkuk di sofa Yan Jiang. Ia mengambil gelas air yang diberikan Yan Jiang dan meneguknya.

Yan Jiang duduk di atas karpet, karena tidak ada tempat untuk meletakkan kakinya yang panjang. Yan Jiang tidak bertanya kepada Song Ci mengenai apa yang bisa dilakukannya, ia tetap menunggu dengan sabar hingga Song Ci berinisiatif untuk bicara lebih dulu.

Beberapa saat kemudian, postur duduk Song Ci berubah. Ia meluncur turun dari sofa, tanpa mengenakan sandal, dan duduk bersila di atas karpet dengan bertelanjang kaki. Song Ci membungkuk dan memandang mata Yan Jiang dari dekat dalam-dalam dan bertanya, "Apa aku bisa mempercayaimu?"

Yan Jiang menyipitkan mata dan balik menatap Song Ci dalam-dalam.

"Huh!" Yan Jiang dengan malas bersandar di sofa malas di belakangnya. Di balik kimono mandi yang dikenakannya, dada Yan Jiang yang bidang terbuka. Ketampanannya sebagai pria begitu menggoda hingga siapa saja yang melihatnya tak bisa mengendalikan gairahnya. 

Namun, Song Ci dan Yan Jiang sudah akrab sejak lama. Tak peduli bagaimana cantiknya Yan Jiang, Song Ci sama sekali tak terpengaruh.

Dengan perlahan, Yan Jiang berkata, "Kau bisa memberikan nyawamu untukku."

Song Ci menghela napas lega.

Song Ci menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, menggosoknya dua kali sebelum akhirnya berkata, "Aku mengalami mimpi yang luar biasa sekitar seminggu yang lalu."

Yan Jiang merasa kata sambutan yang diucapkan Song Ci agak istimewa. Yan Jiang hanya mengangkat alisnya dan menatap Song Ci. Ia tidak bertanya mengenai mimpi Song Ci, melainkan sabar menunggu Song Ci menceritakan.

Song Ci berbisik lirih, "Aku bermimpi Mu Qiu pingsan karena serangan jantung saat pesta ulang tahun teman sekelasnya. Setelah dirawat di rumah sakit, ia tak sabar menunggu jantung yang cocok untuk ditransplantasikan, sehingga ia memotong urat nadi di pergelangan tangannya dan berniat bunuh diri karena putus asa. Untungnya, dokter menyelamatkannya."

Mendadak ekspresi Yan Jiang menjadi aneh.

Jadi, Song Song mendapat mimpi untuk meramal masa depan?

Song Ci melanjutkan kata-katanya, "Aku juga bermimpi bahwa pada tanggal 12 bulan depan, paviliun kecil di sanatorium kakakku dirawat terbakar. Ia terbakar hidup-hidup di sana. Pada hari yang sama, Mu Qiu menjalani transplatasi jantung."

Entah kalimat mana yang menyentuh hati Yan Jiang, bibir pria itu hanya bergerak-gerak ketika mendengar cerita Song Ci dan matanya menjadi bingung.

Tanpa menunggu reaksi dari Yan Jiang, Song Ci melanjutkan kata-katanya lagi, "Aku juga bermimpi bahwa dua tahun dari sekarang, aku menyetujui saran Mu Mian untuk menikah dengan Cheng Zi'ang, tuan muda kedua Grup Chuandong. Satu bulan setelah menikah, ia melakukan KDRT kepadaku. Pernikahan kami masih bertahan hingga enam tahun kemudian. Pernikahan kami berakhir setelah aku menusuk usus kecil Cheng Zi'ang."

"Aku bermimpi pada saat usiaku 20 tahun, Mu Mian membujukku untuk menandatangani surat donatur organ setelah aku meninggal. Saat usiaku 32 tahun, jantung Mu Qiu memburuk lagi dan dia harus menjalani operasi transplatasi jantung. Untuk menyelamatkan Mu Qiu, Mu Mian memasukkanku secara paksa ke dalam mobil dan membiarkanku tenggelam di Sungai Yulongyuan. Meskipun aku ditemukan tepat waktu dan segera dibawa ke rumah sakit, tapi aku tak bisa bertahan."

"Setelah aku meninggal, jantungku menjadi milik Mu Qiu."

Tak terasa, sepasang mata indah Song Ci memerah saat ia menceritakan ini semua.

Alis Yan Jiang menjadi berkerut mendengar hal yang tidak masuk akal ini. Pandangan matanya berubah menjadi kebingungan saat melihat Song Ci.

Song Ci menarik napas dalam-dalam dan menelan semua keluhan dan ketakutan ke dalam perutnya. Ia gemetar ketakutan dan berkata kepada Yan Jiang, "Kupikir itu hanyalah sekadar mimpi buruk, hingga akhirnya Mu Qiu benar-benar menderita serangan jantung dan dibawa ke rumah sakit semalam. Dokter memberitahu kami bahwa Mu Qiu harus melakukan cangkok jantung secepat mungkin. Saat itulah aku yakin bahwa itu bukan hanya sekadar mimpi."

Song Ci tak bisa menahan air mata yang dari tadi menggenang di pelupuk matanya. Ia tiba-tiba memegang tangan Yan Jiang erat-erat dengan sekuat tenaga, sama seperti korban yang hanyut di sungai dan akhirnya memeluk batang pohon yang tinggi. Song Ci mencengkeram erat lengan Yan Jiang sekuat tenaga.

Yan Jiang mengerang kesakitan, tapi tidak mendorong Song Ci menjauh darinya.

"A Jiang, Mu Qiu mempunyai golongan darah dengan rhesus negatif. Dokter memvonis hidupnya hanya sekitar tiga atau empat bulan lagi. Kakakku dan aku juga memiliki golongan darah dengan rhesus negatif. Sekarang, Mu Mian sedang sibuk mencari donor jantung yang cocok untuk Mu Qiu di seluruh dunia. Jika dia tidak menemukannya, ia akan mengambil jantung Song Fei!"

"Untuk menyembunyikan fakta dan bukti bahwa jantung Song Fei diambil, Mu Mian akan menyalakan api dan membakar sanatorium!"

"Aku tak bisa membiarkan kakakku mati terbunuh di depan mata kepalaku sendiri! Aku tidak tahu lagi siapa yang bisa kumintai tolong. A Jiang …" Teriak Song Fei sambil menangis putus asa dan menggigit bibirnya. "Hanya kau orang yang bisa kutemukan."

Yan Jiang mulai ragu dan bertanya-tanya, apakah Song Ci mengalami gangguan mental karena stres, sehingga gadis ini mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi? Namun, saat melihat Song Ci menatapnya dengan mata yang membara, mendengar kata-katanya yang putus asa bahwa yang bisa ditemui gadis itu hanyalah dirinya sendiri, Yan Jiang mulai tergerak karena rasa iba.

Yan Jiang mengambil segelas air milik Song Ci yang belum dihabiskan dan meminumnya hingga tandas, lalu berkata, "Itu terlalu konyol …"

Melihat Yan Jiang yang tak mempercayai kata-katanya, Song Ci memperlihatkan senyum sedih dengan tatapan mata yang berkaca-kaca. Ia mencoba untuk tersenyum. "Kau tidak percaya, kan?"

"Ini benar-benar luar biasa," ujar Yan Jiang. "Kau harus meyakinkanku."

Yan Jiang bisa saja menemani Song Ci menjadi gila, tapi Song Ci harus memberikan alasan yang tepat untuk menjadi gila dengan gadis itu.