"Jangan jangan jangan! Suamiku, dia baru saja bangun dan sedang tidak sehat. Tidak apa-apa, kali ini biar aku saja yang memasak."
Dia mencoba menahan tangan suaminya. Fu Cuihua takut kalau Zhang Changming akan main tangan lagi.
Begitu mendengar kata-kata istrinya, Zhang Changming menatap Jun Ci, yang sedang duduk di ranjang.
Karena minimnya cahaya di ruangan ini, dia tidak bisa melihat sorot kedua mata Jun Ci yang dipenuhi dengan kebencian dan keinginan untuk membunuh.
Entah kenapa, tubuhnya terasa dingin saat melihat Jun Ci duduk di tempat tidur dengan bodohnya. Bisa-bisanya dia diam saja dan tidak menghindar?!
Sebenarnya Zhang Changming juga takut kalau dirinya benar-benar melakukan sesuatu yang buruk pada Jun Ci, yang nantinya malah membuat kondisi tubuh Jun Ci semakin buruk. "Hari ini, kulepaskan bajingan ini!" ujar Zhang Changmin karena desakan istrinya.
Setelah selesai berbicara, akhirnya dia berjalan keluar.
Fu Cuihua menarik sudut bibirnya, seolah-olah dia merasa bersalah. "Jun Ci, kau istirahatlah lagi. Aku akan pergi memasak."
Dia menarik kembali pandangannya, lalu meninggalkan kamar Jun Ci.
Fu Cuihua kembali menutup pintu kamar Jun Ci dan berjalan pergi.
Setelah melihat dua orang itu keluar dari ruangan ini, Jun Ci mengusap-usap dahinya.
Jika dia tidak ingat bahwa tubuh ini sekarang masih dalam kondisi tidak sehat, dia pasti sudah membinasakan pria bermarga Zhang itu.
Paman Zhang Changmin adalah tipikal orang yang sangat suka menggertak orang yang lemah dan takut pada yang kuat. Dia selalu menganggap bahwa laki-laki lebih unggul dalam segala hal. Sifatnya benar-benar khas masyarakat miskin pedesaan.
Bibi Fu Cuihua adalah orang yang pengecut dan takut pada Zhang Changming. Sebenarnya dia tidak jahat dan masih memiliki rasa manusiawi.
Kak Zhang Nian dua bulan lebih tua dari Jun Ci, dan dia adalah anak kesayangan Keluarga Zhang.
Perlakuan yang diterimanya tidak jauh berbeda dengan Jun Ci.
Tetapi Jun Ci bersekolah di SMA biasa. Menurut peraturan nasional, para siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah biasa tidak dipungut biaya karena mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sementara itu, Zhang Changming mengirim Zhang Nian ke SMA nomor satu di daerah itu, yang tentunya dipungut biaya.
Bagaimanapun juga, Zhang Nian adalah anak kandung mereka, jadi Jun Ci tidak berhak merasa iri.
Tapi, pria yang bernama Zhang Changmin itu benar-benar memperlakukan Jun Ci dengan begitu buruk.
Tangan Jun Ci meraba sepanjang wajah hingga poninya yang dipotong tidak rata.
Sentuhan pertama terasa halus dan indah, seolah tidak ada bintik hitam yang memenuhi wajahnya.
Selain bintik-bintik hitam yang membuat wajahnya terlihat jelek, sebenarnya wajah ini memiliki kulit yang benar-benar bagus.
Sepanjang yang dia ingat, biasanya Jun Ci tidak perlu membersihkan wajah dengan menggunakan berbagai perawatan kulit. Membersihkan wajah dengan alami saja sudah cukup.
Sebenarnya dia memiliki keunggulan yang unik.
Sayangnya, kelebihan ini benar-benar terpendam.
Jun Ci sekarang juga merasa sakit kepala.
Dia tiba-tiba berubah dari pangeran mahkota menjadi orang biasa, dengan usia yang sama dengan usianya di Zaman Arkeologi.
Bagi Jun Ci, secara keseluruhan, semua yang ada di sini berbanding terbalik dengan kehidupannya yang sebelumnya dan sangat sulit untuk dipahami.
Terutama orang-orang seperti Zhang Changming.
Di Zaman Antarbintang, orang seperti Changming ini seperti tumor ganas yang harus dibasmi.
Dulu Jun Ci menikmati kehidupan yang sejahtera dan mewah, sedangkan sekarang kehidupannya justru berbanding terbalik, begitu menyedihkan dan miskin.
Putra Mahkota Jun Ci merasa bahwa kehidupannya di masa depan membuatnya sangat depresi.
"Yang Mulia, Yang Mulia!"
Tiba-tiba terdengar suara yang lirih dan tidak asing di telinganya. Jun Ci tercengang untuk sesaat, lalu ekspresi kelegaan muncul di wajahnya.
"Gulu?"
Gulu adalah cahaya otaknya
Sejak lahir, setiap anggota kerajaan memiliki cahaya otak sendiri.
Fungsinya sama dengan kartu tanda pengenal yang ada di negara ini. Namun, cahaya otak dapat menangani banyak hal yang luar biasa.
Gulu adalah rajanya cahaya otak.
Bagaimanapun juga, cahaya ini digunakan oleh putra mahkota, lalu mengapa kemampuannya begitu minim?
Tapi, lubang hitam di angkasa mampu menghancurkan segalanya. Jun Ci sungguh tidak menduga kalau Gulu bisa dilahirkan kembali bersamanya!
"Yang Mulia, Yang Mulia, saya di sini. Lihatlah telapak tangan Anda…"
Karena suaranya kecil seperti anak-anak, Jun Ci pun tahu kalau Gulu sedang dalam mode yang lemah.
Dia membentangkan telapak tangannya. Melalui cahaya, dia melihat sebuah simbol transparan berbentuk U kecil di telapak tangannya yang kasar tapi masih berwarna putih susu.
Itulah bukti keberadaan cahaya otaknya. Namun, sekarang simbol transparan ini sudah hampir memudar, seolah akan menghilang kapan saja.