Desa Hepo yang biasanya tenang seketika berubah menjadi arena petarungan, semua warga diungsikan ke balai desa demi menghindari jatuh korban. Tidak hanya menyerang tetapi para Squido juga menculik beberapa warga desa Hepo yang terpengaruh oleh musik ciptaan mereka.
Akashi terbang di angkasa mencari keberadaan para Squido, dari angkasa Akashi melihat desa Hepo berubah menjadi lautan api yang membara. Desa yang damai dan sejuk seketika hancur dan luluh dalam kobaran api. "Kurang ajar para Vraux itu!" Guman Akashi murka.
Sebuah tombak melayang menuju Akashi yang sedang berada di angkasa, tombak itu meluncur tajam mengarah ke perut Akashi. Akashi yang menyadari tombak tersebut langsung menangkap tombak itu dengan tangan kanannya, dilemparkannya kembali tombak itu ke arah datangnya tadi.
Taaakkk.
Tombak itu ditangkis oleh seekor Squido berbadan besar yang berada di atas atap rumah yang terbakar. Tangan Squido itu menggunakan sebuah pelindung besar yang membuatnya dapat mematahkan arah tombak yang dilempar oleh Akashi barusan. Akashi yang melihat Squido tersebut langsung melesat turun mengarahkan pukulannya, Squido itu kena pukulan telak dari Akashi dan langsung terjatuh dari atap rumah yang terbakar tadi.
Meski telah dipukul oleh Akashi, Squido itu masih dapat berdiri. Dengan tentakelnya Squido itu menyerang Akashi yang sedang melompat turun. Akashi menahan serangan dari tentakel Squido tersebut dengan menyilangkan tangannya pada wajah dan dan badannya namun sayang kaki Akashi berhasil dililit salah satu tentakel milik Squido tersebut, dengan cepat Squido itu langsung membanting Akashi yang berada di udara.
Braaakkkk... Baraakkkk... Braaakkkk.....
Akashi dibanting berkali-kali ke tanah lalu dilempar ke salah satu rumah warga desa, kepala Akashi mengeluarkan sedikit darah akibat serangan tersebut. Akashi harus memikirkan cara mengalahkan Squido tersebut dengan cepat, badan besar Squido itu menunjukan kemampuan bertahan dan menyerang yang dimilikinya lebih unggul. Mau tidak mau Akashi harus menggunakan kemampuan elemen yang lebih tinggi dari fire ball untuk dapat segera melumpuhkan Squido tersebut.
"Flame Dynamite." Akashi bangkit dan membentuk kuda-kuda menyerang. Aura merah menyala keluar disekitar badan Akashi, layaknya api unggun yang menyala terang dalam hutan. Tubuh Akashi bersinar menyolok mata di sekitarnya. Akashi yang menyala lalu berlari dengan sangat cepat Squido tersebut, Squido yang tidak dapat melihat arah gerakan Akashi yang begitu cepat dan menyilaukan tidak dapat berbuat apa-apa hingga akhirnya Akashi berdiri di sampingnya lalu meledakan diri.
Dhuuuaaaarrrrrr...
*Flame Dynamite adalah kemampuan untuk membuat ledakan pada tubuh, dengan menaikan panas hingga tubuh menyala kemerahan maka penggunanya akan berubah menjadi bom hidup yang bisa meledakan dimana saja dan kapan saja.
Squido itu terbakar hangus oleh teknik salah satu teknik andalan Akashi Flame dynamite, meski membutuhkan banyak stamina tapi serangan telak seperti tadi pasti membuat lawan langsung tak berdaya. 1 tumbang masih banyak lagi berkeliaran. Akashi lalu bergegas bergerak mencari Squido yang lain, kali ini tidak dengan terbang melainkan dengan lari, Akashi berlari karena staminanya tadi sedikit terkuras oleh Flame Dynamite.
*****
Matoi menemui Malion dan para pengurus desa di kediamannya, Matoi lalu diminta untuk membantu evakuasi warga yang berada di Balai desa menuju Kuil penghormatan Oradion yang berada di utara desa dekat kincir angin raksasa. Kondisi musik yang mulai terasa memasuki gendang telinga menunjukan bahwa para Squido sudah semakin mendekat, jika seperti ini maka penutup telinga tidak akan mampu menahannya alunan musik dari Squido lagi. Jalan satu-satunya adalah mengungsi sejauh mungkin.
