"Kemarin kenapa gak jemput Aurel, Amira dan, Meisha?" tanya Amira ke pak sopir itu.
"Maaf non Amira, kemarin ban mobil yang belakang sempat kena paku dijalan dan jadinya ganti ban dulu." jawab pak sopir apa adanya.
"Oo, kenapa nggak ngabarin Aurel?" tanya Amira penasaran.
"Handphone pak sopir kemarin low bat, dan hujan duluan jadinya gabisa kabarin non Aurel maaf ya." Jawab pak sopir sembari meminta maaf.
"Nggak apa-apa kok pak. Hehe," Amira mengembangkan sudut bibirnya tersenyum manis ke Pak sopir.
Meisha dan Aurel baru saja keluar dari dalam rumah dan melihat Amira yang terlihat sedang mengobrol asik dengan sopir Aurel.
"Ngobrolin apaan seru banget?" Tanya Meisha ke Amira.
"Gak ngobrolin apa apa, aku tadi cuma tanya kenapa kemarin pak sopir nggak bisa jemput kita, dan katanya kemarin ban belakang kena paku jadi harus diganti." Jawab Amira gamblang.
Meisha dan Aurel mengangguk paham, merekapun akhirnya berangkat ke sekolah seperti biasanya dan tidak pernah telat seperti Rega.
Ngomong ngomong soal Rega sekarang dia sedang dijemput oleh para sahabatnya yang setia untuk membantu Rega agar tak terlambat.
Ya, meskipun nggak sekali ini doang, dari dulu Yoga, Beni, Reza atau Andrian sering mengajak bahkan menjemput Rega seperti sekarang agar tak telat dan tidak terkena hukuman, hanya saja Rega yang keras kepala tidak mau menerima kebaikan sahabatnya untuk dia tobat.
"Eyyo kakanda Rega Putra Hariwijaya yang tampannya sebelas dua belas sama gue akhirnya berangkat subuh men," girang Reza tersenyum lebar melihat Rega sudah siap untuk berangkat pagi.
"Kakanda kakanda apaan? lo kira gue apa?" Tanya sinis Rega ke Reza.
"Santai men, jangan baper nanti terluka." jawab Reza dengan senyuman tak berdosa.
Tak mau telat dengan mendengarkan perdebatan tak jelas antara Reza dan Rega, Andrian dan Yoga pun segera menyalakan mesin motornya.
Sementara Rega juga menaiki motornya dan melajukan motornya ke sekolah agar sampai tepat waktu.
Diikuti dengan Beni dan Reza dibelakang.
Dalam perjalanan mereka tidak melaju begitu cepat yang biasanya bagai anak kebut-kebutan, seperti anak baik-baik pada umumnya ya walau bagi Rega ini ada paksaan untuk dirinya sendiri agar tidak mengecewakan mamanya.
Setelah perjalanan beberapa menit, Rega dan para sahabatnya sampai di depan gerbang sekolah. dan turun dari motor masing-masing untuk menuntun motor ke parkiran. ini menurut Rega sangat langka karena biasanya dia tidak turun dulu dan langsung saja mengendarai motornya menuju ke parkiran.
Aurel, Amira, dan, Meish yang juga baru saja datang melihat Rega yang sedang menuntun motornya ke arah parkiran merasa syok dan tidak percaya.
"Eh gaes itu Rega bukan sih?" tanya Mesiha ke Amira dan Aurel.
"Udah tobat." gumam Aurel.
"Aku gak mimpi kan?" Tanya Amira benar benar tak percaya.
Tak hanya Amira, Aurel, dan, Meisha seluruh warga sekolah kaget dan terutama pak Handoko yang setiap pagi berjaga di samping gerbang untuk melihat anak muridnya datang dengan seragam rapi dan juga mematuhi peraturan sekolah.
Rega dan para sahabatnya yang sudah memarkir motor di parkiran motor berjalan dengan langkah bersamaan menuju ke kelas mereka.
"Rega." Panggil pak Handoko ke Rega sembari berjalan ke arah Rega.
Yoga melirik ke Rega dan mengatakan.
"Lo gak buat masalah kan Ga?" Tanya Yoga ke Rega yang dibalas gelengan oleh Rega.
