Dua hari telah berlalu, sejak Sasya mengancam Kinan untuk tidak lagi menyukai suaminya. Sejak hari itu pula Sasya merasa kalau ini bukanlah dirinya.
Sasya sudah menyesali perbuatannya atas pembunuhan Mia. Kepala pelayan Bryan yang dulu, meskipun itu bukan sepenuhnya kesalahan Sasya.
Namun Sasya tetap saja menyesalinya.
Wanita itu tak bisa diam, sedari tadi Sasya mondar-mandir sambil menggigit bibirnya, bagaimana pun Sasya harus bisa mengendalikan emosi dan perasaannya. Sisi gelapnya tidak boleh muncul begitu saja. Apalagi sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu.
Ia akan menjadi contoh bagi anak-anaknya kelak. Sasya tidak boleh bertindak kotor seperti ini.
Menghela nafas berat,
Sasya menatap bunga mawar yang dikirim Bryan tadi pagi. Dan untuk itu, jujur saja Sasya merasa was-was jika mengingat banyak wanita yang menginginkan suaminya.
Banyak juga orang yang menginginkan posisinya sebagai istri Bryan!