"Bagaimana jika kamu bertemu dengan The Catcher? Aku tidak yakin jika kamu dapat melawan mereka."
Majer memperhatikan saat Baron memasukkan pedang itu ke dalam kantung merah ajaib berukuran kecil yang dapat mengisi segala macam benda dengan kapasitas yang besar dan sangat banyak tanpa perlu cemas dengan beban yang akan dibawanya. Kantung itu akan terasa ringan di dalam saku celananya.
"Oleh sebab itu, aku membutuhkanmu, Majer. Kamu tahu, aku ingin sekali mengajakmu ke dunia manusia. Di sana ada banyak pria tampan yang memakai pakaian yang bagus."
Majer tertawa. "Kamu ingin agar aku berkencan dengan manusia? Bagaimana mereka bisa melihatku, dasar bodoh."
Baron ikut tertawa. Ia jadi berpikir, bagaimana bisa ia menikah dengan manusia jika mereka tidak bisa melihatnya? Dunianya dan dunia manusia berbeda. Lagi pula, untuk apa ia memikirkan tentang hal itu?
Ia adalah seorang pria bebas. Berjalan-jalan menuju ke dunia manusia itu adalah untuk bersenang-senang. Semoga saja ia tidak perlu bertemu dengan The Catcher lagi.
Baron pun mengalungkan kompas ajaibnya.
"Ayolah, kita pergi sekarang!" seru Baron sambil menarik tangan Majer.
"Baron! Kita tidak bisa pergi begitu saja!" Majer melebarkan matanya sambil menyentak tangan Baron.
"Kenapa tidak? Aku sudah membawa semua yang kita perlukan."
"Tapi …."
"Jangan ada tapi, tapi. Kamu tidak perlu banyak berpikir. Ikutlah bersamaku. Percayalah, aku akan membawamu ke tempat yang luar biasa." Baron tersenyum lebar sambil kembali menggenggam tangan Majer.
"Uhm, aku pikir sebaiknya kita—"
Tiba-tiba, Baron berubah wujud menjadi labrador. Majer memutar bola matanya, dan kemudian ia pun berubah menjadi harimau.
Tubuh Majer tampak begitu besar di samping Baron. Mata mereka saling memandang sementara Majer menyeringai khas harimau.
"Bagaimana jika Kumar tidak mengizinkanku untuk pergi?" tanya Majer melalui pikirannya sehingga Baron bisa memahami perkataan Majer.
"Aku dan Kumar berteman. Tenang saja, kita pasti bisa pergi ke dunia manusia," jawab Baron sambil menyunggingkan senyuman ala seekor anjing. Entah apakah Majer dapat melihat senyumannya.
Majer menggeram tanda setuju. Lalu mereka terus berlari menuju ke pintu portal yang letaknya tidak jauh dari istana Emporion. Baron menatap benteng istana itu dari kejauhan. Ia berharap agar Putri Neyan tidak mengetahui kepergiannya ke dunia manusia.
Baron dan Majer tiba di depan sebuah gerbang dan kembali merubah wujud mereka menjadi manusia. Gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Baron memberi tanda pada Majer, lalu mereka berjalan masuk ke dalam.
Di dalam sana banyak terdapat kabut. Ada beberapa lentera yang berpendar-pendar sebagai penanda jalan. Mereka menaiki tangga hingga ke puncak. Berbagai pohon dan tanaman rimbun berada di sekitar mereka.
Di puncak tangga, mereka dihadapkan dengan sebuah pintu besar. Baron menarik napas dalam-dalam. "Kumar, ini aku, Baron. Aku bersama Majer. Izinkan kami untuk pergi."
Pintu besar itu bergeser ke samping, menimbulkan suara dan getaran di lantai batu yang dingin. Baron dan Majer kemudian melangkahkan kaki mereka masuk ke dalam sana.
Kumar sedang berdiri di tengah-tengah ruangan luas sambil memegang pedang ajaib yang bagian ujungnya menghadap ke lantai. Cahaya warna-warni berpendar-pendar di belakangnya.
Terdapat jendela terbuka di sekelilingnya, menampilkan pemandangan luar yang sangat indah. Baron bisa melihat istana dari sini.
Kumar memperhatikan Baron dan Majer secara bergantian. Wajahnya tampak serius dan tegang seperti biasanya.
"Ke mana kamu akan pergi, Baron?" tanya Kumar. Suaranya begitu dalam. Hal itu membuat Majer jadi menciut di sebelah Baron.
"Kami hendak pergi ke dunia manusia," jawab Baron.
"Apa kalian hendak berkencan? Aku pikir kamu akan segera menikah dengan Putri Neyan," ujar Kumar.
Hal itu sontak membuat Baron tertawa. "Kamu bercanda. Aku dan Majer hanya berteman. Aku tidak mau berkencan dengan seorang gadis harimau. Mereka terlalu galak untukku."
Majer mendorong bahu Baron. "Yang benar saja!"
"Baiklah," ucap Kumar. "Apa pun yang kamu lakukan di dunia manusia, jangan sampai membawa ancaman untuk Emporion Land. Jika itu sampai terjadi, maka kamu akan mendapatkan hukuman yang berat. Apa kamu berjanji?"
"Ya, aku berjanji."
"Bagaimana denganmu, Nona Muda?" Kumar bertanya pada Majer.
"Ya, aku juga berjanji." Majer menunduk sambil menaruh sebelah tangannya di dada dengan sikap hormat.
"Bersiaplah!"
Kumar memunculkan jarum dari punggungnya hingga cahaya warna-warni itu terpecah di udara. Kompas di dada Baron bergetar dan bercahaya. Lalu Kumar mengangkat pedangnya dan menekannya ke lantai. Cahaya itu pun meledak menjadi jutaan warna.
Baron dan Majer terangkat ke udara. Baron segera menangkap tangan Majer agar tidak terpisah dengannya. Pandangan di hadapannya berputar kencang. Cahaya warna-warni melintas bagaikan pelangi.
Majer tampak ketakutan hingga tangannya memegang tangan Baron sangat keras. Baron tersenyum padanya untuk menenangkannya, tapi tampaknya Majer tidak melihat wajah Baron. Ia sibuk melihat ke sekelilingnya. Semua hal ini terasa baru bagi Majer karena ini adalah pertama kalinya Majer menggunakan pintu portal.
Akhirnya, cahaya warna-warni itu memudar dan mereka mendarat di tengah-tengah sebuah taman saat senja di sore hari. Sebentar lagi matahari pasti tenggelam. Waktu di Emporion dan di dunia manusia selalu saja berbeda.
Baron mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan dengan keadaan di sekitarnya. Kepalanya terasa berputar sedikit, tapi ia segera pulih.
Tiba-tiba, Majer memasang kuda-kuda dan mengeluarkan pedangnya dari kantung ajaib. Ia tampak waspada memperhatikan sekitarnya. Taman itu kosong dan tidak ada siapa-siapa di sana.
"Apa kamu baik-baik saja, Majer?"
"Tidak. Ini bukan dunia kita. Kita harus berhati-hati, Baron. Keluarkan pedangmu!" perintah Majer.
"Majer." Baron menurunkan pedang Majer. "Relaks. Kita akan baik-baik saja. Percayalah padaku."