Mereka berpikir kalau terakhir dia mempunyai masalah dengan guru saat di kantin dan setelahnya dia tidak punya masalah dengan guru bahkan Rega juga bingung kenapa pak Handoko memanggilnya apakah dia mempunyai kesalahan?
Langkah pak Handoko semakin dekat dan mengukir senyuman untuk Rega.
"Syukurlah akhirnya kamu sadar juga kalau pak Handoko sudah bingung mau kasih hukuman apa lagi ke kamu," ucap pak Handoko sembari memegang bahu anak muridnya itu.
"Legaa, saya kira bapak mau hukum saya," Rega menghembuskan nafas lega.
"Bapak gak hukum kamu kalau kamu tertib sekolahnya, tetap pertahankan sampai lulus oke." tutur bijak pak Handoko untuk Rega yang sudah tobat.
Tak hanya Rega yang lega ke 4 sahabat Rega itu juga ikut lega karena Rega tak lagi dihukum karena sudah mulai memperbaiki perilaku dan juga mematuhi tata tertib sekolah.
Setelah itu Rega dan para sahabatnya melanjutkan langkahnya menyusuri koridor menuju kelasnya, sementara Aurel, Amira, dan Meisha masih tak percaya.
"Ayo ikutin Rega!" ajak Meisha ke Aurel dan Amira
"Gak! buat apa?" tanya Aurel menolak ajakan Meisha.
"Mastiin, itu benar Rega asli atau jadi jadian." Jawab Meisha dramatis.
"Gak Sha, mending kita ke kelas aja." Sahut Amira yang tak ingin mengundang masalah lagi.
Meisha mengiyakan dengan muka lesunya, kemudian melanjutkan langkah bersamaan dengan Aurel dan Amira menuju kelas mereka.
Tak berhenti didepan tentang perbincangan Rega yang sudah tobat, didalam kelas lebih parah dan lebih akurat.
Para lambe turah teman Aurel satu kelas mencari tau sebab Rega berubah menjadi tidak berandal seperti biasanya.
"Kemarin ada yang lihat Rega dan Aurel berdua dihalte depan, mungkin karena itu Rega tobat sebab Aurel menasehati." Ucap salah satu siswi didalam kelas Aurel.
"Masa sih? Kok aku nggak tau?" Tanya Siswi lain.
"Kamu udah pulang duluan, kemarin ada yang lihat itu anak OSIS yang pulang sehabis hujan," jawab siswi itu.
Aurel yang mendengarnya langsung mengepalkan tangannya kesal, bisa bisanya pada berfikiran kalau dia menasehati Rega waktu kemarin siang sepulang sekolah dihalte depan.
"Tunggu gue nanti istirahat berandal gila!" Batin Aurel dengan seribu kekesalannya.
Amira dan Meisha yang memperhatikan Aurel sedari tadi merasakan hal yang sama seperti kemarin akan terjadi lagi, apalagi kalau bukan pertengkaran antara Rega Putra Hariwijaya dengan Aurel Erwansyah.
Bel pelajaran berbunyi seluruh siswa siswi yang mengobrol disetiap sudut ruangan kelas 11 IPA 2 itu, mengehentikan aktifitas masing masing dan duduk ditempat mereka. Guru mata pelajaran pertama datang dan mengajar kelas Aurel.
Disisi lain dikelas Rega masih heboh dengan Rega yang berangkat pagi dan juga tak se bar bar sebelumnya.
"Kesambet setan apa lo, Ga?" Tanya salah satu siswa ke Rega yang duduk di samping Andrian.
"Mulut dari tadi ngoceh mulu gue tampol ya!" jawab tegas Rega yang sudah risih dengan teman satu kelasnya itu yang dari tadi tak berhenti mengoceh hal tidak jelas menurut Rega.
"Lah ngamuk." gumam salah satu teman Rega.
Andrian yang melihat Rega mulai marah dia langsung bertindak.
"Kalian semua diem, dan dengar langkah kaki orang gak?" Tanya Andrian tiba tiba dengan nada sedikit keras sehingga semua teman satu kelasnya terdiam.
Mereka semua terdiam dan melihat ke arah ambang pintu, dan ternyata itu guru yang tidak asing lagi bagi kelas 11 IPA 1.
