Syd dan Ra tiba di lapangan berumput di dekat kincir angin raksasa. Mereka lalu membuat penerangan dari obor yang mereka bawa, dengan membakar beberapa ranting pohon mereka membuat api unggun agar tidak terlalu gelap.
"Apa ini sudah cukup kak?" Tanya Ra yang sedang membakar kayu
Syd datang menghampiri Ra. "Kakak rasa sudah cukup, kau bisa menyisakan kayunya untuk nanti."
"Baik kak!"
Penerangan sudah selesei kini Ra bersiap untuk berlatih elemen pasir dengan melepas alas kakinya Ra bersiap-siap, pertama Syd mengeluarkan pasir dari dalam tanah. Pasir-pasir itu menumpuk di atas rerumputan, dengan pasir-pasir itu Syd akan mengajarkan Ra cara mengendalikan pasir terlebih dahulu. Selanjutnya Syd memperagakan beberapa kuda-kuda pengendalian pasir dihadapan Ra, sambil menggerakan badannya Syd memberikan instruksi dalam tiap gerakannya kepada Ra dan menyuruhnya memperhatikan baik-baik agar bisa menirunya.
"Elemen pasir memiliki dasar pengendalian yang sama dengan elemen tanah namun kau harus lebih lembut dalam mengendalikannya. Jika tanah sulit digerakan maka pasir lebih mudah digerakan. Begitu juga ketika kau menggunakan pasir untuk bertahan," Syd mengeraskan pasir yang digerakannya." Kau harus menggunakan tenaga lebih karena pasir tidak sekeras tanah."
Syd lalu meminta Ra memperagakan gerakan yang dilakukannya tadi, dalam sekejap Ra langsung bisa mengikuti gerakan yang baru saja ditunjukan oleh Syd bahkan sampai mengendalikan pasir yang menumpuk dihadapannya.
"Lihat Kak! Pasirnya bergerak," Ucap Ra dengan senangnya.
Sebenarnya Ra sudah bisa menggerakan sedikit pasir sebelumnya jadi lebih mudah baginya saat ini untuk mengendalikan pasir dengan dasar kuda-kuda yang diajarkan Syd. Namun Ra harus berusaha mengeluarkan stamina lebih karena pasir belum dikuasainya atau bisa saja dirinya lemah dalam penggunaan elemen pasir.
"Bagus Ra! coba pertahankan."
Syd kemudian berdiri di samping Ra, dirinya kembali memperagakan kuda-kuda yang tadi ditunjukannya tapi kali ini berbeda. Pasir yang dikendalikannya dibuat bergerak meliuk-liuk di udara mengikuti gerak tubuh Syd. Gerakan Syd bagai sebuah tarian yang diikuti oleh pasir-pasir yang berterbangan disekitarnya.
Ra yang menyaksikan hal itu langsung mencoba menggerakan pasir yang dikendalikannya seperti milik Syd. Tangan dan kakinya bergerak kesana kemari seperti sebuah gerakan bertarung, membuka, bergeser bahkan melontarkan pukulan dan tendangan tapi sayang pengendalian Ra belum sempurna sehingga pasir yang dikendalikannya jatuh satu persatu sampai habis.
"Aarrggghhh kenapa pasirnya berjatuhan?" Tanya Ra bingung.
"Itu karena kau belum sepenuhnya mengendalikan pasir. Kau harus terus mencoba Ra! Rasakan alunan angin ketika menggerakan pasir karena pasir diterbangkan oleh angin."
Ra tidak mau menyerah terlalu dini dia kembali mencoba lagi dan lagi sampai pasir itu benar-benar mengikuti gerakan tubuhnya. pengendalian pasir memiliki aspek seperti angin namun memiliki kepadatan yang lebih tinggi, terlalu lembut akan membuatnya rapuh maka dari itu harus dibuat lebih keras. Ra yang sudah memahami pengendalian angin biasa membuat gerakan yang lembut karena angin yang lembut akan makin tajam daya serangnya sedangkan pasir butuh makin bertenaga agar kepadatannya didapat.
