Ketika Baron keluar dari istana, ia bertemu dengan Loma dan pasukannya. Mereka semua memberi selamat pada Baron sambil menepuk bahunya. Berita itu tersebar dengan cepat di seluruh istana hingga membuat Baron merasa tidak nyaman.
"Selamat atas perjodohanmu," kata Loma.
"Tutup mulutmu." Baron menyipitkan matanya sambil memberengut.
"Ada apa denganmu? Seharusnya kamu merasa bangga dan bahagia. Kamu akan menjadi salah satu pemimpin di Emporion Land."
"Tidak. Aku tidak akan melakukannya."
"Kenapa, Baron? Bukankah bagus menjadi seorang pemimpin? Aku akan dengan senang hati jika kamu mendapatkan tugas untuk memimpin pasukan kerajaan." Loma tersenyum-senyum bahagia.
Namun, Baron tidak sedang dalam mood yang bagus. Ia menggelengkan kepalanya dengan wajah yang tidak bersemangat. "Tidak, Loma. Kamulah sang pemimpin pasukan kerajaan. Aku tidak akan menjadi pemimpin apa pun."
"Hei, berbahagialah sedikit, Bro." Loma menyikutnya dan rasanya sangat tidak nyaman. Siku Loma cukup tajam dan keras. Tenaganya begitu besar hingga sanggup meremukan kudanil. Baron pun mengusap-usap rusuknya yang berdenyut-denyut.
Setelah itu, Loma mengajaknya untuk berjalan mengelilingi istana sambil melakukan patroli. Mereka melewati taman yang berada di sayap barat istana.
Suasana pagi itu tampak cerah. Matahari bersinar terang menyinari bunga-bunga berwarna oranye dan biru. Bunga-bunga itu mekar di pagi hari dan kuncup pada malam hari. Baron mengetahui bahwa bunga itu memiliki khasiat untuk menyembuhkan sariawan dan panas dalam.
Sangat disayangkan, meski seindah apa pun Emporion Land, tapi tidak lagi menarik perhatian Baron. Hatinya sedang sedih dan terpuruk karena ia telah menyetujui sebuah pilihan yang sangat sulit di hidupnya.
"Aku dengar beberapa hari yang lalu kamu baru saja pergi ke dunia manusia. Apa itu benar?" tanya Loma.
"Ya." Baron menganggukkan kepalanya.
"Kamu membahayakan keberadaan Emporion Land, Baron. Tidakkah kamu sadar jika ayahmu berusaha melindungi dunia kita dari serangan The Catcher. Seharusnya kamu jangan terlalu sering berpergian ke sana." Loma menasehati Baron yang masih tampak murung.
"Tenang saja, Loma. Selama aku berada di sana, tidak ada siapa pun yang menyerangku," ucap Baron sambil menggelengkan kepalanya. Ia masih tidak bersemangat untuk bicara.
"Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu bermaksud untuk menghindar dari masalah perjodohan ini?"
Kata-kata Loma tajam menusuk hatinya dan itu memang benar. Baron memang menghindari dari semua permasalahan ini, hanya saja ia terlalu gengsi untuk mengakuinya.
"Tidak juga. Aku hanya ingin melepas sedikit kepenatan sambil bersenang-senang sedikit. Jika aku bisa menghindar dari masalah perjodohan ini, maka aku tidak akan kembali lagi ke Emporion Land."
Loma mengangguk perlahan. "Hmmm, memangnya kesenangan seperti apa yang bisa kamu dapatkan di sana?"
Baron melihat ke kiri dan ke kanan memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka. Lalu ia berbisik, "Aku bertemu dengan seorang wanita."
Loma terkejut mendengar pengakuan Baron. "Apa kamu serius?"
"Ya, tentu saja. Aku baru mengenalnya, tapi sudah merasa ada sesuatu yang berbeda dengannya. Jantungku berdebar-debar setiap kali aku mengingatnya. Sepertinya aku telah jatuh cinta padanya."
"Pada siapa? Neyan atau—"
"Wanita yang baru aku temui itu," kata Baron buru-buru menjelaskan.
