Syd pergi menemui Ra sendirian ke rumahnya, dirinya penasaran dengan pemuda tersebut. Pengguna elemen cahaya sangatlah langka, hanya ada beberapa di tentara pemerintahan. Kemampuan unik mereka yang bisa menguasai ke 12 elemen adalah sesuatu yang membedakannya dengan pengguna elemen lain.
Berdasarkan informasi dari tetuah Desa, Ra tinggal di salah satu rumah di dekat balai desa. Ra tinggal sendirian karena seorang yatim. Tetuah desa lah yang mengurus kebutuhan hidupnya selama ini. Meski seorang yatim, Ra tidak pernah mengeluh. Dirinya menganggap orang-orang di Balai desa sebagai keluarganya.
Syd tiba disebuah rumah kecil di bagian timur balai desa, rumah berwarna kuning kecoklatan dengan pagar kayu yang sudah rusak di depannya. Untuk ukuran anak berusia 12 tahun yang tinggal sendirian, rumah seperti ini agak menyeramkan apalagi ada pohon besar di dekatnya.
Syd lalu masuk dan mengetuk pintu.
Tok... Tok... Tok...
"Sebentar," balas seseorang dari dalam rumah. Pintu lalu terbuka, terlihat Ra dari balik pintu sedang mengenakan celananya.
"Aaahh.. Kak Syd,"
Gubraaakkk
Pintu kembali ditutup.
"Loh eh kenapa anak itu," ucap Syd bingung.
Kenapa tiba-tiba pintunya dibanting, dia melihat hantu kah! pikir Syd yang menatap ke daun pintu di hadapannya. Ra yang baru saja bangun hanya mengenakan celana lekas kembali menutup pintu.
Sementara itu di dalam rumah.
"Aduh mana yaa,"
Ra mengacak-ngacak keranjang bajunya, mencari kaosnya yang telah dicuci. Ra nampaknya malu hanya mengenakan pakaian seadanya dihadapan Syd, Syd yang usianya masih 20an nampak seperti kakak perempuan bagi Ra. Dirinya yang jarang berinteraksi dengan wanita pastinya malu jika penampilannya buruk atau seadanya.
"Ini dia," ucap Ra mengambil bajunya yang terlihat lusuh belum digosok. Dikenakan begitu saja baju tersebut lalu kembali keluar. Pintu dibuka, Syd sudah tidak ada di depan pintu.
"Loh kemana kak Syd," Ra keluar mencari Syd. "Kakak.... Kakaakk..." Panggilnya berulang kali.
Ra berjalan keluar dari rumahnya, dirinya mengeliling sekitar rumahnya lalu berhenti melihat Syd yang berdiri di atas pohon, pohon besar yang tumbuh di samping rumahnya. Terlihat Syd sedang memperhatikan sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Kakak, kakak sedang apa?" Tanya Ra.
Syd lalu melompat turun, menghampiri Ra.
"Apa itu perbuatanmu Ra?" Tanya Syd menunjuk salah satu akar pohon.
Sebuah akar pohon yang tumbuh tidak lazim dengan beberapa tonjolan kayu yang keluar dari atasnya. nampak seperti seseorang sedang berusaha memanjangkan akar kayu tersebut dengan elemen kayu.
"Oooh itu, Iya itu aku lakukan kemarin ketika latihan elemen kayu,"
Bagi penggunan elemen cahaya jika menggunakan kemampuan eleman yang belum atau sulit dikuasai makanya penggunanya akan cepat kehabisan stamina.
"Sudah berapa elemen kau kuasai?"
"Semuanya."
"Semuanya!"
Mendengar hal itu Syd terkejut, seorang anak usia 12 tahun menguasai ke 12 elemen. Usianya terlalu kecil untuk mempunyai stamina sebanyak itu apalagi menguasainya. Jelas kondisi yang tidak lazim.
"kakak mau lihat."
Syd lalu mengangguk menandakan dia ingin melihatnya. Ra lalu menunjukan kemampuannya menggunakan ke 12 elemen. Dimulai dari mengeluarkan api dari telapak tangannya, sebuah api kecil menyala bagai lilin di tangan Ra, lalu angin yang dihembuskan dari mulutnya tapi tidak sekuat milik Ikki, Ra kemudian berlari kedekat pohon yang berembun, air embun yang ditarik dari dalam pohon lalu dibekukannya seperti es.
Selanjutnya Ra menghentak Tanah hingga terbelah, dilanjutkan dengan mengeluarkan Besi dan kayu dari ujung kuku-kuku jarinya, memetik buah apel kemudian dirubahnya menjadi emas, pasir dimunculkan dari tanah lalu yang terakhir memunculkan kegelapan pada tangan kirinya dan cahaya pada tangan kanannya. Syd takjub melihat semua hal itu, kemampuan dasar elemen baik manipulasi atau penciptaan dikuasai oleh Ra. Dan kini sebuah bola cahaya dan kegelapan mengambang di atas tangan Ra bagai bola sepak yang sedang dipegang, kemampuan ini jelas hanya dimiliki oleh penggunan elemen cahaya.
