Chereads / Baron, The Greatest Animagus (Indonesia) / Chapter 24 - 24. Melompat Tinggi

Chapter 24 - 24. Melompat Tinggi

"Apa itu Em … Emperor Land?" tanya Victoria.

"Emporion," ralat Baron. "Aku tidak seharusnya berada di sini. Aku harus menghindari The Catcher. Aku penasaran padamu, bagaimana kamu bisa melihatku? Apa kamu adalah salah satu dari The Catcher?"

Victoria menautkan alisnya. Ia sama sekali tidak paham apa yang Baron katakan. "Apa itu The Catcher?"

"Mereka adalah orang-orang yang selalu memburu kaumku."

"Seperti apa mereka?" tanya Victoria penasaran.

"Mereka adalah makhluk yang sangat kejam. Mereka memang tampak seperti manusia, tapi kamu benar-benar tidak akan mau melihatnya sama sekali. Mereka tidak peduli sekalipun harus mengorbankan manusia karena mereka akan selalu menangkapku untuk suatu tujuan."

"Apa itu?" Victoria semakin mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Mereka pasti mengincar serbuk ajaib dari Emporion Land. Jadi begini, para The Catcher itu berasal dari dunia lain. Di tempat asal mereka itu adalah tanah yang tandus dan kering. Mereka memang pantas mendapatkannya karena mereka adalah makhluk yang sangat jahat."

Victoria melebarkan mulutnya. "Benarkah? Lalu bagaimana mereka bisa tahu kamu ada di sini?"

"Entahlah. Sepertinya mereka memiliki kekuatan spesial sehingga mereka bisa menemukan aku atau kaumku setiap kali kami mengunjungi dunia manusia."

Victoria mengangguk. "Aku sungguh penasaran, seperti apa duniamu? Apa aku bisa berkunjung sesekali ke tempatmu, Baron?"

"Tidak." Baron menggelengkan kepalanya. "Aku pikir, kamu akan lebih aman jika tinggal di dunia manusia."

"Bagaimana jika The Catcher itu menangkapku?!" Victoria membelalakkan matanya dengan wajah yang serius.

Baron terkekeh. "Itu tidak mungkin terjadi. The Catcher tidak akan menangkap manusia. Mereka tidak akan repot-repot melakukannya. Mereka hanya menginginkanku saja dan kaumku."

Baron menyeruput kopi itu lagi sambil menunduk, lalu mendecak. "Ah, ini enak sekali. Kamu tahu, sangat menyenangkan bisa minum kopi bersama wanita cantik sepertimu."

"Kamu menyebutku cantik?"

Victoria terkesiap mendengar ungkapan Baron. Seketika hatinya berdebar-debar untuk alasan yang tidak masuk akal. Seharusnya ia bertanya lebih banyak tentang Baron, tapi mendengarnya menyebut kata 'cantik' membuat Victoria jadi tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Ya," jawab Baron. "Sejak tadi kita berbicara terlalu tegang. Namun, aku serius ketika aku katakan bahwa kamu adalah wanita yang sangat cantik yang pernah aku lihat di dunia manusia."

Baron tampak serius sangat mengucapkannya. Hal itu membuat sesuatu di bagian bawah tubuhnya bergetar, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam sana.

"Waktu kamu bilang soal … kaummu … Uhm, apa maksudnya?" tanya Victoria takut-takut.

Baron kembali mengulaskan senyumannya. "Tenang saja. Aku akan memberitahumu nanti. Sekarang, ayo cepat habiskan kopimu. Aku akan mengantarkanmu pulang."

Victoria menghabiskan kopinya dengan segera meski kopinya masih terasa panas. Sepertinya Baron terburu-buru. Ia telah menghabiskan kopinya lebih cepat dari Victoria.

Setelah menaruh dua lembar uang lima dolar di meja, Baron menarik tangan Victoria.

"Tunggu!" seru Victoria.

"Ada apa?"

"Kenapa kita terburu-buru?"

Baron mendesah. "Ada hal lain yang harus aku lakukan."

Victoria mengangguk perlahan tanpa mengucapkan apa pun.

"Baiklah. Aku akan mengantarkanmu pulang dengan cepat. Ketika aku bilang cepat, itu artinya sangat cepat." kata Baron.