Matoi lalu bertanya apakah ada yang bisa bertarung menghadapi Squido di desa ini, Malion lalu menjawab tidak. Tidak banyak anak muda tangguh di desa kecil ini, kebanyakan orang tua juga hanya menguasai level 2-3 kemampuan penggunaan elemen.
Jawaban Malion membuat Matoi menelan salivanya, dengan warga yang lumayan banyak bagaimana cara melindungi semuanya sementara tidak ada yang mampu melawan. Kondisi ini tidak baik, harus segera ditangani oleh pihak pemerintah jika tidak Vraux jenis Squido akan berkuasa dibekas gunung Xliber.
"Tetuah jika keadaannya seperti ini, Kita harus segera menghubungi pemerintahan agar dikirimkan bantuan ke sini,"
"Tidak perlu anak muda, Kami di desa Hepo tidak ingin berhubungan dengan pemerintahan. Kami sudah dibuang oleh pemerintahan!"
"Dibuang, apa maksud anda tetuah Malion!"
Pernyataan Malion membuat Matoi terkejut, apa maksudnya dibuang. Desa Hepo berada di perbatasan 3 negara yang berkedaulatan dibawah perserikatan pemerintah. Ini masih wilayah pemerintah, tidak mungkin pemerintah abai terhadap wilayah dalam negera kedaulatannya.
Malion terlihat begitu marah, dirinya sangat menolak permintaan Matoi untuk menghubungi pemerintah. Dirinya percaya warganya akan dilindungi jiwa-jiwa kesatria yang ada di kuil pemujaan Oradion dan terus memaksa semuanya untuk mengungsi.
Dalam kegalauannya Matoi pun akhirnya pergi ke Balai desa, dirinya yang seorang tentara tidak mungkin akan membiarkan ada korban jatuh dalam kondisi seperti ini, ini adalah penjajahan yang harus dilawan. Meski tahu Malion tidak mengharapkan bantuan darinya tapi wajah para pengurus desa dan warga desa Hepo tidak bisa berbohong, mereka butuh bantuan dan harus segera ditolong, itu saja sudah jadi cukup alasan bagi Matoi untuk bertarung.
Setibanya di Balai desa, Matoi melihat Ikki melawan beberapa Squido yang berusaha menculik warga desa. Dengan kondisi yang kurang prima, Ikki dibantu oleh beberapa pria dewasa disana berusaha menjatuhkan Squido yang mendekati pintu masuk aula di Balai desa.
"Ikki, Kau tidak apa-apa sobat," Ucap Matoi yang merangkul Ikki, Ikki tidak mendengar perkataan dari Matoi karena menggunakan penutup telinga. Tangan Ikki lalu bergerak memberikan sandi kepada Matoi sama seperti yang dilakukan sebelumnya oleh Akashi. Matoi memperhatikan gerakan tangan Ikki, Ikki memberinya sebuah perintah untuk menghentikan gerakan para Squido.
"Baiklah akan ku coba, kau mundur saja dulu." Matoi bersiap menggunakan elemen tanah, dihentakan kakinya ke lantai dengan kuat. "Vise grap..." Lalu dengan seketika muncul tanah yang menjepit kaki para Squdio yang berada di lantai.
*Vise grap adalah kemampuan menciptakan batuan tanah untuk menjepit pergerakan lawan, pada level tinggi Vise grap bisa mengurung seluruh tubuh lawan.
"Kenapa cuma kakinya,"Ujar Ikki yang melihat efek kemampuan Vise grap milik Matoi tidak menutupi seluruh Squido yang tertangkap.
"Perhatikan ini," Matoi lalu menggunakan pengendalian tanah, dilemparkannya puing-puing batuan dari lantai ke arah Squido yang sudah tidak bisa bergerak. 3 ekor Squido yang tertangkap jadi bulan-bulanan kemarahan Matoi. berkali-kali batu menghantam tubuh dan kepala Squido tersebut hingga akhirnya mereka tidak bisa bangkit lagi.