"Selamat pagi anak anak," sapa pak Handoko pada murid yang ada dikelas 11 IPA 1 itu.
"Pagi pak," jawab seluruh murid yang berhamburan duduk ke tempat mereka masing masing.
Jam pelajaran diikuti dengan serius seperti biasanya oleh siswa siswi SMA Harapan Jaya, sampai waktu istirahat tiba.
Selesai jam pelajaran dan sekarang sudah waktu istirahat Aurel bergegas berdiri dari bangkunya berjalan keluar kelas menuju kelas Rega.
"Aurel mau kemana? Tunggu!!" Teriak Meisha dan Amira bersamaan namun tidak dipedulikan oleh Aurel.
Aurel masuk tanpa permisi dan tepat didalam tersisa Rega dan para sahabatnya yang sedang mengobrol ditempat duduk Rega, mata Rega yang mendapati gadis cantik berdiri didepan pintu kelasnya langsung berdiri dan menghampiri.
"Tumben ke kelas gue? kangen?" Tanya Rega ke Aurel.
Andrian, Reza, Beni dan, Yoga hanya diam memperhatikan ditempat yang sama.
"Gara gara lo! Temen temen ngira gue sama lo berduaan pacaran di depan halte kemarin!" Jawab tegas Aurel dengan wajah yang terlihat marah besar.
"Lah kok marah sama gue? beruntung kemarin gue gak ninggal lo, apa jadinya kalau gue ngebiarin lo sendiri di halte tengah hujan badai!" Jelas Rega tak kalah tegas.
Aurel kemudian terdiam dan tersadar bahwa dirinya nya egois sendiri karena hanya mementingkan dirinya sendiri tidak dengan Rega yang sudah membantunya kemarin di hujan badai yang lebat.
"Kalo lo terus dengerin obrolan lambe turah temen-temen lo itu, sama saja lo tidak menghargai gue kemarin dan tidak menganggap kebaikan gue. Sebab selalu mendengar obrolan gak penting teman-teman lo itu, lo jadi marah nggak jelas ke gue padahal gue nggak salah." tambah Rega menjelaskan ke Aurel.
Aurel kemudian memundurkan langkahnya merasa bersalah dan membenarkan perkataan Rega. sementara itu Amira dan Meisha yang sedari tadi memperhatikan Aurel dan Rega, langsung menarik tangan Aurel untuk diajak ke kantin agar tidak semakin memperpanjang masalah.
Rega menatap punggung gadis cantik itu yang mulai menjauh darinya, terbesit sekilas di hati Rega bahwa dia keterlaluan dengan Aurel. tapi kalau dipikir lagi setiap hari dia lebih dari ini kalau debat dengan Aurel.
Ada apa dengan diri Rega dan Aurel yang masing masing memiliki Rasa bersalah satu sama lain?inikah yang dimaksud benih cinta oleh Reza?
Di kantin Amira mendudukkan Aurel yang menunjukkan penyesalan karena telah melabrak Rega yang tidak salah.
"Udahlah Rel jangan merasa bersalah gitu, makan dulu ya kamu dari pagi belum makan kan," tutur Meisha ke Aurel yang tidak menyentuh sendok bakso itu.
"Gimana aku nggak merasa bersalah kalau aku nyalahin orang yang jelas jelas nggak salah," terlihat di wajah Aurel dipenuhi penyesalan dan juga rasa bersalah.
"Baru kali ini aku lihat Aurel menyesal karena menyalahkan Rega." Gumam Amira.
"Aku harus apa Sha, Ra?" tanya Aurel ke Meisha dan Amira.
"Kamu nggak apa-apa kan Rel? Jangan gini, nggak biasanya kamu seperti ini." jawab Meisha.
Aurel sendiri tidak tau yang jelas dihatinya sekarang menyesal dan ingin meminta maaf langsung ke Rega. Amira dan Meisha tak percaya dengan perilaku Aurel yang berubah setelah kejadian kemarin di halte.
Tiba tiba ada tangan laki laki yang membawa jus jeruk diberikan didepan Aurel.
"Minum dulu, penyesalannya sambung nanti aja." ucap laki laki itu dengan senyuman tulusnya.