Baron mengerjapkan matanya sejenak. Tidak ingin terlihat canggung, ia pun kembali mengambil potongan pizza dan mengunyahnya. Hal itu membuat Majer terkekeh.
"Kamu tampak sangat menggemaskan saat tersipu malu seperti itu," komentar Majer sambil kemudian mengunyah lagi pizza-nya.
Tiba-tiba, terdengar suara gemerisik di dekat semak-semak. Majer langsung bersiap siaga dan mengeluarkan pedangnya dari kantung ajaib miliknya sendiri.
"Kita harus pulang sekarang, Baron." Majer berkata sambil matanya menatap ke arah semak-semak.
Baron telah berdiri dan bersiap-siap di sebelah Majer. Ia menunggu sesuatu atau seseorang menampakkan diri di sana. Namun, ternyata itu hanya seekor kucing.
Majer langsung memasukkan kembali pedangnya. Kucing itu menatap Majer sambil mengeong dengan ekspresi yang menyedihkan. Majer tampak kasihan pada kucing itu. Jadi, ia memberi sepotong kecil pizza untuk kucing itu.
"Aku merasa tidak tenang berada di tempat ini," kata Majer sambil menatap kucing itu memakan pizza itu dengan lahap. "Bagaimana jika ada The Catcher yang menangkap kita?"
"Aku akan melindungimu," kata Baron enteng.
Majer terkekeh. "Melindungi dirimu sendiri saja sulit. Bagaimana bisa kamu yang melindungiku? Hmmm, biar aku saja yang melindungimu."
Baron pun ikut tertawa. "Tentu saja. Lain kali aku akan belajar lagi menggunakan pedang denganmu."
"Bersiaplah. Aku akan membuatmu sakit di seluruh tubuhmu." Majer tersenyum miring sambil menatap Baron dengan tatapan mengejek.
Baron terkekeh. "Bukan masalah. Aku akan menyiapkan serbuk ajaib yang banyak."
Kucing itu mengeong lagi seolah berterima kasih pada Majer. Baron tidak pernah mempelajari bahasa kucing. Mungkin Majer jauh lebih paham perkataan kucing itu karena ia adalah seorang animagus harimau. Bukankah harimau dan kucing adalah satu saudara?
Tiba-tiba, Majer menoleh pada Baron dan berkata, "Baron, apa kamu masih ingin bertemu dengan wanita itu?"
"Ya," jawab Baron sambil mengangguk. "Aku harap aku bisa melihatnya lagi untuk membuktikan bahwa dia adalah wanita yang spesial dengan bakat yang spesial."
"Aku paham jika kamu sangat penasaran dengan wanita itu, tapi …" Majer menautkan alisnya. "Aku ingin pulang secepatnya."
"Baiklah. Kamu bisa pulang lebih dulu. Aku akan menyusulmu besok," ujar Baron.
Majer menatap Baron tak percaya. "Apa kamu yakin? Kamu sebaiknya pulang sekarang bersamaku. Di sini tidak aman."
"Tidak apa-apa. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku berjanji akan segera pulang setelah aku tidak penasaran lagi dengan wanita itu." Baron berjanji pada Majer.
Baron akan melakukan apa saja untuk bisa bertemu dengan wanita spesial itu. Ia bahkan rela terpisah dengan Majer untuk sementara waktu. Ia akan berusaha untuk bertindak secepat mungkin untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Namun, tiba-tiba Majer menatapnya dengan ekspresi yang aneh. Hal itu membuat Baron jadi merasa tidak nyaman.
"Apa kamu berniat untuk mencari istri seorang manusia?" tanya Majer curiga.
Baron menahan tawanya. Ia tak menyangka jika Majer akan bertanya hal seperti itu padanya.
"Kenapa tidak? Itu pasti akan sangat menarik," jawab Baron enteng.
"Yaaa, aku cukup yakin jika Raja Valo akan menjatuhkan hukuman padamu." Majer berkata tegas pada Baron.
Akhirnya, malam itu mereka tidur di taman. Baron mendirikan sebuah tenda yang nyaman. Ia tidak menyangka bahwa ia akan menggunakan tenda ini. Meski tenda itu terlihat kecil dari luar, tapi sangat luas di bagian dalamnya.
