Tim Akashi tiba di desa Hepo tempat tinggal pemuda bernama Ra yang menolong mereka di pantai semalam, mereka kemudian disambut oleh tetuah desa Hepo yang bernama Malion. Tujuan Akashi dan timnya datang ke desa Hepo adalah untuk mengobati Ikki yang tubuhnya sempat dikendalikan oleh Vraux misterius yang tinggal di pantai sekaligus memeriksa dugaannya terhadap Ra.
"Cepat panggil tabib desa untuk merawat pemuda itu," Perintah Malion pada kedua anak buahnya.
Pria tua berjubah abu-abu yang memakai sebuah topi anyaman bambu di kepalanya, memberikan perintah pada anak buahnya, dari penampilannya yang berjubah terlihat Malion sangat disegani di desa Hepo.
"Baik tetuah Malion." Jawab beberapa pria di dekat Malion.
Anak buah Malion datang membawa tandu, memindahkan Ikki dari punggung Matoi ke tandu kemudian mengangkatnya dan membawa Ikki masuk ke dalam salah satu pintu di dalam balai desa.
*****
Di ruangan penjamuan Balai desa, Akashi dan timnya disambut oleh Malion, sebuah ruangan yang tidak begitu mewah namun cukup luas untuk menampung banyak orang. Mereka dipersilakan masuk dan diberikan jamuan makanan khas desa Hepo.
Malion duduk tak jauh dari Akashi, melepas topi dan jubahnya. Kini Malion nampak dengan kemeja putih berlengan panjang dan kain abu-abu panjang menutupi kedua kakinya. Wajah yang keriput dan memiliki sedikit noda hitam menyiratkan berapa tuanya Malion.
"Maaf bila makanannya berbeda dengan yang biasa kalian makan. Disini kami jauh dari perkembangan teknologi yang ada. Warga kami masih menggunakan gerobak dan kereta kuda untuk transportasi, Bahkan alat canggih yang bisa mengeluarkan makanan dan minuman dengan memasukan uang logam juga tidak ada." Tutur Malion.
Matoi berpikir, apa yang dimaksud dengan alat canggih yang bisa mengeluarkan makanan dan minuman oleh tetuah desa. Matoi lalu berbisik pada Syd.
"Masuknya kakek itu mesin penjual otomatis yaa! di Akademi itu kan banyak."
Dughhh...
Syd menyikut pelan perut Matoi, memberi tanda kepada Matoi untuk menjaga bicaranya di tempat asing yang belum mereka ketahui.
"Sssssttt diam Matoi, jangan bertanya yang aneh-aneh," balas Syd.
Matoi menutup rapat-rapat mulutnya, Akashi lalu menjawab perkataan tetuah desa Malion.
"Terima kasih atas jamuan dan juga pertolongannya, kami sangat bersyukur bisa diterima disini. Biarkan kami membalas jasa desa ini dengan mengabarkan kepada pemerintah tentang keberadaan desa ini."
"Itu tidak usah, biarkan desa ini seperti ini saja. Kami disini menjaga peradaban dari leluhur kami tuan Oradion, meski gunung Xliber sudah rata tapi kami sudah mendirikan kuil lain sebagai tempat penghormatan untuk tuan Oradion."
Gunung Xliber adalah salah satu tempat tinggal sang pahlawan Oradion, sejak turun temurun warga 3 negara dalam wilayah gunung Xliber selalu mengagungkan Oradion. Beberapa upacara dan ritual sering dilakukan untuk penghormatan pada Oradion yang telah menyelamatkan dunia.
"Baiklah jika demikian, saya kembali ucapkan terima kasih atas seluruh bantuannya."
"Kalian adalah tamu disini, tinggallah sebentar di desa ini." Ucap Malion sambil menyeruput secangkir kopi. " Pengobatan teman kalian tidak akan selesei dalam sehari atau dua hari."
Akashi menatap wajah Malion, Mata Malion tidak terlihat sedang berbohong. Sepertinya Malion tahu efek dari pengaruh lantunan musik oleh Vraux yang menjaga pantai tersebut. Besar kemungkinan Ikki tidak akan sembuh begitu saja, lagian misi mencari anak berelemen cahaya belum selesei.
