Seorang pemuda berambut putih dengan kalung rantai bermata kristal prisma muncul dihadapan Syd yang sedang terpojok.
Pemuda itu menendang Ikki hingga terpental cukup jauh.
"Aduh gawat Aku tidak menahan diri tadi," ucap pemuda tersebut.
Pemuda itu langsung memegangi kepalanya, dirinya menjadi panik melihat Ikki terpental akibat tendangannya.
Syd yang mendengar perkataan pemuda itu langsung membulatkan matanya, ada yang aneh dengan anak ini pikir Syd bingung dengan ucapan pemuda tersebut.
Syd lalu meneriaki pemuda tersebut.
"Hey nak..."
Pemuda tersebut segera berpindah kesebelah Syd, Syd terkejut pemuda itu memiliki kemampuan Instant step untuk berpindah ke sisinya dalam sekejap.
*Instant step kemampuan melangkah cepat milik pengguna elemen petir.
"Kakak ininya tolong dikencangkan," ucap pemuda itu menunjuk ke earphone Syd yang sudah rusak.
Syd membuka earphonenya lalu mendengar sebuah lantunan musik, dirinya terkejut bahwa sedari tadi ada suara di sekelilingnya. Suasana pantai yang sebenarnya tidaklah sunyi melainkan ramai dengan lantunan musik seperti sebuah panggung pertunjukan. Ini adalah jebakan musuh, ada Vraux yang mendiami pantai ini.
"Apa ini?" Tanya Syd.
"Suara ini akan membuat orang-orang tertidur dan juga bagi mereska yang bermental lemah akan dikendalikannya," jawab pemuda tersebut sambil menutup telinga Syd. "Kakak cepet pakai lagi benda itu." Perintah pemuda tersebut pada Syd.
Dikendalikan, oleh siapa? tanya Syd dalam bathinnya. Dia dan timnya sudah terjebak dalam jebakan musuh, sebelum lebih jauh lagi terjebak mereka harus keluar dari wilayah musuh.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Syd pada pemuda tersebut.
Pemuda itu lalu menyuruh Syd menutup telinga Akashi dan Matoi agar keduanya tidak dikendalikan.
"Kakak tutup kedua telinga teman kakak dulu lalu pergi dari sini!"
"tapi Ikki bagaimana?"
"Ikki???"
"Pria yang kau tendang tadi, tidak mungkin dia ditinggalkan begitu saja."
Pemuda tersebut diam memikirkan sesuatu. Dirinya bisa saja membawa Ikki pergi tapi terlalu berbahaya untuk dilakukan sendirian karena harus membuatnya tidak berdaya, dengan kata lain melumpuhkannya.
Dengan levelnya yang sekarang sulit bagi pemuda tersebut mengalahkan Ikki.
"Baik akan kucoba sadarkan dia, tolong kakak dan lainnya menjauh agar tidak ada lagi yang dikendalikan mereka."
"Mereka, siapa mereka??? Vraux kah."
"Para penjaga pantai."
Ikki yang masih dalam kendali musuh kembali menyerang, kini dia menggunakan Wind roar kepada Syd dan pemuda tersebut
*Wind roar kemampuan menghembuskan angin dari mulut, angin yang dihembuskan dapat mementalkan atau merusak sesuatu.
Woohhhooooooaaaaa
Hembusan angin dahsyat menghancurkan Wall sand yang melindungi mereka berdua. Disaat yang terdesak Pemuda tersebut mendekatkan tangannya ke dada Syd lalu menghempaskannya jauh ke tempat Akashi dan Matoi.
Taaapppp....
Syd terkejut dirinya dihempaskan begitu saja.
"Eeehh"
dappp daaapp
Syd mendarat dekat Akashi, Dirinya selamat namun efek serangan Wind roar membuat Wall sand buatan Syd rata begitu saja.
Syd panik dirinya tak melihat pemuda tersebut bersamanya lagi. Serangan wind roar Ikki tepat mengenai pemuda itu.
"Ehh anak itu, jangan jangan dia!"
Syd memegangi tangannya yang gemetar, dirinya ketakutan dan merasa putus asa. keadaan musuh yang tidak ketahui dan timnya yang tak sadarkan diri, membuatnya tidak bisa membalikan keadaan. Syd merasa tidak akan dapat lari dari pantai berbahaya ini.
Syd tiba-tiba teringat dengan perkataan teman sekamarnya ketika di akademi dulu.
"Di lapangan nanti semua akan berubah, Kau tidak bisa hanya mengandalkan orang lain Syd!"
Di tengah keputus asaannya Syd bangkit, Dirinya tidak bisa hanya diam dan bergantung pada orang lain. ada hal yang harus diperjuangkannya, ada hal yang hanya dia yang bisa lakukan. Apapun caranya Syd harus bisa menyelamatkan timnya.
Syd bangkit dirinya mengikuti kata-kata pemuda tadi, dengan segera Syd menutup telinga Akashi dan Matoi dengan pasir yang dikendalikannya.
