Chereads / Love Is Never Wrong / Chapter 18 - Kebohongan Nesya Lagi

Chapter 18 - Kebohongan Nesya Lagi

Kemudian setelah itu Nesya mengatur keadaannya seolah-olah sedang sangat lemas dan tidak bisa apa-apa. Dia mengompres keningnya dengan air panas supaya nanti jika di pegang oleh Adrian, keningnya benar-benar terasa panas. Sambil menunggu Adrian tiba di rumahnya, Nesya tetap berbaring di atas kasurnya.

*****

Sedangkan Adrisn saat ini sedang merasa tidak enak dengan Nesya. Setelah meeting selesai, Adrian pun langsung pergi untuk membeli makanan dan keperluan Nesya yang lainnya. Kemudian Adrian akan pergi ke rumah Nesya.

"Gua mau ke rumah Nesya, Ric. Lu bisa ga temanin gua?"

"Aduh. Sorry Yan, bukannya gua ga mau, tapi udah malam ini. Istri gua udah nanyain gua terus dari tadi. Anak gua juga lagi kurang enak badan katanya. Sorry banget ya."

"Yaudah kalo gitu. Ga apa-apa. Biar gua pergi sendiri. Kalo gitu gua cabut duluan ya."

"Yoi. Hati-hati lu."

"Sip."

Adrian berlarian kecil menuju ke parkiran kantornya. Kemudian Adrian segera menghidupkan mobilnya dan pergi membeli makanan untuk Nesya. Adrian mampir ke salah satu restoran yang dekat dari kantornya dan merupakan restoran langgannya juga. Adrian sengaja memesan makanan yang hangat-hangat untum Nesya. Seperti bubur ayam, sop, minuman jahe hangat dan yang lainnya. Adrian juga membeli kue manis dengan rasa strawberry untuk makanan penutup Nesya. Karena Nesya kali ini sedang sakit demam akibat kehujanan tadi.

"Permisi. Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya salah satu pelayan yang ada di restoran itu.

"Saya mau take away makanan yang hangat-hangat dan juga minuman hangat. Apapun itu yang ada di sini, saya beli. Oh iya, sama makanan penutupnya jangan lupa. Jangan rasa cokelat. Rasa strawberry aja atau yang lainnya."

"Baik, Pak. Mohon di tunggu sebentar."

"Terima kasih."

Setelah memesan makanan dengan pelayan restoran tersebut, Adrian harus menunggu di siapkan semua makanannya itu. Adrian menunggunya dengan duduk di kursi yang sudah di sediakan oleh restoran tersebut bagi pembeli yang hanya ingin take away atau di bungkus. Tidak lama kemudian pesanan Adrian selesai.

"Atas nama Bapak Adrian."

"Iya. Berapa semuanya?"

"Semuanya jadi 520.000 Pak."

"Oke. Ini uang ya. Kembalinya ambil aja."

"Terima kasih banyak Pak."

"Sama-sama."

Karena Adrian sedang terburu-buru kali ini, akhirnya Adrian memberikan kembaliannya itu kepada pelayan restoran tersebut. Uang yang di berikan oleh Adrian itu sebesar 550.000 rupiah. Sehingga masih ada sisa 30.000 rupiah yang di dapatkan pelayan restoran tersebut.

"Kayanya gua juga harus beli sesuatu lagi buat permintaan maaf gua ke dia deh. Gua beli apa ya," pikir Adrian.

Ketika Adrian sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba Adrian melihat ada tukang bunga di seberang restoran. Akhirnya Adrian memutuskan untuk membeli bunga itu juga.

"Pak, bunganya satu buket ya. Pilih yang paling bagus aja."

"Ini Pak yang paling bagus. Harganya 300.000 rupiah."

"Oh iya, ini bagus. Yaudah kalo gitu saya ambil yang ini. Dan ini uangnya ya Pak. Terima kasih."

"Sama-sama Pak."

Setelah Adrian merasa cukup dengan apa yang sudah dia beli untuk Nesya, Adrian pun langsung segera pergi ke rumah Nesya. Kali ini Adrian pergi ke rumah Nesya sendirian. Tanpa Eric yang menemaninya

*****

Nesya yang sudah menunggu kedatangan Adrian merasa sangat cemas. Nesya takut jika Adrian datang justru demamnya itu sudah sembuh. Sehingga dia tidak mendapatkan perhatian lebih lagi dari Adrian.

"Aduh Mas Adrian kemana aja si. Lama banget. Gua telepon aja apa ya? Eh jangan deh. Kesannya gua ngarepin dia banget. Gua harus tetap stay cool di depan dia," ucap Nesya di dalam hatinya. Tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil yang datang di depan rumahnya.

"Itu kayanya suara mobil Mas Adrian deh. Gua harus pura-pura sakit."

"Assalamualaikum. Permisi. Nesya?"

