Chereads / Love Is Never Wrong / Chapter 23 - Rencana Pernikahan

Chapter 23 - Rencana Pernikahan

"Aduh, apa lagi ya yang terjadi sama keluarganya Nesya? Kasiban banget dia harus terus-terusan merasakan penderitaan. Ternyata saya masih termasuk orang yang beruntung karena masih tidak kekurangan apapun walaupun orangtua sudah tidak ada," ucap Adrian di dalam hatinya.

"Permisi Yah," ucap Eric.

"Iya masuk Ric," jawab Adrian.

"Siang ini kita ada meeting ya. Jangan lupa lu."

"Bisa ga meeting kali ini lu aja yang handle? Soalnya gua ada masalah nih."

"Masalah apa lagi si? Palingan juga masalah Nesya kan?"

"Iya. Sekarang ini Nesya sama kakaknya itu lagi di kejar-kejar sama suami kakaknya itu. Mereka berdua di ancam. Sampai-sampai Nesya itu sekarang pindah kontrakan."

"Ya ampun. Sampai sebegitunya ya masalah dia. Kayanya ga ada habis-habisnya masalah mereka berdua."

"Iya makanya. Gua ga tega kalo mereka harus merasakan ketakutan terus. Gua harus berusaha untu nenangin mereka berdua. Gua minta tolong sama lu untuk handle meeting kali ini."

"Ya bisa aja si. Tapi gua takut ngecewain lu di meeting kali ini."

"Tenang aja, meeting kali ini ga terlalu besar juga kan. Lagian gua juga percaya sepenuhnya sama lu kok. Pasti lu bisa handle semua ini."

"Thanks kalo lu emang percaya sama gua Yan. Karena sebenarnya gua juga masih banyak belajar kali ini."

"Iya. Kalo gitu gua pergi dulu ya sekarang."

"Iya. Hati-hati lu. Kalo ada apa-apa langsung hubungi gua aja. Biar gua bisa langsung ke sana dan nolongin lu."

"Iya. Thanks bro. Yaudah ya. Selamat berjuang untuk meeting, haha."

"Dasar lu. Bye."

"Bye."

Kini akhirnya Adrian pergi meninggalkan semua pekerjaannya. Bahkan meeting yang akan dia laksanakan juga ditinggalkan olehnya. Semua pekerjaannya kali ini di serahkan kepada Eric. Sahabat sekaligus rekan kerjanya. Termasuk meeting siangnya kali ini. Adrian pergi ke kontrakan baru Nesya sesuai dengan GPS yag sudah di kirimkan oleh Nesya melalui pesan whatsapp tadi.

"Gua harus cepat-cepat sampai di sana. Pasti saat ini Nesya sedang merasa ketakutan. Kasihan banget dia," ucap Adrian di dalam hatinya.

Ternyata jarak antara tempat tinggal lama Nesya dan tempat tinggal yang barunya sangat jauh. Adrian juga belum pernah datang ke daerah tempat tinggal Nesya yang baru ini. Sehingga Adrian sedikit kesulitan untuk mencari kontrakan baru Nesya.

Selama hampir satu jam Adrian terus mencari kontrakan baru Nesya, kini akhirnya Adrian sampai juga sesuai dengan arahan dari maps yang dia ikuti selama ini.

"Kayanya emang benar deh kontrakan Nesya yang baru di sini," pikir Adrian.

Kemudian Adrian pun mencari tempat parkir untuk memarkirkan mobilnya. Dan segera menghampiri kontrakan baru Nesya.

"Permisi... Nesya."

Tidak lama kemduian Nesya keluar dari dalam kontrakannya.

"Iya, Mas. Akhirnya Mas Adrian sampai juga."

Nesya ternyata masih terus berdrama di hadapan Adrian saat ini.

"Iya saya sekarang udah ada di sini. Kamu tenang dulu ya. Coba ceritain semuanya ke saya."

"Iya. Masuk dulu Mas. Sebentar ya aku buatin minum dulu."

"Ga usah. Ga apa-apa."

"Ga apa-apa kok Mas. Masa ada tamu ga aku sungguhin apa-apa. Tapi maaf ya cuma ada air putih doang."

"Iya, ga apa-apa."

"Eh, ada Adrian," sapa kak Farah kepadanya.