Ikki yang melihat Squido tidak berdaya lalu memotong hidung mereka dengan Saber miliknya, sehingga Squido itu nantinya tidak bisa lagi memainkan musik untuk mempengaruhi warga desa.
*****
Dengan segenap kemampuaannya Ra berpindah berkali-kali dari tempatnya menuju desa, setibanya di desa Ra melihat keadaan desa yang mengalami kerusakan dimana-mana. Ra sangat murka melihat hal tersebut, perasaannya bergejolak ingin menghajar semua Squido yang sudah menghancurkan desa Hepo. "Kurang ajar kalian cumi-cumi sialan!" Teriak Ra yang langsung berpindah tempat lagi.
Saat berpindah Ra tanpa sengaja melihat seekor Squido berbadan besar dengan cakar ditangannya sedang menyeret seorang pemuda di atas tanah. Ra berhenti menyadari pemuda yang sedang diseret oleh Squido itu adalah Tokio, temannya sang penjaga kincir angin raksasa.
Ra mengepalkan tangannya, melontarkan pukulan kearah Squido tersebut dengan penuh amarah. Namun sayang Squido itu tahu pergerakan Ra, dengan sigap Squido tersebut menangkis pukulan Ra dan membalasnya dengan cakarnya yang besar dan tajam.
Jebreeettt
Kaki Ra terkena serangan dari cakar Squido tersebut. Ra terlempar dan jatuh ke tanah, sambil memegangi kakinya yang berdarahh Ra berusaha bangkit. Luka itu lumayan berdampak bagi Ra karena membuatnya sulit berdiri dan bergerak.
Akibat serangan dadakan dari Ra, Squido itu melepaskan Tokio namun sayang Tokio sepertinya tidak sadarkan diri. Melihat lawannya tidak bergerak maju, Squido tersebut menembakan cairan kental berwarna hijau daun ke arah Ra. Cairan berbau busuk itu adalah racun untuk melumpuhkan manusia, bila terkena kulit akan terasa terbakar dan menyebabkan luka yang cukup serius. Ra yang menyadari berusaha menghindar namun kakinya sulit digerakan, Ra lalu berpikir untuk menggunakan elemen pasir untuk bertahan. dihentakannya tanah dengan tangannya seperti yang dilakukan oleh Syd dulu ketika membuat Sand wall.
Daaagghhhh....
Sebuah batu besar pun muncul dari dalam tanah melindungi Ra yang sedang diserang cairan kental milik Squido. "Kenapa elemen tanah yang keluar," ucap Ra bingung. "Tidak masalah asalkan dapat menahan serangan cumi-cumi sialan tersebut tanah pun juga boleh!" Ra bangkit melihat bekas cairan pada batu yang melindunginya. Cairan itu juga dapat membuat batu membusuk. Ra harus lebih berhati-hati.
Dengan susah payah Ra bergerak, kembali dia menghentakan tanah dengan tangannya membuat beberapa batu pelindung. Squido yang menyadari hal itu berusaha mencari celah untuk menyerang Ra tetapi sayang batu yang diciptakan Ra lumayan banyak sehingga membuatnya sulit mengenai Ra. Squido itu akhirnya menembak membabi buta tanpa arah.
Ra yang sudah membuat pertahanan sempurna mulai kehabisan stamina. "Tidak ada jalan lain selain nekat mendekatinya lalu menembakan petir langsung pada badannya, namun itu akan melukai Tokio," saat staminanya mulai terkuras, Ra harus berpikir keras agar dapat memberikan satu serangan efektif yang langsung melumpuhkan Squido tersebut dan tidak melukai Tokio yang pingsan dibelakangannya.
Ra lalu mulai berpindah dari satu batu ke batu yang lain sambil mendorong batu itu perlahan ke arah Squido tersebut. Perlahan tapi pasti Ra bergerak maju mendekati Squido tersebut tetapi batu yang melindungi Ra juga ikut perlahan membusuk dan menjadi mudah hancur. Satu persatu batu yang Ra gunakan hancur dan tidak bisa digunakan bertahan lagi.
Ra dalam keadaan terdesak, staminanya terkuras cukup banyak! akankah Ra berhasil menolong Tokio.
Bersambung.