"Kamu sudah gila." Loma menatapnya sambil mengernyit.
"Ya, aku tahu!" seru Baron. "Aku sendiri tidak dapat mencegah hal itu terjadi."
"Bagaimana bisa kamu jatuh cinta pada wanita manusia? Dia bahkan tidak bisa melihat rupamu! Kamu memang benar-benar sudah gila!"
"Tidak, Loma. Wanita itu bisa melihatku. Kami berbincang banyak dan kemudian … ya banyak hal yang terjadi." Baron tidak akan memberitahu Loma bahwa ia pernah mencium Victoria.
"Tidak masuk akal," tolak Loma sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak ada satu manusia pun yang bisa melihat wujud animagus."
"Ada dan wanita itu adalah salah satunya," ucap Baron keras kepala.
"Mustahil!" seru Loma.
Baron mendecak kesal. "Kamu harus bertemu dulu dengannya, barulah kamu bisa berkomentar."
"Ah, aku tidak akan bertemu dengannya karena aku tidak akan meninggalkan Emporion Land." Loma melipat tangannya di dada sambil memasang wajah angkuh.
"Tak ada yang salah dengan pergi ke dunia manusia. Kamu akan terkejut melihat banyak hal luar biasa di sana.
Loma mengangguk pelan dan kemudian ia berdeham. "Pembicaraan kita terdengar berbahaya. Sebaiknya kita jangan membahasnya di sini. Kita tidak akan tahu jika ada kuping tak kasatmata yang mendengar pembicaraan kita. Kamu tahu, mata-mata ada di mana-mana."
Baron merasakan perubahan nada bicara Loma. "Benarkah? Apa kamu menemukan sesuatu yang mencurigakan?"
Loma melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan keadaan mereka aman. Ia mengecilkan suaranya dan berkata, "Kemarin ini aku menemukan sebuah mayat animagus kuda yang hanya tinggal kulit dan tulang yang mengering. Animagus itu setengah berwujud kuda dan setengahnya berwujud manusia. Sepertinya ia berusaha untuk berubah menjadi manusia, tapi gagal. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada animagus itu, tapi aku yakin bahwa ini adalah sebuah pembunuhan."
Baron bergidik mendengar hal tersebut. "Apa kamu mengenalnya?"
"Tidak. Aku menduga kalau animagus itu bukan berasal dari daerah sini," kata Loma.
"Aku baru pertama kali mendengar jika ada animagus yang gagal bertransformasi menjadi wujud manusia di saat ajalnya tiba," ujar Baron.
"Ya, sama halnya denganku, Baron," ucap Loma. "Aku pun tidak menyangka bahwa aku akan pernah menemukan kasus seperti itu di Emporion Land."
"Apa kamu tidak curiga jika ada seseorang yang sengaja melakukan hal itu pada animagus malang itu?" tanya Baron yang membuat Loma menatap Baron selama beberapa detik.
"A-aku tidak … Sepertinya tidak mungkin jika ada seorang pembunuh di Emporion Land," ujar Loma yang terdengar tidak yakin.
"Kenapa? Kamu tidak akan pernah tahu." Baron mengedikkan bahunya.
Loma mengangguk perlahan dengan wajah yang tampak kecewa. "Ya, kamu benar. Aku sudah melaporkannya pada Blaker agar ia menyampaikannya langsung pada raja."
"Lalu apa katanya?"
"Dia menyuruhku untuk menyingkirkan mayat itu."
Baron menautkan alisnya. "Oh ya? Lalu apa yang kamu lakukan pada mayat itu?"
"Aku dan pasukanku akhirnya membakar mayat itu," ucap Loma yang terlihat malu dengan perbuatannya yang sepertinya salah.
"Aku pikir seharusnya kamu memeriksa mayat itu lebih lanjut sambil mencari dalang di balik semua ini." Baron mengangkat alisnya.
"Ah, sudahlah." Loma mendesah. "Lupakan saja tentang itu. Bagaimana jika kita berpesta malam malam ini?"
"Pesta? Pesta apa?"