"Tunjukkan dirimu sendiri!" seru penjaga itu pada Baron.
Akhirnya, Baron berubah menjadi manusia dan membuat penjaga itu terkejut.
"Salam hormat pada Tuan Baron. Seluruh istana sedang menantikan kehadiranmu. Mohon ikuti aku, Tuan."
Baron menoleh pada Majer dan sahabatnya itu mengangguk padanya untuk memberikan dukungan.
Baron pun berjalan melewati gerbang istana dan masuk ke dalam. Seorang pelayan berlari tergopoh-gopoh sambil memegang sebuah handuk putih bersih di lengannya.
"Tuan Baron, segera ikut aku sekarang."
Pelayan itu menarik Baron dan membawanya ke sebuah ruangan yang tidak pernah Baron kunjungi sebelumnya. Ruangan itu tampak seperti ruang pertemuan yang jarang dipakai.
Ruangan itu bersih dan tercium aroma bunga-bungaan yang harum. Mereka berjalan masuk lebih dalam dan melewati sebuah pintu. Terdapat sebuah wadah besar berisi air dan bunga-bungaan disiapkan di tengah-tengah ruangan.
"Silakan untuk melepaskan pakaian Anda, Tuan Baron," kata sang pelayan.
"Tapi, aku sudah mandi tadi pagi."
"Ini adalah perintah Sang Ratu, Tuanku. Aku mohon agar Tuan menurut untuk masuk ke dalam bak mandi," kata pelayan itu sambil menundukkan kepalanya dengan hormat.
"Baiklah."
Baron terpaksa menurut. Ia melepaskan pakaiannya dan kemudian masuk ke dalam bak mandi itu. Air itu terasa hangat dan harum karena terdapat banyak sekali bunga-bungaan di dalam sana.
Tak lama kemudian, muncul dayang-dayang istana. Mereka terdiri dari enam orang. Baron menutupi dadanya dan merasa tegang. Ia tidak pernah mandi dan dilihat oleh banyak orang sebelumnya.
Dayang-dayang itu pasti sudah terbiasa memandikan para anggota kerajaan. Mereka bergerak dengan gesit dan teratur. Salah satu dayang menambahkan cairan ke dalam bak mandi. Ia merapalkan mantra dan tiba-tiba buih putih muncul dari dalam bak.
Air seolah bergolak dari bawah. Dayang yang lain menambahkan lagi sesuatu ke dalam bak. Gelembung sabun mulai terbentuk dan memenuhi bak mandi. Bunga-bunga seolah larut di dalam air dan menghasilkan aroma harum yang lebih kuat. Baron terkesima memandang gelembung sabun itu.
"Permisi, Tuanku. Aku akan membantumu untuk menggosok tubuhmu," kata dayang itu.
"Ah, aku bisa melakukannya sendiri," Baron menolak dayang itu.
"Tidak apa-apa, Tuanku. Aku akan membantu membersihkan tubuhmu, Tuanku."
Baron tidak mau tubuhnya disentuh-sentuh oleh orang lain, tapi ia tidak ingin dayang itu mendapatkan kesulitan karena tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ia mengulurkan tangannya dan dayang itu menggosoknya dengan menggunakan sebuah kain lap bersih. Baron bergidik, rasanya sangat geli. Ia sangat tidak nyaman dan tidak terbiasa diurus oleh dayang-dayang.
Mungkin untuk selanjutnya ia harus membiasakan diri menikmati semua pelayanan ini karena hari ini ia akan resmi menjadi suami dari putri kerajaan Emporion Land.
Dayang yang lain ikut membantu menggosok tangan dan punggung Baron. Lalu leher dan ketiaknya juga. Ketika tangan dayang itu hendak menggosok semakin ke bawah tubuhnya, Baron langsung menolak dengan tegas.
"Cukup. Aku bisa melakukan sisanya sendiri. Terima kasih."
Dayang-dayang itu tidak memaksa. Setidaknya mereka telah menjalankan tugasnya dengan baik. Seorang dayang menarik tuas yang terdapat di sisi kanan bak mandi.
Air surut perlahan. Baron menutup kembali dadanya dan terkejut. Ia tidak ingin dayang-dayang itu menatap tubuhnya yang telanjang. Dan kemudian, dayang itu menarik tuas yang lain dan air bersih muncul dari keran di berbagai penjuru bak mandi.
Bak mandi terisi dengan air dengan cepat. Dayang yang lain merapalkan mantra sehingga air berubah seperti yang berkabut. Baron mendesah lega. Ia bersyukur karena tubuhnya jadi tidak terlihat oleh dayang itu.
Ia menggosok-gosok tubuhnya sendiri hingga bersih dari busa sabun. Dayang yang lain telah menyiapkan handuk yang besar. Ia membentangkan handuk itu sambil membuang wajahnya ke samping.
Baron pikir itu tanda baginya untuk naik ke permukaan. Ia berdiri dan menghampiri handuk itu. Ia menggosok-gosok tubuhnya sendiri dan terkejut ketika mendapati handuk itu terasa hangat dan seolah menyerap seluruh air yang menempel di kulitnya.
Ia merasakan kulitnya jadi bersih, halus, dan wanginya enak. Dayang-dayang itu mengantarkannya ke ruangan lain untuk mengenakan pakaian resmi untuk pengantin pria.
Di ruangan itu terdapat pelayan yang pertama kali menjemputnya di gerbang istana. Syukurlah hanya ada satu pelayan saja dan pelayan itu seorang pria.
Pelayan itu membantunya untuk mengenakan pakaian dalam yang bersih dan kemudian memasang pakaian resmi itu. Atasannya berupa jas berwarna merah dengan lukisan singa dan berbagai macam hewan lainnya yang berbentuk kecil.
Kemeja itu berbahan satin tebal dengan strip emas di bagian kiri kanan dan lengannya juga. Lalu ada renda putih yang dijahit di bagian tangan dan lehernya. Kancing kemejanya juga berwarna emas dengan logo singa.
Celana panjangnya berwarna hitam polos dengan bahan yang lembut dan nyaman dipakai. Terdapat strip emas di bagian bawah celananya.
Lalu pelayan itu membantunya mengenakan sepatu yang terbuat dari kulit lembu. Sepatu itu terasa begitu ringan dan sangat nyaman untuk saat dipakai berjalan. Pelayan itu juga menata rambut Baron dan memberinya minyak agar tampak mengkilat.
Baron melihat ada celana yang sebelumnya ia pakai. Ia mengambil celana itu dan mengeluarkan kantung ajaib dari sana lalu memasukkannya ke saku celana resminya.
"Apa itu, Tuanku?"
"Kantung ini berisi benda-benda berharga milikku," jawab Baron.
Pelayan itu mengangguk dengan khidmat dan kemudian mengantar Baron yang sudah siap menuju ke luar ruangan itu.