Dalam penggunaan kemampuan elemen tahap paling dasar adalah pengendalian dengan kata lain mengontrol elemen yang sudah ada. Baru ditingkat selanjutnya adalah menciptakan dan manipulasi elemen menjadi bentuk senjata untuk menyerang, bertahan dan lain-lain. Oleh sebab itu seorang pengguna elemen wajib memiliki kemampuan pengendalian elemen.
Penggunaan elemen dibagai dalam berbagai tingkatan dari 1 hingga 10, pada umumnya semua orang sudah berada di tingkat atau level 1 dan 2 untuk kemampuan mengendalikan elemen. Ketika beranjak ke tingkat 3 sampai 7 mereka akan mampu menciptakan dan memanipulasi elemen. Pada level 8 sampai dengan 10 kemampuan tertinggi diraih hingga mampu menciptakan gerakan atau jurus original yang tidak bisa dipakai oleh sesama pengguna elemen yang sama.
"Hiyyaaaa.... Daaaaa.... Daaaa....."
Ra terus mengasa kemampuannya, sementara itu Syd duduk dihamparan rerumputan hijau memandangi langit malam yang berbintang. Sudah pukul 1 namun Ra belum mau beranjak pulang. Syd yang sudah mulai mengantuk lalu berkata.
"Kakak pulang duluan yaa, kau nanti tolong rapikan pasirnya!" Ucap Syd sembari bangun dari duduknya.
"Rapikan, maksudnya apa kak?"
"Kau tidak lihat pasir-pasir yang kau buat beterbangan dari tadi, kau harus mengumpulkannya kembali Ra agar padang rumput ini tidak kotor oleh pasir-pasir yang kau gunakan berlatih."
"Tapi kak," Ra mengeluh.
"Tidak ada tapi-tapi, sudah menjadi tanggung jawabmu menjaga kebersihan disini loh."
Ra merengut, wajahnya terlihat tidak suka untuk membersihkan pasir-pasir yang sudah terhampar luas di padang rumput tempatnya berlatih. Pasirnya terlalu banyak dan menyebar kemana-mana, butuh waktu lama untuk mengumpulkan pasir-pasir tersebut dalam satu tempat.
Syd yang tidak peduli lalu meninggalkan Ra, sudah jadi kewajibannya menjaga kebersihan tempat tesebut, jangan sampai nanti warga desa Hepo yang ingin memakai tempat itu untuk memanen padi malahan tidak bisa. Syd melakukan ini juga bagian dari latihan untuk Ra.
*****
Di pinggir pantai, puluhan Squido naik kepermukaan dengan memegang senjata ditangannya dan juga membawa tali yang terbuat dari tanaman laut. Nampak ada 20 sampai 27 ekor Squido yang berjalan memencar memasuki hutan malam itu. Dari beberapa ekor Squido nampak ada yang besar dan bersenjata lengkap.
Squido-squido tersebut bergerak masuk ke dalam hutan menuju desa Hepo. Mereka membentuk kelompok 3-5 ekor lalu menyebar di dalam hutan. Squido yang besar nampaknya memiliki kemampuan berpikir hingga mampu mengatur kawanannya.
Di masa sekarang ras Vraux sudah bukanlah hewan liar yang menyerang sesukanya untuk menjajah tanah yang dijaga oleh manusia. Mereka berkembang jadi memiliki kemampuan berpikir layaknya manusia. Dengan keunikan yang dimiliki Vraux manusia dengan tingkat kemampuan pengendalian elemen yang rendah, tidak akan mampu menghadapi Vraux dengan mudah.
Para Vraux berkumpul di sekitar perbatasan hutan dengan desa Hepo, Mereka akan kembali memainkan musik mereka untuk mengusir manusia-manusia yang ada di dalam desa Hepo. Setelah seekor Vraux memberikan kode, lantunan musik pun di mulai. Dengan menggunakan hidung mereka yang panjang seperti sebuat seruling atau terompet, para Squido itu membuat suara untuk mengendalikan warga desa Hepo.