"Baik jika memang keadaannya demikian, Kami mohon bantuannya."
Akashi dan timnya lalu menikmati jamuan yang sudah dihidangkan bersama tetuah desa dan para petinggi desa. Akashi berusaha membaur, bertanya banyak hal termasuk tentang Vraux di pantai dan juga kondisi desa yang terlihat tidak modern.
"Begitu yaa," senyum tetuah desa. "Vraux itu kami sebut sebagai Squido. Mereka berbadan manusia tapi memiliki 8 tentakel sebagai kakinya. Hidung mereka sangat unik karena dengan itu mereka bisa mengeluarkan suara untuk mempengaruhi manusia yang mendengarkannya." Jelas Malion.
"Tetuah Malion tahu itu, lalu kenapa tidak mengusirnya dari pantai?" Tanya Akashi penasaran.
"Hahahaaa...." Malion tertawa.
"Tetuah," sebut salah satu petinggi desa.
Malion lalu mengangkat tangannya ke arah petinggi desa tersebut menandakan sesuatu.
"Tidak apa-apa." balas Malion pada.
Malion melanjutkan percakapannya dengan Akashi.
"Disini kami tidak memiliki pasukan tempur yang sebanding dengan Squido, kemampuan mereka yang bisa mengendalikan tubuh seseorang membuat kami selalu siaga menggunakan penutup telinga ketika malam datang,"
Malion menunjukan penyumbat telinga yang mereka pake, alat itu tertempel di belakang daun telinga. ketika Squido datang mereka bisa langsung mengenakan penyumbat telinga tersebut.
"Malam!"
"Karena di malam hari saja Squido menyerang, mereka pernah berusaha memperluas daerah kekuasaannya sampai kesini. Namun kami hanya mampu bertahan saja tidak bisa mengalahkan."
Malion menjelaskan permasalahan Squido pada Akashi dan timnya. Semenjak kebangkitan Vraux diseluruh dunia, ketentraman manusia jadi terancam. Salah satu kejadian di daerah perserikatan pemerintah adalah musnahnya gunung Xliber salah satu gunung tertinggi yang membelah 3 negara.
Saat itu musnahnya gunung Xliber 7 tahun yang lalu diakibatkan oleh Vraux yang kembali bangkit, kehadiran Vraux menjadi tanda peperangan yang sudah hilang 500 tahun lalu akan dimulai kembali. Kehancuran tidak bisa dihindari, serangan besar dan dadakan menyebabkan masyarakat yang tinggal di gunung Xliber kehilangan tempat tinggalnya dan diungsikan sementara ke negara-negara di sekitarnya.
Bukan hanya itu, jatuhnya korban juga tidak bisa dihindari, orang-orang yang tingkat bertarungnya hanya berada di level 2-3 menjadi korban keganasan Vraux yang bangkit lagi. Pemerintah kewalahan dengan jumlah penduduk di ketiga negara yang harus diungsikan hingga akhirnya letusan besar terjadi meratakan gunung Xliber. Kehancuran gunung Xliber menjadi tanda kemenangan Vraux yang bangkit kembali, Pemerintah dianggap lemah dan tidak mampu mengatasi kembalinya Vraux. Jatuhnya korban tidak bisa dihindari, banyak warga desa Hepo kehilangan keluarganya.
"Sampai sebesar itukah!" Ucap Matoi yang bingung.
Malion tertawa. "Haaaahaaahaaaa... Kalian yang masih muda mungkin saat itu belum turun langsung ke lapangan jadi tidak mengetahui tragedi Gunung Xliber." Malion memainkan sup ditangannya dengan sendok sup yang terbuat dari keramik. "Kejadian saat itu sangatlah memukul bagi kami warga gunung Xliber, banyak yang kehilangan keluarganya seperti Ra yang yatim piatu sejak saat itu. Meski tidak diketahui siapa orang tuanya, Ra yang saat itu berusaha 6 tahun berhasil diselamatkan dan dibawa ke kelompok kami. Kami yang selamat kembali kesini dan membuat kuil baru untuk leluhur kami tuan Oradion sang penyelamat."