Syd juga bergegas memindahkan keduanya. Namun tanpa Syd sadari, Ikki telah berada di dekatnya. Ikki kembali akan menyerang Syd tetapi.
Baaaannggg....
Sebuah pukulan telak mengenai Ikki.
Pemuda tadi ternyata belum kalah, Dia muncul dari dalam pasir dan langsung meluncurkan pukulannya pada wajah Ikki. Ikki langsung terjatuh ke pasir. Pukulan yang dilemparkan bukan sembarangan, itu adalah pukulan yang dilapisi elemen.
"Terima ini. Lightning photon!" Teriak pemuda tersebut sambil mengarahkan kedua telapak tangannya pada Ikki
*Lightning photon kemampuan menembaknya kilat dari kedua telapak yang disatukan, gerakannya hampir sama ketika kita sedang menepuk tangan.
Sambaran kilat keluar dari tangan anak itu melukai Ikki. Ikki tergeletak dihamparan pasir tak berdaya.
"Kakak cepat gunakan elemen kakak untuk menahan gerakan kakak ini," perintah pemuda tersebut.
"Baik. Chain element."
Chain element adalah kemampuan membuat rantai dengan dasar elemen yang dikuasai.
Kreekkk... Kreeekkk... Krekkkk...
Rantai yang terbuat dari pasir muncul dari tangan Syd lalu mengikat Ikki dengan kuat.
Di saat bersamaan Akashi terbangun, dirinya langsung bertanya pada pemuda tersebut.
"Sial Aku kecolongan, eh nak dimana posisi musuh yang sebenarnya!"
"Kakak menyadarinya,"
"Tentu saja, Aku tidak tertidur aku tadi ditahan agar tidak bisa bangun. Aku sadar dengan apa yang terjadi! jadi cepat tunjukan posisi mereka."
"Bukan itu berarti kakak tidur,"
"Tidak, Aku tidak tidur!" tegas Akashi.
Akashi bangkit mengepalkan tangannya, wajahnya masih terlihat mengantuk tapi jiwanya membara.
Akashi berusaha menahan mulutnya yang akan menguap dan berusaha fokus untuk tetap menjaga kesadarannya.
"Kapten tidak apa-apa," tanya Syd yang melihat Akashi agak goyang ketika bangun.
"Maaf Syd membuatmu kerepotan sendirian! Hey nak dimana posisi mereka."
Pemuda tersebut lalu menunjuk ke arah karang di pinggir laut sebelah barat."
"Disana kak, tepat di belakang karang. Mereka memainkan hidung mereka untuk menciptakan lantunan melodi ini."
"Jadi mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan orang dengan suara. Brengsek!" Geram Akashi.
Akashi segera meluncur dengan Fire launch nya terbang ke arah karang-karang di pinggiran pantai. Dari ketinggian Akashi melempar bola api yang sedari tadi membungkus tangannya.
"Fire ball...." Teriak Akashi
*Fire ball kemampuan menciptakan bola-bola api baik dari tangan, kaki atau dengan kepala, bisa digunakan dengan dilempar atau melindungi tubuh ketika diserang.
Hujan bola api turun ke karang di pinggir laut bagai bintang jatuh yang bersinar terang membakar apapun dibawahnya.
Di tengah guyuran bola api dari Akashi, terlihat bayangan melompat ke laut. Tidak hanya satu bayangan ada 4 bahkan 6 bayangan yang seketika terjun ke laut.
Menyadari hal tersebut Akashi merubah pola serangannya, namun Pemuda tadi berteriak.
"Percuma kak kalo mereka di laut kakak serang dengan api!"
Pemuda tersebut kembali berpindah tempat ke tempatnya Akashi. Akashi terkejut dengan kemampuan pemuda tersebut.
"Yang tadi itu elemen....."
"Terima ini Thunder cross."
Teriakan pemuda itu memotongan perkataan Akashi.
*Thunder cross adalah kemampuan membuat kilat dengan menyilangkan tangan.
Kilat besar menyambar ke laut mengenai makhluk-makhluk tadi. Dengan segera makhluk-makhluk itu menyelam ke laut yang lebih dalam untuk menghindari dampak serangan yang lebih besar. Kilat sangatlah unggul digunakan melawan sesuatu yang berada di dalam air.
Akashi melihat pemuda itu cukup cerdik dalam menggunakan elemen. Api tidak terlalu efektif di kedalaman laut berbeda dengan kilat.
Setelah menembakan kilat ke laut, pemuda tersebut tiba-tiba terjatuh ke laut.
"Aaaaahhhh,"
Akashi segera bergerak menangkap pemuda tersebut sebelum tercebur ke laut.
"Dasar nekat, kalo belum bisa menggunakan kemampuan untuk terbang jangan berpindah sampai sejauh ini." Ucap Akashi menarik pemuda tersebut yang hampir jatuh ke laut.
"Kita mundur dulu, tidak akan bisa mengejar mereka di laut malam-malam begini."
Akashi terbang membawa pemuda tersebut balik ke pantai.
*****
Akashi dan timnya bergerak masuk ke dalam hutan setelah penyerangan yang terjadi, mereka menggendong Ikki yang tidak sadarkan diri setelah dikendalikan makhluk-makhluk tersebut.
