Asia merasa tidak nyaman saat ini walaupun dirinya telah sah menikah dengan Umar dan sebelumnya juga telah pernah menginap dirumah laki-laki tampan itu karena sakit tapi saat ini situasinya berbeda.
Asia kali ini datang bukan sebagai tamu tapi sebagai istri dari Bilal yang entah sejak kapan ternyata menggenggam tangannya mungkin bersamaan ketika mereka akan memasuki mision besar milik tuan muda tampan yang tidak lain telah menjadi suaminya ini.
Orang tua Asia dan Hana juga ikut tentunya mereka hanya mengunakan kendaraan yang lain saja sementara Asia harus satu mobil dengan laki-laki yang saat ini adalah suaminya yang terlihat sangat positif dari sebelumnya.
"Jangan menatap wajah istri ku 1 detik pun." ucap Bilal yang saat ini mengenakan seluruh pengawal atau lebih tepatnya bodyguard yang menjaga mereka tidak boleh melihat wajah istri saat ini.
Hanya sekedar menikmati kecantikan wajah Asia saja mereka dilarang apalagi berdekatan dengan Asia mereka sebenarnya telah diingatkan oleh Bilal sebelumnya dan parut saja tadi semua pengawal menunduk untuk menghormati nona muda mereka.
"Kenapa kamu semangkin bersikap aneh....," gumam Asia yang merasa jika sikap suaminya ini kelewat posesif.
"Dirimu milikku, tidak boleh dilihat orang lain keindahan wajahmu pun hanya aku yang boleh melihatnya Sayang." ucap Bilal yang saat ini menegaskan pada Istri cantiknya ini agar tidak mengendap siapnya ini aneh karena menurut Bilal sendiri ini normal.
"Hemmmmm.. begitu." ucap Asia yang merasa sendiri gugup saat ini mereka ternyata kembali melangkah untuk duduk diatas pelaminan menerima ucapan selamat dari banyak tamu undangan yang sepertinya juga sangat menghormati Suaminya ini hanya yang dibuat tertunduk saat mereka berjalan di karpet merah yang merupakan jalan satu-satunya menuju ke singgah sana sehari semalam mereka sebagai pasangan pengantin yang paling cantik dan tampan.
"Maaf saja jika sedikit mengejutkan mu, apakah kau baik-baik saja?" ucap Bilal yang merasa tangan istrinya yang ada di genggamannya cukup dingin.
"Aku hanya merasa sedikit gugup dan malu karena ada banyak orang dan kamera yang menyorot kearah kita....," cicit Asia yang tentu saja tidak terbiasa dengan keramahan dan kemewahan ini yang membuatnya tampak sangat gugup.
"Tenanglah sayang aku tidak akan membiarkan hal ini berlangsung berlalu lama." ucap Bilal yang hanya memberikan waktu pada tamu undangan memberikan ucapan selamat pada mereka tidak kurang dari satu jam hanya demi kenyamanan dari istrinya.
"Mana ada acara resepsi yang singkat ini pasti lama...," ucap Asia yang saat ini merasa kepalanya mulai pusing karena tamu undangan yang cukup ramai ini membuat Asia sedikit merasa terancam dan takut akan ada banyak orang yang menyakiti ataupun berniat jahat padanya sesuai dengan pengalaman masa lalunya yang masih membekas.
"Tidak akan lama, aku bahkan bisa mengubah acara ini dengan waktu sesingkat-singkatnya jika kamu mempercayai ku.....," ucap Bilal yang saat ini berusaha meyakinkan istrinya agar lebih tenang.
"Benarkah bagaimana mungkin. Tapi bahkan aku tidak memiliki pilihan yang bagus sekali percaya pada mu saat ini....," ucap Asia yang sama sekali tidak suka akan keramaian apalagi bertemu orang baru dalam jangka waktu yang lama akan membuat kepalanya semangkin pusing.
Asia masih berjuang melawan rasa trauma akan kejadian buruk yang pernah terjadi dimasa lalunya tepatnya waktu itu dihari ulang tahunnya sendiri.
Kedua orang tua Asia, Hana dan banyak orang lainnya tampak bercakap-cakap menikmati pesta pernikahan Asia dan Bilal mereka terlihat sangat akrab dan bahagia sepertinya.
Hanya Asia saja yang merasa asing ditempat yang cukup ramai ini walaupun lantunan sholawat dan ada banyak orang yang mengucapkan selamat dan doa yang terbaik atas hubungan mereka saat ini tapi tetap saja Asia merasa masih kurang nyaman dan aman.
