Kenyataannya, hubungan di antara kedua orang itu terlihat lebih dekat dan lebih hangat. Bahkan sikap Di Yanmo yang biasanya sangat dingin, sekarang terlihat lebih ramah.
Yan Yi yang menyaksikan adegan ini langsung merasa dirinya sangat dihina, 'apanya wanita yang cantik dan indah, menyebalkan sekali!' Cibirnya dalam hati. Ya, Yan Yi merupakan seorang pria yang belum pernah memiliki seorang kekasih, statusnya hanyalah pria lajang biasa!
Walaupun dalam hatinya sedang menangis, tetapi ia tetap terlihat bersikap profesional. Yan Yi dengan cepat mengemudikan mobil ini dan berhenti di depan pintu restoran.
Awalnya, Yan Yi ingin turun dari mobil ini dan membukakan pintu untuk bos beserta nyonyanya. Namun tidak ada yang menyangka, pekerjaan itu sudah direbut oleh bosnya sendiri.
Yan Yi yang tugasnya diserobot oleh bosnya hanya bisa duduk diam di kursi pengemudi. Ia dengan pasrah memperhatikan ke arah depan karena tidak berani melihat adegan yang menyiksa dirinya sebagai seseorang yang berstatus lajang ini.
Mobil yang terlihat sangat sederhana itu menghilang ke jalanan, sedangkan ada seorang perempuan yang menggunakan riasan tipis sedang berdiri di depan pintu restoran.
Perempuan itu melihat mobil yang baru saja pergi melewatinya. Seketika di wajahnya muncul tatapan yang mengejek.
Perempuan itu pun berkata pada dirinya sendiri. "Hah, aku kira dia telah mendapatkan seorang pria yang kaya, ternyata hanya orang miskin! Hahaha…. Bunga sekolah universitas A, sepertinya juga tidak memiliki selera yang tinggi!"
Memikirkan pria yang ada di samping Lin Qianyi, perempuan itu dalam hati merasa sangat bingung karena pakaian yang dipakai pria itu bukanlah pakaian bermerek umum. Selain itu mengenai merek mobil itu, ia juga sama sekali tidak pernah melihatnya. Ia jadi merasa bahwa merek mobil itu pastinya bukan merek ternama.
"Sisi, ayo kita pergi, kita masih harus pergi menemui Baizhi." Ucap perempuan yang sedang naik mobil, ia melihat Yao Sisi yang berdiri tidak bergerak.
******
Melihat di luar jalannya semakin lama semakin asing, Lin Qianyi dengan bingung menatap ke Di Yanmo di samping, "Ini bukan jalan menuju ke rumahku. Lagi pula, hari ini sudah malam sekali. Jadi, ke mana kita akan pergi?"
Di Yanmo menarik tatapannya dari luar jendela. Ia menoleh ke samping dan melihat wajah perempuan yang sempurna itu, "Pulang, pulang ke rumah kita."
"Ah?" Lin Qianyi seketika tampak bingung dan mengulang perkataannya, "Rumah kita?"
"Iya." Di Yanmo melihat wajah Lin Qianyi yang bingung itu. Ia merasa bahwa wajah istrinya ini sangat imut. Di Yanmo pun mengangkat tangannya dan mencubit wajahnya yang putih itu. Saat mencubitnya, lelaki ini merasa wajah istrinya sangat halus dan lembut.
Lin Qianyi yang wajahnya dicubit semakin tampak bingung, sampai badannya juga perlahan-lahan menjadi kaku. Terutama selain ibunya, tidak ada yang pernah mencubit wajahnya seperti ini. Ya, Di Yanmo adalah pria yang pertama kali berani mencubit pipinya.
Dari kecil sampai sedewasa ini, Lin Qianyi selalu menjaga sikap dalam berpacaran. Ia tidak pernah berlebihan dalam menjalani suatu hubungan. Walaupun berteman dengan teman perempuan, ia juga menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengannya.
Tetapi…. Mengapa ketika Di Yanmo mencubit wajahnya, Lin Qianyi tidak terlalu menolak? Malahan, ia tidak terlalu benci berdekatan dengan pria itu! Kenapa hal ini bisa terjadi?
Lalu, mengapa Di Yanmo yang bersikap akrab dengannya ini malah terasa agak tidak asing? Lin Qianyi seolah sudah mengenal Di Yanmo sejak lama?
Lin Qianyi berpikir sejenak dan masih tidak bisa memahaminya. Terakhir, Lin Qianyi mengira semua tindakannya yang aneh ini dikarenakan ketertarikannya oleh ketampanan dari Di Yanmo. Ia pun menerima kesan baik ini sejak awal dari pria itu.
Ketika Lin Qianyi tenggelam dalam pikirannya, mobil berhenti di depan sebuah rumah besar yang mewah dan memiliki tiga lantai.
Di Yanmo turun dari mobil, lalu berjalan ke arah Lin Qianyi untuk membukakan pintu. Namun saat sudah membukanya, ia menyadari ekspresi bingung dari gadis ini.
"Uhuk… uhuk…."
Yan Yi sengaja terbatuk pada saat ini. Ia tentu menyadari bahwa Lin Qianyi masih terduduk dan menunjukkan ekspresi bingung di belakangnya. Istri bosnya ini bahkan tidak menyadari bahwa bosnya telah turun dan menunggunya keluar setelah membukakan pintunya.
Dengan terbartuk seperti tadi, Yan Yi berharap panggilannya untuk menyadarkan nyonya muda ini bisa tersampaikan dengan hanya sikap seperti ini.
Untungnya, Lin Qianyi bisa tersadar dari ketertegunannya begitu mendengar suara batuk itu dengan jelas.
Seakan baru tersadar, Lin Qianyi melihat ada tangan yang panjang sedang diulurkan di depannya. Seakan memastikan pemilik tangan itu, matanya mengikuti telapak tangan yang indah itu dan melihat wajah Di Yanmo yang tanpa ekspresi itu. Walau berekspresi dingin, namun wajahnya sangat tampan dan indah.