"Jadi anak itu yatim, lalu kenapa tetuah tidak pernah melaporkan hal ini pada tentara pemerintahan?" Tanya Akashi.
Dengan santai Malion menjawab, " Semua akan baik-baik saja, karena kami percaya desa ini dilindungi."
Tiba-tiba Ra bangun dari duduknya.
"Aku sudah selesei terima kasih atas makanannya."
Ra berjalan meninggalkan jamuan makan di balai desa. Dia keluar dengan wajah suntuk seperti ada yang mengganggu pikirannya. Akashi yang penasaran pada Ra lalu menanyakan tentang Ra kepada Malion.
"Maaf tetuah,"
"Iya, ada apa?" Sahut Malion sambil memperhatikan Ra yang berjalan keluar Balai desa.
"Kalo boleh saya bertanya apa, Ra seorang pengguna elemen cahaya."
"Iya. Kau tepat sekali, Kapten memang hebat!" Puji Malion kepada Akashi.
Matoi dan Syd terkejut, Mereka mengiranya Ra adalah pengguna elemen petir dari cara bertarungnya ketika di pantai malam itu.
Tetuah Malion menyambung kata-katanya. "Dia pengguna elemen cahaya tapi belum mampu menguasai 12 elemen, keterampilan utamanya adalah api, petir, angin dan besi."
"Pantas Ra bisa menggunakan Flash feet." Balas Akashi yang mengingat kembali kejadian di pantai semalam.
*Flash feet adalah kemampuan untuk berpindah tempat hanya dengan selangkah, semakin tinggi tingkat atau level penggunanya maka makin jauh jarak perpindahannya.
"Flash apa kapten?" tanya Syd dari belakang.
Matoi menjawab pertanyaan Syd. "Flash feet kemampuan berpindah tempat, beda dengan Instant step elemen petir yang melangkah sangat cepat. Hal itulah yang membuat Ra bisa berada di udara bersama kapten saat itu."
Syd tidak mengira bahwa kemampuan yang dimiliki oleh Ra adalah elemen cahaya bukan elemen petir. Orang dengan elemen cahaya sudah langka pada masa ini, tidak banyak garis keturunan cahaya terlahir setelah Oradion membebaskan pernikahan beda elemen. Akibat dari pernikahan tersebut maka anak akan terlahir dengan elemen yang berbeda dari orang tuanya, meski ada juga yang tetap meneruskan elemen ayah atau ibunya. Seperti Syd yang mewarisi elemen pasir dari Ayahnya.
"Anak itu cukup unik, tidak mudah kehabisan stamina tapi sulit mempelajari elemen lain, dengan ragam kemampuan elemen yang dimilikinya membuatnya Ra efektif bertarung dengan siapa saja. Warga kami bilang Ra adalah anak gunung Xliber."
Anak yang terlahir untuk melindungi gunung Xliber, dia yang bergaris keturunan cahaya sama seperti sang pahlawan Oradion
*****
Akashi dan timnya lalu disediakan kamar di balai desa. Mereka akan bermalam untuk beberapa hari. Kondisi Ikki yang baru setengah sadar membuat mereka harus menghabiskan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Akashi memerintahkan Matoi mengirimkan pesan kepada pusat tentang kondisi mereka.
"Kapten apa perlu kita bilang tentang desa ini!"
"Nanti dulu Matoi, yang terpenting bilang kita sudah menemukan anak berelemen cahaya."
"Ra yaa kapten,"
"Benar. Kita harus membawa anak itu ke akademi, Ra adalah harapan. Bakat cahaya yang tidak boleh disia-siakan."
"Baik kapten akan Aku kirimkan sesuai perintah kapten."
Matoi lalu mengirim pesan singkat pada pusat dengan alat komunikasinya.
Misi menemukan anak berelemen cahaya sudah berhasil, sekarang Akashi hanya perlu menyembuhkan Ikki dan membawa Ra ke Akademi tentara pemerintahan.
Bersambung.