"Siapa yang mengajarimu Ra?" Tanya Syd yang penasaran pada Ra yang begitu luar biasa.
"Tidak ada, ini semua aku kuasai dengan menyaksikan orang lain menggunakan kemampuan elemennya."
"Tapi cahaya dan kegelapan, disini tidak ada penggunanya kan?"
"Tidak ada, hanya aku pengguna cahaya di sini sedangkan kegelapan tidak ada. Kata orang-orang desa 2 kemampuan itu sangat langka penggunanya."
"Jadi kau belajar sendiri?"
"Iya," jawab Ra santai.
Bukan main, anak ini menguasai elemen yang bahkan tidak diajarkan sama sekali oleh orang lain. Benar-benar anak berbakat yang harus segera dibawa ke akademi. Orang-orang di tentara pemerintahan saja butuh seorang Guru untuk mengajari mereka teknik-teknik penggunaan elemen.
"Tapi ada masalah sebenarnya kak!"
"Masalah,"
Syd menatap Ra yang menggaruk-garuk belakang lehernya. Ra nampak malu untuk mengungkapkan suatu hal.
"Hanya petir, api, besi dan angin yang benar-benar aku kuasai."
"Maksudnya, elemen yang lainnya tidak kau kuasai?"
"Tepat sekali. Bisa kakak ajari aku elemen pasir seperti kakak."
Syd kebingungan wajahnya terlihat panik, dirinya diminta untuk mengajari elemen pasir oleh Ra. Syd yang tidak berpengalaman dalam hal mengajar bingung setengah mati. Dirinya pun langsung menjawab.
"Baiklah, tapi sebelumnya temani kakak berkeliling desa dulu."
Syd sedang berusaha mengulur waktu, dirinya sesungguh tidak mau mengajari Ra, hanya mereka yang bergelar guru yang bisa mengajarkan elemen ke orang lain. Namun melihat Ra bisa belajar dari meniru mungkin itu bisa menolongnya tanpa perlu memberinya pemahaman dasar-dasar penggunaan kemampuan elemen.
"Baiklah jika begitu, Aku mandi dulu kak. Nanti aku antar kakak berkeliling," Ucap Ra berlari ke rumah.
Syd langsung berkata. " Nanti temui kakak di tempat kakak menginap, Kau tahu kan Ra!"
Ra berhenti lalu membalikan badannya seraya membalas.
"Iya kak, aku tahu."
Mereka berdua lalu berpisah.
*****
Syd segera mencari Akashi, dirinya lalu menceritakan pertemuannya pagi ini dengan Ra.
"Dasar kau payah Syd, mengajarinya saja tidak bisa!" celetuk Matoi yang duduk disebelah Akashi.
"Aku kan tidak mengikuti pelatihan guru sepertimu Matoi,"
"Makanya kalo ada pelatihan ikut, jangan sibuk jalan-jalan."
Matoi bangun dari duduknya pergi mengambil teko berisi teh.
Akashi yang mendengar cerita Syd lalu berkata. "Coba kau tunjukan saja kemampuan dasar elemen pasir, dia bilang belajar dengan menyaksikan saja kan. berarti dengan meniru!"
"Meniru, maksudnya kapten?" Tanya Matoi
"Dia tidak paham dasar dari pengendalian, gerakan, penggunaan stamina atau tekniknya."
"Jadi dia bisa begitu saja." Sahut Syd yang sedari tadi memperhatikan Akashi.
"Mungkin itu juga yang membuatnya hanya bisa menguasai yang kemampuan level bawah saja, secara Ra tidak paham dasar penggunaan elemennya.
"Tapi Flash feet, itukan bukan dasar kapten," Ucap Matoi yang sedang menuang teh ke gelasnya.
"Ucapan Matoi benar, Aku jadi pusing memikirkannya. Yah untuk sementara seperti itu saja dulu Syd. Kau cukup mencontohkannya saja."
Akashi bangun dari duduknya dan merebakan badannya pada kursi panjang di dekatnya. Akashi juga sepertinya bingung dengan Ra, anak sekecil itu menguasai elemen cahaya dan kegelapan tanpa ada yang mengajari. Mendengar perkataan Syd yang melihat Ra memegang bola cahaya dan kegelapan di tangannya membuat Akashi begitu penasaran.
"Seandainya aku tahu Ra itu berada dilevel berapa mungkin akan lebih mudah." Gumam Akashi memandangi langit-langit kamarnya.
*****
Ra datang menjemput Syd, sesuai janjinya mereka akan berkeliling desa. Ra mengajak Syd kebeberapa tempat di desanya mulai dari pasar, sawah, hingga kincirnya angin raksasa yang menjadi pemasok listrik untuk desa Hepo. Dengan kincir angin raksasa ini warga desa Hepo memenuhi kebutuhan listrik rumahannya. Desa Hepo begitu indah dan damai, disini orang-orang hidup damai dalam kesederhanaan. Tidak adanya gas, listrik bahkan kendaraan, tidak membuat mereka kesulitan.