"Apa?!" Victoria terkejut sambil melebarkan matanya, tapi Baron tidak peduli.

"Tenang saja. Aku tidak akan menyakitimu. Ini akan sangat menyenangkan. Sekarang, naiklah ke sepedamu dan berpegangan yang erat."

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Victoria curiga.

"Ayolah. Aku akan mengantarkanmu pulang dengan cepat," jawab Baron sambil mengangkat kedua tangannya membentuk tanda kutip.

Victoria menurut untuk naik ke atas sepedanya. Tak ada yang salah dengan sepedanya. Baron mungkin memiliki kekuatan super, tapi sungguh tak ada yang bisa pria itu lakukan dengan sepedanya.

Baron tidak mungkin membuat sepedanya berlari dengan cepat karena itu akan sangat berbahaya. Dan lagi, saat ini Victoria sedang tidak mengenakan helm. Telurnya mungkin bisa jatuh dan pecah lagi. Victoria tidak ingin terus menerus membeli telur dan membuangnya.

Dan kemudian, Victoria pun tak sanggup berkata-kata ketika Baron menjejakkan kakinya ke tanah dan mengangkat sepeda beserta Victoria yang sedang duduk di atasnya. Mereka melompat sejauh beberapa kaki dari permukaan tanah.

Victoria ingin menjerit, tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Beberapa detik kemudian, mereka turun ke bawah dengan cepat. Victoria merasa seperti terjun dari sebuah roaller coaster.

Mereka pasti akan menabrak gedung atau perumahan. Victoria ingin memberitahu Baron, tapi ia tidak bisa mengeluarkan suara apa pun karena tenggorokannya tercekat. Jadi, Victoria hanya bisa menutup matanya, menunggu takdir menghampirinya.

Tiba-tiba, mereka mendarat di depan rumah Victoria dengan mulus, tanpa hentakan yang berarti. Mereka pun selamat tanpa luka sedikit pun. Tidak ada gedung atau rumah yang hancur karena ulah Baron.

Victoria mencoba menenangkan dirinya yang kehabisan napas. Rambutnya acak-acakan seperti yang baru saja diterpa angin topan. Ia segera mengecek telurnya yang ternyata baik-baik saja. Ia pun menghela napas dengan lega.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Baron sambil tersenyum.

"A-aku tidak menyukainya," ungkap Victoria dengan suara yang gemetar.

"Benarkah? Bukankah tadi itu menyenangkan?" Baron menautkan alisnya, tidak setuju dengan pernyataan Victoria.

"Aku takut ketinggian dan kamu tiba-tiba mengangkatku … lalu kita melayang dan terjatuh." Victoria mempraktekkan cara mereka terbang dengan tangannya.

"Kita tidak terjatuh. Bukankah kita baik-baik saja?"

"Aku tidak baik-baik saja. Jangan pernah lakukan itu lagi!" seru Victoria sambil menunjuk Baron dengan wajah yang galak.

"Oke. Maafkan aku. Aku hanya ingin mengantarmu pulang dengan cepat."

Victoria menggelengkan kepalanya dan berusaha untuk mengumpulkan nyawanya yang tercecer di udara. Jantungnya berdetak sangat cepat dan lututnya terasa lemas.

Ia berusaha untuk bangkit berdiri, tapi kakinya tak sanggup menopang tubuhnya. Baron menangkapnya ketika ia terhuyung dan nyaris jatuh ke tanah.

"Oops!"

Seketika, Victoria merasa tubuhnya berada dalam dekapan hangat tubuh Baron. Mereka pun saling bertatapan selama beberapa detik. Victoria bisa melihat wajah Baron dengan lebih jelas lagi.

Victoria masih menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Lututnya masih gemetar karena efek terbang yang terlalu ekstrim. Semua usahanya sia-sia karena kehadiran Baron yang terlalu dekat seperti ini membuatnya mabuk akan sesuatu hal yang berbeda.

Baron tampak serius menatapnya dan kemudian ia memiringkan wajahnya perlahan. Victoria pun memejamkan matanya. Detik berikutnya, Baron menciumnya dengan lembut tepat di bibirnya.