"Masuk aja Mas. Aku ga kuat berdiri sekarang. Badan aku lemas banget," teriak Nesya dari dalam rumahnya.

Mendengar perintah dari Nesya seperti itu, Adrian pun langsung masuk ke dalam rumah Nesya. Dan menenui Nesya yang sedang terbaring di atas kasur.

"Ya ampun Mas. Kamu kan cape pulang kerja kok malah langsung ke sini. Aku ga apa-apa kok."

"Coba mana. Kamu panas ga?"

Aditya memegang kening Nesya.

"Kamu panas loh. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang?"

"Ga usah Mas. Ga apa-apa kok. Nanti juga sembuh."

"Beneran?"

"Iya, Mas."

"Yaudah kalo gitu kamu makan dulu ya. Nih saya bawain kamu makanan. Oh iya. Ada bunga juga. Sebagai tanda permintaan maaf saya ke kamu. Sekali lagi saya minta maaf ya karena tadi saya ga bisa jemput kamu di kantor."

"Wahh indah banget Mas bunganya. Aku suka. Makasih banyak ya Mas. Aku juga ga apa-apa kok Mas. Aku ngertiin kamu."

"Iya, sama-sama. Kamu sekarang makan dulu ya. Saya suapin."

"Iya, Mas."

"Gila. Gua mau di suapin sama Mas Adrian? Akhirnya dia bisa benar-benar jatuh ke pelukan gua," ucap Nesya di dalam hatinya.

"Kamu kenapa? Kok bengong gitu?" tanya Adrian.

"Ga apa-apa Mas. Aku ga nyangka aja kamu cape-cape pulang kerja tapi masih sempat datang ke sini buat jenguk aku."

"Ga apa-apa. Itu semua juga kan salah saya. Saya minta maaf ya udah buat kamu nunggu lama. Bahkan sampai sakit kaya gini."

"Ga apa-apa Mas. Ga usah minta maaf gitu. Aku ga apa-apa kok. Ini mah demam biasa karena habis kehujanan aja."

"Kamu besok-besok naik taksi aja. Kalo ga ada ongkosnya bilang aja sama saya. Nanti bisa saya transfer. Daripada kamu sakit kaya gini."

"Engga ah Mas. Masa iya aku mintain uang ke kamu. Ga enak lah Mas."

"Ga apa-apa. Kamu itu kan calon istri saya. Masa saya ga bisa jaga calon istri saya."

"I... Iya, Mas. Makasih banyak ya Mas. Kamu udah baik banget ke aku selama ini. Padahal kita baru aja kenal."

"Iya sama-sama. Yaudah kamu makan dulu ya. Nih, aaa...."

Sekarang Adrian sedang menyuapini Nesya yang katanya sedang demam. Dengan rasa penuh kasih sayang Adrian menyuapini Nesya dnegan perlahan.

"Aduh, enak banget si ini makannya. Tapi kalo gua sampai habis makannya nanti Mas Adrian yang ada curiga lagi kalo gua itu emang ga sakit," pikri Nesya.

"Kamu kenapa?"

"Aku udah kenyang Mas."

"Kok dikit banget si makannya? Makan kue mau?"

"Nanti aja deh Mas. Aku udah kenyang banget. Beneran deh. Mual juga rasanya."

"Yaudah kalo gitu nanti kalo kamu lapar, di makan lagi ya makannya. Dan kuenya juga di makan."

"Iya, Mas. Nanti aku makan lagi kalo aku lapar."

"Minum dulu nih. Ini air jahe hangat. Supaya badan kamu enakan."

"Iya, Mas. Makasih."

"Oh iya. Keadaan kakak kamu udah mendingan?"

"Alhamdulillah udah kok Mas. Kemarin cuma di suruh tebus obat aja."

"Oh gitu. Syukur deh kalo gitu. Obatnya mahal ya?"

"Lumayan si Mas."

"Kurang ga uangnya?"

"Engga Mas. Cukup kok. Cukup banget malah."

"Kalo kurang bilang saya aja ya. Jangan sungkan-sungkan."

"Iya, Mas."

Adrian melirik jam di tangannya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Adrian merasa tidak enak karena berada di rumah wanita hanya berdua. Akhirnya Adrian memutuskan untuk pamit pulang kepada Nesya.

"Nesya. Saya pulang dulu ya. Udah malam juga. Ga enak sama tetangga. Ga apa-apa kan?"

"Iya. Ga apa-apa kok."

"Kalo gitu saya pamit ya. Kalo perlu apa-apa langsung hubungi saya aja."

"Iya, Mas. Makasih."

"Pamit ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Hati-hati Mas."

"Iya."

Kini Adrian pun sudah pergi dari rumah Nesya untuk kembali pulang ke rumahnya.

"Cuma kasih itu doang? Ga kasih gua uang? Ah basi. Ga seru banget. Gua udah sampai hujan-hujanan gini padahal," ucap Nesya di dalam hatinya.

-TBC-