Bersama pemuda tadi mereka berjalan di hutan ditemani cahaya mentari yang mulai muncul dari timur.
"Kita sudah berjalan sejauh ini, bisa kita istirahat sebentar kapten," ucap Syd.
Syd terlihat sangat mengantuk, dirinya belum tidur semalaman. Dampak menggunakan elemennya terlalu banyak membuat Syd kelelahan.
"Aku rasa juga sudah cukup jauh jadi mari sejenak kita beristirahat sampai matahari muncul seutuhnya."
"Terima kasih kapten," balas Syd.
"Matoi kau juga lelah karena menggendong Ikki, istirahat dulu karena perjalanan kita mungkin masih jauh."
"Baik kapten."
Syd dan Matoi beristirahat di bawah pepohonan. Meski hanya sebentar mereka harus beristirahat karena musuh bisa saja menyerang lagi kembali.
Akashi berjalan mendekati pemuda yang telah menolong timnya.
"Hey nak apa kau mau minum."
Akashi melempar sebotol minuman pada pemuda tersebut, pemuda itu menangkapnya.
"Terima kasih kak! Wah ini minuman, bagaimana cara minumnya,"
"Kau tarik tutupnya nanti akan keluar sedotannya,"
"sedotan?"
"Kau tidak tahu sedotan kah!"
"Tidak." Jawab polos pemuda tersebut.
Akashi menggaruk-garukan kepalanya bingung dengan pemuda tersebut, sekuno apa tempat tinggalnya sampai sedotan saja tidak ada. Apa pembangunan dari pemerintahan tidak sampai ke tempat tinggalnya.
"Hey nak perhatikan ini," Akashi menarik penutup pada botol lalu memasukan sedotan yang keluar ke dalam mulutnya. "Nah seperti ini!"
"Oh begitu, baiklah!"
Pemuda tersebut segera mempraktekkan cara yang ditunjukan Akashi.
"Seperti ini dan...." Pemuda tersebut mulai meminumnya. "Segarnya, ini seperti buah semangka."
"Yaa benar, itu adalah Jus buah."
"Jus buah." Pemuda itu kembali menyeruput minumannya.
"Iya, minuman yang memiliki rasa buah." Jelas Akashi
"Enaknya, dengan ini tidak perlu repot lagi mengunyahnya."
Pemuda tersebut sangat senang dengan sebotol jus yang diberikan oleh Akashi. Sepertinya pemuda tersebut baru pertama kali minum jus buah semangka.
Akashi yang melihatnya lalu duduk disebuah akar pohon besar, dirinya merasa tertarik dengan pemuda tersebut. Pemuda tersebut tidak terlihat kelelahan setelah pertarungan semalam dan kemampuan elemen yang dimilikinya sepertinya bukanlah petir.
Akashi berpikir mungkinkah anak ini seorang pengguna elemen cahaya.
"Hey nak siapa namamu tadi?" tanya Akashi.
"Ra, semua orang di desa memanggilku begitu," jawab pemuda tersebut.
"Hanya Ra saja, tidak ada tambahan lain."
"Tidak ada, namaku samakan dengan kak Syd." Tutur pemuda itu dengan pedenya.
"Syd itu nama panggilan, nama lengkapnya Sydney."
"Haaa, lalu Syd."
"Itu nama panggilnya saja. Benar kau namanya hanya Ra?"
Pemuda itu terdiam bingung dengan namanya yang terdiri dari 2 huruf saja.
*****
Akashi dan timnya akhirnya tiba di desa Hepo, desa tempat tinggal pemuda tersebut. Desa kecil yang sebenarnya tidak jauh dari pantai.
"Kalo tahu dekat tadi tidak usah istirahat kapten." Ucap Matoi.
"Anak itu tadi bilangnya jauh," balas Akashi
"Sepertinya anak itu tidak tahu bedanya Jauh dan dekat kapten!"
Mendengar perkataan tersebut, Akashi bertanya pada Syd.
"Syd!"
"Jangan memandangku kapten, kita saja baru bertemu semalam dengannya kan!"
"Haaa," Akashi menghela nafas, "Sepertinya pendidikan belum masuk ke desa ini, harus dilaporkan saat kembali nanti."
Benar-benar desa yang tidak moderen, tiang listrik saja tidak nampak di sekitar mereka.
Matoi memandang ke jalan melihat Ra datang kembali.
"Dia kembali kapten!" Pandang Matoi ke arah Ra.
"Hey Ra disini!" panggil Syd.
Ra menghampiri Akashi dan timnya, mereka dipersilakan masuk ke dalam desa.
Ra akan mengantar mereka kepada tetuah desa untuk menyembuhkan Ikki yang tak sadarkan diri.
Kondisi Ikki yang buruk membuat Akashi dan lainnya harus mencari pertolongan terlebih dahulu.
Akankah Ikki berhasil disembuhkan oleh tetuah dari desa Hepo dan siapakah para penjaga pantai itu.
Bersambung.