Suasana pasar yang sama seperti ketika Syd masih kecil dulu membuatnya membeli beberapa jajanan manis di pasar. Sungguh kenangan yang indah bagi Syd, Syd bersyukur menyempatkan diri berjalan-jalan di desa Hepo.
Syd dibawah ke kincir angin raksasa, dirinya sangat takjub melihat kincir angin besar dihadapannya seperti sebuah biang lala di taman bermain. Ra lalu mengajak Syd naik ke kincir angin besar itu, disana ada seorang anak laki-laki seumuran Ra.
"Tokio...." Teriak Ra memanggil anak itu dari bawah.
Tokio salah satu petugas kincir angin raksasa pengguna elemen kayu, dirinya baru berusia 12 tahun tapi sudah diberi tanggung jawab untuk mengurus kincir angin raksasa. Ra sering datang mengunjungi Tokio yang sedang bekerja menjalankan kincir angin raksasa.
Tokio yang berada di atas menunduk melihat ke bawah.
"Ra.... Naik lah!" Perintah Tokio.
Ra mengancungkan jempolnya pada Tokio lalu mengajak Syd masuk untuk naik ke atas kincir angin raksasa.
"Yang di atas itu temanmu Ra?" Tanya Syd sambil melangkah pada anak tangga yang terbuat dari kayu.
"Iya. Dia Tokio yang bertugas menggerakan kincir di atas sana, seorang pengguna elemen kayu."
"Kayu!"
"Karena kincir itu hampir semuanya terbuat dari kayu jadi butuh pengguna elemen kayu untuk menggerakannya ketika tidak ada angin berhembus."
"Oooh seperti itu, tidak bahaya kah!"
"Tenang Tokio sudah terlatih. Penggunaan elemen kayunya luar biasa,"
Syd tersenyum dan terus mengikuti Ra hingga tiba di atas kincir angin. "Indahnya!" Ucap Syd melihat pemandangan desa yang hijau dari atas kincir angin besar.
Ra menyapa Tokio yang sedang berjaga, Tokio kali ini sendirian menjaga kincir angin raksasa karena yang lainnya sedang sibuk untuk memanen hasil pertanian yang sudah tiba waktunya. Tokio yang baru pertama kali melihat Syd lalu bertanya pada Ra.
"Wanita itu siapa?" Tunjuk Tokio.
"Dia Kak Syd, orang luar yang aku selamatkan di pantai."
"Kau menyelamatkan seorang perempuan, hebat sekali Ra."
Mendengar perkataan Tokio, Ra pun jadi besar kepala.
"Tentu saja, aku satu-satunya pengguna elemen cahayadi desa tahu, haa haa haaa" Tawa sombong seorang pemuda yang takabur padahal kemampuannya masih dibawah yang lain.
"Apa kau dapat ciuman atau pelukan, biasanya kalo kau menyelamatkan wanita maka wanita itu akan menciummu seperti di buku-buku dongeng."
Ra menggeleng-gelengkan kepalanya. " Tidak, mana sempet waktu itu."
"Payah sekali kau Ra. Kau harus memintanya!"
Syd datang menghampiri Ra dan Tokio.
"Kalian sedang membicarakan apa?" Tanya Syd.
"Tidak apa-apa kok kak," jelas Ra.
"Eh apa disini kita boleh makan?" Tanya Syd yang melihat bagian atas kincir angin sebagai tempat yang cocok untuk bersantap ria.
Tokio menjawab. "Boleh saja asal nanti dirapikan, disini tidak boleh kot"
Syd memotong pembicaraan Tokio lalu mengeluarkan sebagian makanan yang dibelinya di pasar tadi. "Kalau begitu kita makan kuenya di sini saja,"
Betapa senangnya Ra dan Tokio, mereka bisa menikmati jajanan pasar yang tadi dibeli Syd, jarang bagi mereka makan jajanan pasar sebanyak itu karena mereka bukan dari golongan kaya. Mereka bertiga lalu duduk bersama menikmati kue yang dibeli Syd di pasar. Sambil memandangan hamparan tanah yang hijau dan angin yang berhembus sejuk mereka menikmati suasana siang itu dengan damai dan gembira.
*****
Sesuai janji, Ra kembali datang ke penginapan Syd malam itu. Dengan wajah gembira, Ra sudah tidak sabar untuk berlatih elemen pasir.
"Kak Syd!" Panggil Ra.
" Hey Syd, fans mu datang tuh!" Ucap Matoi yang mendengar teriakan Ra.
Syd yang sedang memakai sepatunya berkata. " Iya aku tahu," Setelah mengikat tali sepatunya, Syd bangun dan berjalan keluar.
"Jangan malam-malam pulangnya!"
"Aku sudah dewasa, jangan kau atur-atur Matoi!"
Syd lalu berjalan keluar menemui Ra yang sudah tidak sabar untuk berlatih elemen pasir. Mereka lalu berjalan menuju tempat kincir angin raksasa, disana ada sebuah lapangan luas yang cocok untuk berlatih elemen tanpa mengganggu warga yang sedang beristirahat.
Bersambung