Warga desa Hepo yang selalu waspada terhadap keberadaan Squido yang bisa datang kapan saja ke desa mereka terutama pada malam hari selalu menyiapkan penutup telinga di dekat mereka agar tidak mudah dipengaruhi. Namun malam ini berbeda, 7 ekor Squido berbadan besar masuk dan menyerang desa. Mereka membuat keributan dengan menyerang rumah-rumah warga, tidak itu saja mereka juga membawa sejumlah warga yang tidak berdaya menghadapi mereka.
Meski setiap orang yang lahir memiliki kemampuan penggunaan elemen tetapi jika tidak pernah dilatih atau digunakan ala kadarnya saja maka mereka akan terus berada di tingkat 1-3. di desa Hepo yang penduduknya jauh dari fasilitas pemerintahan, warganya banyak yang tidak menguasai elemen sampai tingkat diatas 3 hal itu juga yang sebenarnya membuat warga desa Hepo kesulitan mengusir Squido yang berada di pantai dekat tempat mereka tinggal.
Tapi penyerangan malam ini berbeda, Squido yang biasanya hanya mengandalkan kemampuan suara mereka kini maju dan langsung menangkap warga desa Hepo yang biasanya bersembunyi dan menghindari mereka. Kepanikan terjadi di desa Hepo malam itu, petarungan melawan Squido yang masuk ke dalam desa tidak bisa dihindari hingga membuat beberapa rumah warga rusak dan terbakar.
"Kapten gawat, Squido menyerang!" Teriak Matoi kepada Akashi yang berjalan menghampirinya.
Akashi yang mengenakan penutup telinga tidak dapat mendengar jelas suara Matoi, Akashi lalu menggunakan bahasa isyarat dari untuk berkomunikasi dengan Matoi. Dengan menggerakan kedua tangannya, Akashi memberi perintah pada Matoi. Matoi yang memahami hal itu segera bergerak.
Akashi menyuruh Matoi untuk pergi ketempatnya Tetuah Malion, sedangkan dirinya membantu evakuasi warga yang di serang.
*****
Ra yang terbaring di atas tumpukan pasir mulai merasa letih, dirinya terlalu banyak menggunakan kemampuan elemennya malam itu. Pasir-pasir yang dipakainya latihan berhasil dikumpulkan sehingga menumpuk di dekat sebuah pohon besar. Sesuai perintah Syd, Ra merapikan semua pasir yang digunakannya sebelum pulang. Ra yang merasa staminanya berkurang lekas ingin pulang dan makan untuk mengisi lagi staminanya.
"Baiklah aku sudah dulu malam ini, ternyata merapikannya saja sudah seperti latihan. perut ku sangat lapar!" Ra memegangi perutnya. "Apakah ada sisa makanan di rumah yaa, kalo tidak ada berarti aku harus mengambil diam-diam di Balai desa!"
Ra bangun dan berjalan ke arah desanya namun ketika memandang ke seberang, Ra melihat ke arah desa yang sudah terbakar, asap hitam dan langit memerah terlihat dari hamparan padang rumput tempat Ra berada.
"Desa Hepo..... Sial, apa yang terjadi! Kenapa bisa ada kebakaran!" Ujar Ra yang langsung menggunakan kemampuan Flash feet nya.
Ra amat kesal karena desa tempat tinggalnya terbakar, wajahnya penuh emosi dan segera meluncur ke desa Hepo secepat yang dibisanya. Dengan sisa staminanya Ra masih mampu menggunakan kemampuan pengendalian elemennya apabila nanti harus berhadapan dengan Squido namun apakah itu cukup melihat Squido yang masuk desa ukurannya tidak seperti ukuran pada biasanya.
Sementara itu di salah satu kamar di Balai desa, Ikki terbangun dari tidurnya, Ikki berjalan keluar Balai kota dengan beberapa perban menempel pada badannya, apakah Ikki kembali dikendalikan oleh Squido?
Bersambung.