"Iya kak. Kata Nesya, kak Farah lagi ada masalah ya sama suaminya?"

"Iya Yan. Maaf ya kak Farah jadinya buat calon istri kamu, Nesya ikut campur dalam masalah rumah tangga kakak. Bahkan kamu sampai ikut terlibat juga."

"Ga apa-apa kok kak."

Tidak lama Nesya kembali untuk membawakan minuman segelas air putih kepada Adrian.

"Di minum dulu Mas. Maaf ya cuma ada itu doang."

"Iya, ga apa-apa Nesya. Makasih ya."

"Sama-sama, Mas."

Untuk menghargai apa yang telah di berikan oleh Nesya, Adrian pun langsung meminum segelas air putih itu tanpa berkomentar apapun yang membuat Nesya atau kak Farah merasa tersinggung. Betapa baiknya hati Adrian.

"Jadi gimana ceritanya kak? Kok kak Farah sama Nesya bisa di kejar-kejar sama suaminya kak Farah gitu?" tanya Adrian untuk memastikan kembali.

"Iya jadi ceritanya tuh kan suami kak Farah emang sebenarnya itu galak sama kakak dari dulu. Dari awal pernikahan dia itu emang udah kasar sama kakak, tapi kakak masih terus mencoba sabar dan bertahan karena kan kakak udah punya anak. Tapi lama kelamaan suami kakak itu semakin ga terkendalikan. Kemarin itu bahkan kakak di pukul sama dia. Nih, pipi kakak sampai biru gitu," jelas kak Farah sambil menunjukkan bekas luka palsunya.

Ternyata kak Fanda sudah menyiapkan aktingnya itu dengan sangat matang di depan Adrian. Dan Adrian pun mempercayai tipu daya yang telah di buat oleh kak Farah dan Nesya kali ini.

"Ya ampun kak. Sampai di pukul kaya gitu?"

"Iya. Akhirnya kakak ga bisa mempertahankan keluarga kakak lagi. Kakak udah ga kuat. Akhirnya kemarin kakak mengajukan surat perceraian ke dia. Setelah itu kakak kabur dari rumah dan membawa Nesya. Karena kalo engga, takutnya Nesya yang akan menjadi korban dari amukan mantan suami kakak itu."

"Terus anak kakak sama siapa?"

"Sama Ayahnya. Tadinya kakak mau bawa dia, tapi ga di bolehin. Anak kakak itu di sembunyiin sama dia dan kakak ga boleh ketemu lagi sama dia."

"Ya ampun. Ayah dan suami macam apa dia."

"Iya jadi gitu ceritanya Yan."

"Yang sabar ya kak. Saya juga ga bisa bantu banyak sama masalah yang kakak hadapi sekarang ini."

"Iya, ga apa-apa Yan. Tapi kamu janji ya sama kakak kalo kamu itu ga akan menyakiti Nesya seperti mantan suami kakak yang selalu menyakiti kakak."

"Iya kak. Saya janji, saya ga akan menyakiti adik kakak, Nesya sedikit pun. Saya akan berusaha untuk selalu menjaga dan membahagiakannya. Karena saya memang benar-benar mencintainya, kak."

"Syukur deh kalo gitu. Kakak juga percaya sama kamu."

"Kak, saya punya ide. Gimana kalo pernikahan saya sama Nesya itu di percepat. Soalnya saya ga tega kalo Nesya harus merasa ketakutan terus seperti ini akibat ulah mantan suami kak Farah Maaf kak sebelumnya. Apakah kakak setuju?"

"Kalo kak Farah si tergantung Nesya aja. Gimana Nesya aja. Kan soalnya yang mau menjalani hubungan ini tuh Nesya, bukan kak Farah, hehe. Gimana kamu Nesya?"

"Kalo kak Farah setuju dan merestuinya, insyaallah aku juga setuju kak. Kak Farah itu kan keluarga aku satu-satunya yang aku punya sekarang. Jadi aku bakalan dengarin apa yang terbaik menurut kakak aja."

"Kalo kakak si setuju aja. Ini kan demi kebaikan kamu juga."

"Tuh. Kakak kamu udah setuju sama pernikahan kita. Lalu kamu? Apa kamu mau menikah dengan saya?"

-TBC-