Baron telah merapalkan mantra agar tenda itu benar-benar aman dan tidak terlihat oleh siapa pun.
Terdapat dua buah kasur lipat yang empuk. Baron memilih untuk tidur di sebelah kanan. Majer langsung tertidur begitu ia mengempaskan tubuhnya ke atas kasur. Perjalanan ke dunia manusia memang melelahkan.
Baron memejamkan matanya dan membayangkan wajah Victoria. Ia berharap ia bermimpi tentang wanita itu malam ini.
***
Keesokan paginya, matahari terbit. Cahayanya bersinar terang menembus tenda. Baron bangun dan terkejut ketika melihat kasur di sebelahnya kosong. Ia bergerak cepat untuk keluar dari tenda dan melihat Majer sedang duduk di kursi taman sambil makan sesuatu.
Baron mendesah lega. Ia benar-benar khawatir jika sampai sesuatu terjadi pada Majer. Lalu, ia pun membereskan tendanya dengan sebuah mantra dan tenda itu masuk ke dalam kantung secara ajaib. Lalu ia berjalan perlahan menghampiri Majer.
"Dari mana kamu mendapatkan roti itu?" tanya Baron.
"Aku mendapatkannya dari toko roti di sana," kata Majer sambil menunjuk ke arah sebuah toko di seberang jalan. "Ini untukmu."
Baron menerima roti pemberian Majer dan berkata, "Terima kasih."
Selesai sarapan, mereka meminum air murni dari botol yang dibawa oleh Baron. Tubuhnya langsung terasa segar.
"Apa rencanamu hari ini?" tanya Majer.
"Aku ingin membuktikan sesuatu," jawab Baron.
Majer memutar bola matanya. "Ini pasti tentang wanita itu."
Majer pun bangkit berdiri mengikuti Baron. Ia merubah bentuk tubuhnya menjadi seekor harimau, sementara Baron menjadi seekor anjing.
Baron berlari cepat seolah ia telah menghafal jalanan di kota ini. Ia melihat ada banyak orang yang sedang berlari dengan sepasang kabel yang dikaitkan di kupingnya. Beberapa orang berjalan kaki dengan pakaian kerja yang sangat bagus.
"Apakah mereka bisa melihat kita?" tanya Majer dalam pikiran Baron.
"Aku tidak tahu. Jika ada seseorang yang menjerit karena melihat seekor harimau di tengah jalan, itu artinya mereka bisa melihat kita."
Majer tertawa. "Kamu memang lucu. Terkadang aku ingin menjadi sepertimu, bisa merubah wujud menjadi hewan apa saja."
"Kamu tidak perlu menjadi sepertiku karena aku bukan animagus yang normal," kata Baron jujur.
Mereka kemudian berbelok ke jalanan yang mereka lalui tadi malam. Perumahan di sana terlihat begitu indah dibandingkan tadi malam. Tiba-tiba, Baron merasa tidak yakin untuk meneruskan perjalanannya.
Ia berhenti di pinggir jalan dan berubah wujud menjadi manusia. Majer mengikutinya.
"Ada apa, Baron?" tanya Majer.
"Aku tidak tahu." Baron mengedikkan bahunya. "Bagaimana jika wanita itu tidak ingin bertemu denganku? Bagaimana jika ia berpikir bahwa aku adalah orang gila?" Baron menghela napas.
Majer menekan bahunya sambil menatapnya dengan matanya yang tajam. "Jangan berpikiran seperti itu. Aku masih tidak percaya jika wanita itu bisa melihat kita. Kamu bilang bahwa kamu mau membuktikannya."
"Kamu benar. Baiklah kalau begitu."
Tiba-tiba, sebuah sepeda melintas di hadapan mereka. Baron melihatnya jika itu adalah Victoria. Majer mengikuti arah pandangan Baron. "Apakah dia adalah wanita yang kamu maksud?"
"Yeah. Ayo kita ikuti dia!" Baron tiba-tiba berhenti. "Tunggu. Kamu jangan berubah menjadi harimau. Itu akan membuatnya takut."
"Dia sudah pergi." Majer menunjuk jalan dan Victoria sudah tidak terlihat lagi.
"Oh tidak!"
Baron melihat ada sekelompok anak muda yang sedang bermain skateboard di pinggir jalan. Baron mendekati mereka dan tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari keberadaan Baron dan Majer.