"Assalamualaikum semuanya demikian resepsi pernikahan singkat Tuan muda dan nona muda, saat ini para tamu hanya diizinkan untuk mendoakan dan memberikan kado sesuai dengan arahan panita saja. Karena nona muda sedang sakit dan harus beristirahat sehingga waktu resepsi ini dipersingkat." ucap dari salah satu orang kepercayaan dari Bilal tersebut yang membuat Bilal tersenyum lega saat ini Istrinya bisa langsung beristirahat dan jauh dari gosip miring tentunya.
"Yah sayang sekali padahal aku belum sempat melihat wajah dari istri sepupuku itu." ucap seorang laki-laki yang baru saja datang ke acara pernikahan sepupunya.
"Kamu datang terlambat." ucap Hana yang saat ini cemberut karena seharusnya laki-laki tampan ini datang bersamanya tapi laki-laki datang terlambat dengan berbagai alasan pekerjaan.
"Sayang maafkan aku, kamu tahu sendiri bukan jika penerbangan ku di-cancel sebelumnya." Ucap dari Bian yang saat ini merasa besar pada calon istrinya yang tidak lain adalah Hana.
Bian dan Hana mereka tidak pacaran tapi langsung memutuskan saling setuju untuk menikah saat sebelumnya 6 bulan yang lalu mereka menjalani proses ta'aruf dan cocok tentunya tanggal pernikahan mereka telah ditentukan dan Bian sangat mencintai Hana yang telah diincarnya dari hanya masih duduk di bangku SMA.
Tentu saja Hana belum sempat bercerita pada Asia jika sebelumnya Hana telah bertunangan setelah menjalani proses ta'aruf 6 bulan lalu, tapi Asia mengetahui jika sahabatnya itu selalu terlihat bahagia saat sedang menelpon seseorang yang laki-laki yang dicurigai oleh Asia sebelumnya adalah pacar sahabatnya itu.
"Sayang sepupu itu benar-benar tidak sabaran dia bahkan membawa istrinya pergi begitu saja sebelum memperkenalkannya pada ku." ucap Bian yang tidak tahu sama sekali jika istri dari sepupunya itu adalah sahabat istrinya tercinta ini.
"Gak usa panggil Sayang, nyatanya dirimu lebih sayang dengan perkejaan mu itu dari pada ku. Saat ini bahkan dirimu lebih penasaran dengan istri orang....," ucap Hana yang tentu saja saat ini merasa sedikit cemburu.
"Sayang kok ngambek si, aku peluk disini ya... tapi ada kedua orang tua mu nanti bisa kita juga di nikah sekarang juga." canda Bian yang saat ini sepertinya di momen yang kurang rapat karena Hana sedang tidak mood untuk bercanda.
"Kalau begitu jangan menikah dengan ku.....," ucap Hana yang berniat ingin meninggalkan ruangannya yang menyebalkan itu.
"Sayang mana mungkin begitu aku harus menikah dengan mu...," ucap Bian yang tidak membiarkan wanita yang dicintai sejak lama itu pergi begitu saja buat terpaksa melanggar janjinya pada Ayahnya yang sebenarnya belum boleh memeluk calon istrinya ini karena mereka baru bertunangan belum menikah.
"Apa yang kalian lakukan!" ucap Ayah Bian yang saat ini marah melihat putranya yang telah berjanji dihadapannya dan Ayah Hana yang sedang sakit untuk menjaga Hana bukan merusak Hana.
"Ayah"
"Paman" ucap Bian dan Hana bersamaan mereka yang kaget langsung melepaskan pelukannya.
"Bian sebelumnya Ayah dan calon ayah mertua mu menyuruh mu untuk menjaga Hana dengan baik bukan merusaknya!" ucap Ayah Bian dengan marah.
"Maaf Ayah tapi Bian tidak merusaknya Bian hanya memeluk Hana agar Hana tidak merah pada Bian." ucap Bian yang mencoba menjalankan kejadian yang sebenarnya. Hanya yang takut hanya menganggukan kepalanya menyetujui perkataan Bian yang memang tidak salah sama sekali.
"Hana kamu tenang saja nak, untuk membuat nama mu agar tidak tercemar pernikahan kalian akan dipercepat." ucap Ayah Bian yang tentu saja saat ini membuat Hana terkejut bingung berbeda dengan Bian yang terlihat sangat senang.
"Jika endingnya seperti ini memilih tidak menemui Bian saja tadi, aku kan belum siap menikah." Batin Hana yang merasa bimbang.
"Alhamdulillah....., Eeeeh." ucap Bian yang terlalu senang sehingga reflek hampir memeluk Hana tapi Hana menghindarinya.
"Buka mahrom." ucap Hana dengan tegas yang membuat ayah Bian tersenyum lebar menertawakan putranya yang tampak tidak sabaran itu.